Derivatif Derivative Suit. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku umum, suatu gugatan langsung dapat dilakukan dengan berlandaskan pada pasal
1365 KUH Perdata dan Pasal 61 UUPT. Gugatan langsung dilakukan untuk dan atas nama dirinya sendiri sebagai pemegang saham minoritas dan
gugatan ini dapat dilakukan kepada siapa saja yang telah merugikan pemegang saham minoritas tersebut termasuk kepada perusahaan itu sendiri
atau kepada pribadi Direksi danatau komisaris atau bahkan kepada pihak luar sekalipun. Sedangkan Gugatan Derivatif, pihak pemegang saham minoritas
dapat mengajukan gugatan untuk dan atas nama perseroan. UUPT memperkenankan pelaksanaan hak untuk mengajukan gugatan derivatif
kepada Direksi dan Komisaris Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6 dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Gugatan diajukan oleh paling sedikit 10 sepuluh persen pemegang saham .
b. Gugatan diajukan hanya kepada Direksi danatau komisaris perseroan yang bersangkutan .
3. Akibat hukum pengambilalihan saham bagi karyawan
Pada PP No. 27 Tahun 1998 mensyaratkan bahwa kepentingan karyawan harus diatur dalam usulan rencana pengambilalihan maupun dalam
Rancangan Pengambilalihan Pasal 26 ayat 3 huruf J dan Pasal 28 para karyawan harus diberi suatu ringkasan tertulis dari rancangan pengambilalihan
setidaknya 14 hari sebelum panggilan RUPS untuk menyetujui rancangan Pengambilalihan tersebut Pasal 29.
Dewasa ini kedudukan karyawan dalam perusahaan sangat penting, oleh karena kedudukan yang penting ini maka dijamin oleh suatu sistem
hukum. Tidak mengherankan jika UUPT memerintahkan pihak pelaksana pengambilalihan perusahaan untuk memperhatikan kepentingan karyawan.
Hanya saja dalam UUPT tidak menyediakan prosedur khusus bagi karyawan yang berkepentingan yang dirugikan oleh tindakan pengambilalihan, karenanya
yang berlaku adalah ketentuan umum baik yang diatur dalam ketentuan tentang perburuhan ataupun dalam KUH Perdata. Yang menjadi dasar
pengajuan gugatan adalah : a. Pelanggaran atas pasal 126 ayat 1 UUPT
b. Perbuatan melawan hukum vide pasal 1365 KUH Perdata.
4. Akibat hukum pengambilalihan saham bagi kreditur
Hak kreditur mendapat perhatian khusus dalam PP No 27 Tahun 1998. Pada Pasal 5 disebutkan bahwa pengambilalihan harus memperhatikan
kepentingan kreditur. Kreditur dalam hal ini adalah kreditur Perseroan yang akan mengambil alih dan kreditur Perseroan yang diambil alih penjelasan
Pasal 5 PP No 27 Tahun 1998. Pada pasal lainnya, semua kreditur harus dikirimi salinan dari Rancangan Pengambilalihan melalui surat tercatat,
setidaknya 30 tiga puluh hari sebelum panggilan RUPS Pasal 33 PP No. 27 Tahun 1998. Anehnya tidak ada persyaratan yang mewajibkan bahwa hak
kreditur diatur dalam Rancangan Pengambilalihan Pasal 26 ayat 3 PP No. 27 Tahun 1998, meskipun persyaratan tersebut diwajibkan untuk penggabungan
dan peleburan Pasal 7 ayat 2 huruf f dan Pasal 20 PP No. 27 Tahun 1998.
Keberatan terhadap transaksi tersebut harus diajukan oleh kreditur paling lambat 7 hari sebelum pemanggilan RUPS Pasal 33 ayat 2 PP No. 27 Tahun
1998. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 mengatur bahwa sampai dengan keberatan kreditur ditangani secara memuaskan tetapi tidak perlu
dibayar secara penuh, pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan Pasal 33 ayat 5. Ketentuan ini jelas sekali memberikan pengaruh yang penting terhadap
kreditur dan dengan adanya 30 hari masa pemberitahuan berarti memperpanjang waktu yang diperlukan untuk pengambilalihan saham.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka pihak kreditur yang merasa dirugikan oleh perbuatan hukum pengambilalihan dapat menggugat
pihak debitur yang melakukan pengambilalihan, baik debitur pengakuisisi maupun debitur yang merupakan perusahaan target akuisisi dengan
berlandaskan pada : a. Pasal 126 ayat 1 UUPT
Jika dalam pengambilalihan pihak debitur tersebut tidak memperhatikan kepentingan kreditur, terlepas dari ketentuan dan pasal-pasal yang terdapat
dalam kontrak antara kreditur dan debitur. Pasal 126 ayat 1 UUPT ini tidak serta merta dapat diberlakukan karena jika pihak Debitur dalam melakukan
akuisisi sudah cukup hati hati dan tidak ada unsur kelalaian maka pasal 126 ayat 1 UUPT ini belum dapat diberlakukan.
b. Pasal 1243 KUH Perdata
Pihak kreditur yang dirugikan dapat menggunakan pasal 1243 KUH Perdata tentang wanprestasi, jika kreditur tersebut dirugikan oleh pihak debitur yang
melakukan pengambilalihan, asal saja dengan tindakan pengambilalihan tersebut ada pasal dalam kontrak yang menimbulkan hutang tersebut yang
dilanggar. Misalnya dalam kontrak ada klasula yang menyatakan bahwa pengambilalihan oleh debitur dilarang kecuali setelah mendapat persetujuan
tertulis dari pihak kreditur. c. Pasal 1365 KUH Perdata
Bila kerugian pihak Kreditur karena pengambilalihan tersebut dilakukan oleh Debitur dan terdapat unsur kesalahan kesengajaan atau kelalaian dari
debitur pelaku pengambilalihan tersebut.
5. Akibat hukum pengambilalihan saham bagi kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha
Pasal 126 ayat 1 UUPT mengharuskan pihak yang melakukan pengambilalihan untuk memperhatikan juga kepentingan masyarakat dan
persaingan sehat dalam melakukan usaha. Ada dua hal yang dilarang dalam pasal 126 ayat 1 ini yaitu :
a. Pengambilalihan yang merugikan kepentingan masyarakat b. Pengambilalihan yang merugikan kepentingan pihak tersaing secara tidak
sehat. Dalam penjelasan Undang Undang Perseroan Terbatas tidak ada
penjelasan apa yang dimaksud dengan pengambilailhan tidak boleh merugikan
kepentingan masyarakat dan apa konsekuensi hukum jika terjadi pengambilalihan yang demikian. Namun yang pasti adalah siapapun diantara
warga masyarakat yang merasa dirugikan langsung karena pengambilalihan tersebut dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan untuk mendapat ganti
kerugian atau minta dibatalkan pengambilalihan tersebut dengan menggunakan dasar pasal 126 ayat 1 UUPT dan Pasal 1365 KUH Perdata.
Selain merugikan
masyarakat secara umum, maka pelaku pengambilalihan juga harus memperhatikan persaingan sehat artinya, ia tidak
boleh merugikan kepentingan pihak pesaing bisnisnya. Karena tindakan pengambilalihan sangat potensial akan timbulnya persaingan yang tidak sehat
seperti monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk. Penjelasan Pasal 126 ayat 1 UUPT menekankan pentingnya memperhatikan kepentingan
persaingan sehat. Bagi si tersaing secara tidak sehat, dapat melakukan gugatan kepada Debitur
yang melakukan pengambilalihan tersebut dengan menggunakan dasar gugatan:
1. Pasal 126 ayat 1 UUPT 2. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 3. Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan Melawan Hukum
6. Akibat hukum pengambilalihan saham bagi perseroan pemegang IUPHHK