Peranan Sumber Daya Hutan

dibangun areal hutan tanaman seluas lima juta hektar untuk memenuhi kebutuhan kayu bulat bagi industri kehutanan Indonesia. Berbagai potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Potensi sumberdaya hutan yang terkandung di dalamnya sebagaimana diuraikan di muka dapat dimanfaatkan tidak hanya dalam bentuk hasil hutan berupa kayu, tetapi juga hasil hutan bukan kayu HHBK. Bahkan potensi HHBK dalam bentuk flora dan fauna, bahan baku obat-obatan, sumber pangan, mikroorganisme, maupun perdagangan karbon, belum seluruhnya dapat diukur dan diketahui. Dengan kemajuan teknologi, HHBK ini semakin terasa penting dan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Dan potensi sumberdaya hutan tersebut dapat dimanfaatkan secara lestari bagi berbagai kepentingan yang bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Peranan Sumber Daya Hutan

Berbagai potensi yang dimiliki sumber daya hutan seperti diuraikan di muka akan berperan nyata bagi berbagai kepentingan sosial ekonomi masyarakat yang lebih luas. Peranan tersebut antara lain menyerap tenaga kerja, pengembangan ekonomi di daerah pedalaman, dan perolehan devisa negara. Peranan sumber daya hutan melalui sektor kehutanan dalam penyerapan tenaga kerja diperkirakan oleh APHI mencapai jumlah 21,5 juta orang. 66 Masing-masing 15,09 juta orang di kawasan hutan produksi, sebanyak 4,31 juta orang di kawasan hutan lindung dan 2,16 juta orang di kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Sementara perkiraan jumlah tenaga kerja langsung pada kegiatan pengusahaan hutan alam seluas 15,6 juta hektar mencapai 4,56 juta orang kerja, yang terdiri dari kegiatan pembangunan hutan tanaman industri HTI seluas 5 juta hektar dibutuhkan tenaga kerja 2,5 juta orang kerja. Selain di hutan produksi, kegiatan ekonomi di kawasan taman wisata seluas 300 ribu hektar membutuhkan 60 ribu orang kerja. Sedangkan kegiatan pada hutan lindung dan kawasan konservasi seluas 39 juta hektar membutuhkan tenaga kerja sekitar 3,9 juta orang kerja. Selain penyerapan tenaga kerja, peranan sektor kehutanan juga sebagai salah satu agen pembangunan sekaligus stimulan bagi pengembangan pusat- pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah pedalaman. Hal itu terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kegiatan ekonomi pengusahaan hutan alam, APHI 2004 memprediksi setiap tahun akan dihasilkan Rp 14,88 trilyun dana pengusahaan hutan. Apabila komponen biaya tenaga kerja mencapai 24,3 dari total biaya produksi maka jumlah uang yang diterima masyarakat per tahun dari aktivitas ekonomi pengusahaan hutan alam mencapai Rp 3,62 trilyun. Dari kegiatan pengusahaan hutan alam tersebut akan diperoleh rente ekonomi sebesar Rp 7,64 trilyun per tahun. Sementara untuk pengusahaan hutan tanaman akan diperoleh dana pengusahaan hutan sebesar Rp 5 trilyun per tahun. Bila biaya 66 Ibid., hal. 50 tenaga kerja mencapai 60 dari biaya produksi maka jumlah uang yang diterima masyarakat mencapai Rp. 1,5 trilyun per tahun. Hasil hutan berupa kayu dan hasil olahannya, terutama plywood dan moulding, sejak tahun 1980 tercatat memberikan hasil yang tidak kecil, meskipun belakangan di tahun 2000-an produksinya kian menurun sejalan dengan penurunan sumber bahan baku. Dari hasil hutan berupa kayu ini Indonesia pernah tercatat menjadi negara produsen utama industri kehutanan dunia. Sistem Hak Pengusahaan Hutan HPH beserta industri pengolahan kayunya menjadi unsur penting masuknya devisa bagi negara dari sektor kehutanan, sekaligus menempatkan sektor kehutanan menjadi penghasil devisa terbesar kedua setelah tekstil dan produk tekstil di luar migas. Pada masa puncaknya, sektor ini menghasilkan devisa bagi negara sebesar US 7– 8 milyar per tahun APHI,2004. Belakangan setelah era pengelolaan hutan alam mengalami penurunan, produk kayu olahan hasil hutan tanaman dalam bentuk bubur kertas dan kertas perlahan-lahan mulai menguasai pasar bubur kertas dan kertas dunia. Dari 7 industri bubur kertas yang dimiliki Indonesia yang menggunakan bahan baku kayu tropis dengan kapasitas terpasang + 5,7 juta ton bubur kertas per tahun dan realisasi produksi tahun 2002 mencapai + 4,5 juta ton telah menempatkan Indonesia pada posisi nomor 9 diantara 30 negara produsen bubur kertas dunia. Sementara itu, dari 77 unit industri kertas dengan kapasitas terpasang + 10,7 juta ton kertas per tahun, realisasi produksi tahun 2002 mencapai + 7,5 juta ton, yang menempatkan Indonesia pada posisi nomor 12 dunia. Bagi Indonesia, industri bubur kertas dan kertas ini merupakan salah satu primadona peraih devisa di masa mendatang. Industri bubur kertas dan kertas telah tumbuh dan memberikan sumbangan devisa yang terus meningkat. 67 Hasil ekspor bubur kertas dari US 137,72 juta tahun 1994 menjadi US 689,82 juta pada tahun 1998, atau tumbuh rata-rata 49,61. Sedangkan hasil ekspor kertas telah berkembang dari US 671,3 juta pada tahun 1994 menjadi US 1.425,6 juta pada tahun 1998, atau naik rata-rata 20,72 per tahun. Bahkan pada tahun 2002 industri pulp dan kertas nasional telah memberikan perolehan devisa hampir US 3 milyar APKI, 2003. Pemasok-pemasok tradisional terbesar dewasa ini seperti Amerika Utara Amerika Serikat dan Kanada serta Scandinavia Finlandia, Norwegia dan Swedia, Skotlandia dan lain-lain sudah sangat sulit untuk meningkatkan kapasitas produksi bubur kertasnya karena keterbatasan lahan untuk peningkatan pasokan bahan baku kayu bagi industri pulpnya, sehingga Indonesia memiliki kemungkinan untuk menguasai pasar bubur kertas dan kertas dunia pada masa mendatang. Sumber daya hutan tersebut juga berperan terhadap pembentukan pranata sosial budaya masyarakat, terutama masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Kearifan budaya lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan dan ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan menunjukkan bahwa sumber daya hutan berpengaruh penting terhadap kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Perladangan berpindah, adalah 67 Ibid, hal 60 salah satu bukti konkret adanya ketergantungan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan terhadap sumber daya hutan yang melahirkan budaya sistem bercocok tanam. Hutan larangan atau adanya upacara adat sebelum penebangan dapat dijadikan sebagai contoh adanya budaya masyarakat di dalam dan di sekitar hutan yang menghargai sumberdaya hutan sebagai tempat hidup dan tempat mendapatkan kehidupan. Contoh lainnya pengaruh sumberdaya hutan terhadap adalah hak ulayat. Hak ulayat adalah salah satu bentuk pengelolaan sumberdaya hutan secara komunal yang terbentuk dari interaksinya dengan sumber daya hutan yang mengajarkan hukum-hukum adat yang menghormati sumber daya hutan sebagai unsur penting dan harus dijaga dalam kehidupannya.

3. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan