Pengertian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA

a. Pengertian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA, sebelumnya dikenal dengan Hak Pengusahaan Hutan HPH, adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran. Izin ini diberikan kepada koperasi, BUMS, BUMN, BUMD maupun perorangan. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA, semula HPH, lahir di era awal pembangunan nasional, tahun 1970-an, pada saat diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan HPH dan Hak Pemungutan Hasil Hutan HPHH. Era tersebut adalah era dimulainya pemanfaatan sumberdaya alam dalam skala besar dan ekonomis, termasuk sumberdaya hutan bagi pertumbuhan pembangunan nasional. Kebijakan itu diambil seiring dengan kebijakan pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan nasional pasca terjadi perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Lama ke Orde Baru. Era pembangunan nasional itu ditandai dengan terbitnya UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA, yang diikuti dengan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN yang membuka peluang masuknya modal swasta dalam pembangunan nasional. Di bidang kehutanan terbit UU No. 5 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan yang memungkinkan terjadinya pendorongan pengelolaan dan pemanfaatan hutan dalam skala besar. Di era tahun 1970-an, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan alam tropis melalui pemberian konsesi ijin Hak Pengusahaan Hutan HPH maupun Hak Pemungutan Hasil Hutan HPHH. Dengan kebijakan ini perusahaan swasta didorong untuk turut serta mengelola sumber daya hutan. Jutaan hektar hutan di kawasan hutan produksi dipacu untuk memproduksi hasil hutan berupa kayu. Produksi kayu maupun produk berbahan baku kayu membanjiri pasaran ekspor. Ditunjang terbitnya Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri SK BTM tahun 1980 dan Kepmenhut No. 195Kpts1984, sektor kehutanan kian menguasai pasar kayu internasional. Kebijakan itu berisi pembatasan ekspor kayu bulat dan mengembangkan industri pengolahan kayu dalam negeri. Hal ini berdampak terhadap ambruknya industri kehutanan negara-negara yang sebelumnya dikenal sebagai produsen kayu olahan dunia seperti, Korea, Taiwan, Jepang, China serta berbagai negara lainnya yang menggunakan sumber bahan baku industri kehutanan dari Indonesia. Indonesia lahir menjadi salah satu negara utama produsen kayu tropis di pasar internasional. Tidak mengherankan, sejarah mencatat bahwa sektor kehutanan telah menjadi salah satu sektor penting dalam proses pembangunan nasional. Komoditas produknya yang berbasis sumber daya alam, padat karya, serta pangsa pasar produknya yang berorientasi ekspor telah menempatkan dunia usaha di sektor kehutanan menjadi salah satu tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan telah menempatkan sektor kehutanan sebagai penghasil devisa terbesar kedua dari sektor non migas setelah tekstil dan produk tekstil. Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, yang kemudian diubah dengan PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, istilah HPH diubah menjadi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA. Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007, IUPHHK-HA adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran. Izin IUPHHK-HA ini diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMS Indonesia, BUMN atau BUMD PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 67 ayat 3, dan diberikan paling lama 55 lima puluh lima tahun yang dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang dilakukan setiap 5 lima tahun oleh Menteri Kehutanan Pasal 51. Izin ini diberikan oleh Menteri Kehutanan berdasarkan rekomendasi gubernur yang telah mendapatkan pertimbangan dari bupatiwalikota Pasal 62.

b. Cara Perolehan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IUPHHK-HA