dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kepemilikan saham pada perseroan swasta harus mengikuti ketentuan- ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Perseroan sebagai badan hukum memiliki modal dasar, yakni jumlah
modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta Pendirian atau AD Perseroan. Modal dasar tersebut, menurut Yahya Harahap, terbagi dalam
saham yang dimasukkan para pemegang saham dalam status mereka sebagai anggota perseroan dengan jalan membayar saham tersebut kepada
Perseroan
32
. Besarnya modal dasar perseroan, menurut UUPT Tahun 2007 adalah terdiri atas seluruh nilai nominal saham Pasal 31 ayat 1, atau paling
sedikit Rp 50.000.000 Pasal 32 ayat 1. Dan paling sedikit 25 dari modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetor penuh Pasal 33 ayat 1. Namun
ketentuan modal dasar tersebut tidak menutup kemungkinan adanya peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang mengatur modal perseroan
terdiri atas saham tanpa nilai nominal Pasal 31 ayat 2, atau adanya undang- undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu yang dapat menentukan jumlah
minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut Pasal 32 ayat 2.
d. Perusahaan BUMN
32
Yahya Harahap, M. Op.Cit., hal. 34.
Badan Usaha Milik Negara BUMN merupakan salah satu
pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Perseroan
dimana terdapat saham yang dimiliki oleh Pihak Pemerintah. BUMN memiliki misi bisnis terdapat juga misi-misi Pemerintah yang bersifat sosial. Keberadaan
BUMN diharapkan antara lain untuk 1 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya. 2 Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
dan 3 Menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
Pasal 1 Undang Undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut
BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk
menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Pada beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar pada
kepemilikannya dengan membuat BUMN tersebut menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya bisa dimiliki oleh publik, contohnya adalah PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk.
Sejak tahun 2001
seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN
, yang dipimpin oleh seorang Menteri Negara BUMN
. Jenis-jenis BUMN yang ada di Indonesia adalah Perusahaan Perseroan
Persero, Perusahaan Jawatan Perjan, Perusahaan Umum Perum. Tetapi dalam perkembangannya, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 19
tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara maka yang diakui sebagai BUMN hanyalah Perusahaan Umum Perum dan PT Persero sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 Undang- Undang tersebut. Sedangkan perusahaan negara yang masih berbentuk Perjan, berdasarkan pasal 93 ayat 1 harus
segera disesuaikan dirubah menjadi berbentuk Perum atau PT. Persero. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan. Pada angka 4 pasal yang sama menyebutkan
Perusahaan Umum
yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
4. Organ Perseroan Terbatas