Bab II, sedangkan persyaratan dan tata cara permohonan diatur pada Bab III.
Pemindahtanganan IUPHHK berdasarkan P.34Menhut-II2009 adalah perbuatan hukum pemindahtanganan IUPHHK yang dilakukan oleh
pemegang IUPHHK, baik dengan cara penjualan IUPHHK kepada pihak lain maupun dengan cara pengambilalihan sebagian besar atau seluruh saham
pada perusahaan IUPHHK yang berbentuk BUMS Indonesia Pasal 1 angka 3. Sedangkan pengambilalihan atau akuisisi adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih seluruh ataupun sebagian besar saham pada perusahaan IUPHHK yang
berbentuk BUMS Indonesia, yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perusahaan tersebut Pasal 1 ayat 4.
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK pada hutan produksi yang dapat dipindahtangankan adalah IUPHHK-HA, IUPHHK
restorasi ekosistem, IUPHHK-HT dan IUPHHK pada hutan tanaman hasil rehabilitasi Pasal 2. Permohonan persetujuan pemindahtanganan IUPHHK
diajukan oleh Direksi atau pengurus perusahaan IUPHHK kepada Menteri Kehutanan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan perusahaan
atau perorangan yang akan menerima pemindahtanganan Pasal 5.
b. Akibat Hukum Pengambilalihan Saham Perseroan Terbatas
pemegang IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT
Setiap perbuatan hukum mengakibatkan akibat hukum, demikian pula perbuatan hukum Pengambilalihan Perseroan Terbatas dapat
menimbulkan akibat hukum yang bersifat multi dimensi, yaitu :
62
• Akibat hukum yang bersifat internal dan materiil baik pada pihak-pihak internal maupun eksternal;
• Akibat hukum yang mempunyai dampak lebih luas yaitu pengaruh yang bersifat ekonomi.
• Akibat yang hampir terasa atau tidak yaitu pengaruh sosial dan psikologis.
Menurut UUPT Pasal 126, pengambilalihan saham harus memperhatikan kepentingan;
a. perseroan, pemegang saham minoritas dan karyawan perseroan; b . kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan;
c . masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa pengambilalihan tidak
dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Selanjutnya, pengambilalihan harus dicegah kemungkinan terjadinya
monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat.
62
Sri Redjeki Hartono, Pengaruh dan Akibat Merger, Konsolidasi dan Akuisisi terhadap Pihak Ketiga, Makalah Seminar tentang Aspek Hukum Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Dalam Era
Globalisasi, diselenggarakan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, Jakarta, 10-11 September 1997
Pengambilalihan saham sebuah Perseroan juga berdampak pada perubahan komposisi kepemilikan saham dan pengendalian Perseroan.
Bagi Perseroan pemegang saham IUPHHK-HA maupun IUPHHK-HT, pengambilalihan saham dapat berpengaruh langsung terhadap
pemindahtanganan IUPHHK-HA maupun IUPHHK-HT. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.34Menhut-
II2009 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemindahtanganan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, disebutkan bahwa pemindahtangan
IUPHHK dapat berupa a jual beli IUPHHK dari pemegang izin kepada pihak lain, b pengambilalihan sebagian besar saham yaitu apabila
penjualan saham berada di atas 50 lima puluh persen dari saham yang dibeli, atau c pengambilalihan seluruh saham pada perusahaan pemegang
IUPHHK yang diberikan kepada BUMS Indonesia yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perusahaan tersebut.
Dengan demikian pengambilalihan saham lebih dari 50 dari pemilik lainnya pada Perseroan pemegang IUPHHK yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas Perseroan, maka dapat dimungkinkan terjadinya pemindahtanganan IUPHHK kepada pemilik mayoritas saham.
Namun pemindahtanganan IUPHHK tersebut masih memerlukan persetujuan tertulis dari Menteri Kehutanan.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pengambilalihan Saham Perseroan Terbatas Pemegang
IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku
1. Potensi Sumberdaya Hutan
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan memiliki pengertian sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Kawasan hutan merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya. Sementara
yang dimaksud dengan hasil hutan adalah benda-benda hayatinon hayati dan jasa yang berasal dari hutan.
Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK tahun 1983, kawasan hutan yang dimiliki
Indonesia mencapai 143,57 juta hektar dengan rincian Hutan Lindung ± 30.316.218 ha 16, Hutan Konservasi ± 18.725.324 ha 10, Hutan
Produksi ± 64.391.990 34 dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi ± 30.131.716 ha 16.