Tasikmalaya, Jawa Barat, yang kemudian diikuti pendukungnya di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh.
196
Namun kiranya pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwieyo dan
pendukungnya bukanlah pemberontakan biasa.
197
Jika dilihat sejarahnya, Kartosuwiryo dan pendukungnya adalah pejuang sejati yang perannya
dalam merebut dan mempertahankan wilayah RI sangat besar. Bahkan Kartosuwiryo menyatakan bahwa perjuangannya
mendirikan negara Islam adalah kelanjutan dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
198
Hanya saja mereka berangkat dari latar belakang Agama Islam dan beberapa kali berseberangan pandangan
dengan pemerintah dalam mensikapi Belanda. Misalnya mereka tidak sepakat dengan perjanjian Linggarjari dan Perjanjian Renville yang
kemudian membuat hubungannnya dengan pemerintah RI tidak harmonis dan kemudian terjadi peperangan semenjak agresi Belanda kedua,
dimana tentara Siliwangi kembali lagi ke Jawa Barat yang selama ini dipertahankan oleh Tentara Islam Indonesia dari serangan Belanda.
199
Oleh karena itu pemberontakan DI-TII harus disikapi secara berbeda dengan pemberontakan PKI.
Dilihat dari sudut pandang histories sudah semestimya Pancasila dijadikan sebagai bendakepentingan hukum yang layak mendapat
perlindungan hukum pidana.
2. Landasandasar Perlunya Perlindungan Konstitusi Negara Dengan Hukum Pidana
196
Al Chaidar, Pengantar pemikiran Proklamator Negara Islam Indonesia, S.M.Kartosuwiryo, Mengungkap Manipulasi Sejarah Darul IslamDI-TII Pada Masa Orde Lama Dan Orde Baru,
Cet.2, Al Falah, Tanpa Kota, 1420 H, hal. 96
197
Ibid, hal. 91
198
Ibid, hal. 82
199
lebih lanjut baca Ibid
Sedangkan mengenai perlindungan hukum pidana terhadap konstitusi negara perlu dikemukakan terlebih dahulu bahwa sebagaimana
telah dikemukakan pada bab II, penulis mengikuti pandangan yang menyatakan bahwa konstitusi Indonesia, yaitu UUD 1945 meliputi
pembukaan, batang tubuh dan penjelasan. Namun perlu dibedakan dalam mencari landsan perlunya perlindungan konstitusi dengan hukum pidana,
karena masing-masing memiliki kekuatan hukum yang berbeda. Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan yang tetap, tidak dapat diubah oleh
siapapun termasuk MPR hasil pemilu. Sementara batang tubuh UUD 1945 dapat dirubah sesuai dengan
ketentuan pasal 37 ayat 1 yang menyatakan bahwa Untuk mengubah Undang-undang Dasar sekurang-kurangnya 23 dari pada jumlah anggota
majlis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. Dari bunyi ketentuan ini jelas kewenangan untuk mengubah UUD 1945 di tangan MPR. Dalam
perjalanannya UUD 1945 telah mengalami perubahan berupa amandemen. Mengenai alasan perlunya perlindungan pembukaan UUD 1945
dengan hukum pidana kiranya tidak perlu dikemukakan lagi, oleh karena dalam pembukaan UUD 1945 itulah keberadaan ideologi negara Pancasila,
dan pokok-pokok pikiran yang ada dalam pembukaan UUD 1945 adalah Pancasila.
200
Maka alasan yang menjadi landasan perlindungan ideology negara juga menjadi alasan perlindungan terhadap pembukaan.
Sedangkan alasan perlindungan terhadap batang tubuh juga sangat kuat. Hal itu mengingat konstitusi memiliki fungsi utama dalam
penyelenggaraan negara, karena berada pada urutan pertama dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagaimana diatur
200
I Gede Pantja Astawa, Beberapa Catatan Tentang Perubahan UUD 1945, dalam Jurnal Demokrasi dan Ham, Vol. 1, No. 4 Tahun 2001, The Habibie Centre, Jakarta, 2001, hal. 36
dalam Tap MPR No IIIMPR2000. Dengan demikian UUD 1945 merupakan hukum tertulis tertinggi. Maka seluruh peraturan perundang-
undangan harus berdasarkan UUD 1945. Urgensi UUD 1945 bagi kehidupan negara juga dapat dilihat dari
isinya, yaitu : 1. Hasil perjuangan politik bangsa pada masa yang lalu.
2. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik pada masa sekarang saatUUD 1945 dibuat-penulis maupun yang akan
datang. 3. Suatu keinginan kehendak dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. 4. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan.
201
Menurut van Marseveen konstitusi juga merupakan dokumen nasional, artinya mempunyai sebuah konstitusi untuk menunjukkan
kepada dunia identitas negara sendiri, dokumen politik dan hukum, artinya konstitusi merupakan alat untuk pembentukan system politik dan
system hukum negara sendiri, serta sertifikat piagam kelahiran, artinya konstitusi merupakan tanda kedewasaan rakyat dan bangsa dan tanda
kemerdekaan.
202
Maka sangat beralasan untuk menjadikan konstitusi sebagai benda hukum yang harus dilindungi.
B. KEBIJAKAN LEGISLATIF DALAM RANGKA PERLINDUNGAN IDEOLOGI DAN KONSTITUSI NEGARA DENGAN HUKUM PIDANA
DALAM HUKUM POSITIP INDONESIA
Sumber-sumber hukum pidana tertulis di Indonesia sekarang ini adalah :
1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP; 2. Undang-undang yang merubahmenambah KUHP;
3. Undang-undang Hukum Pidana Khusus;