1 satu tahun oleh Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1
2. UU No 12 tahun 2003
UU No 12 tahun 2003 sebenarnya adalah hukum administrasi tentang Pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD.Sebagaimana kecenderungan hukum administrasi dewasa ini, di dalamnya terdapat aturan pidana, yaitu pada bab XV, yang terdiri
dari Pasal 137, Pasal 138, Pasal 139, Pasal 140 dan Pasal 141.Tindak pidana terhadap Ideologi dan Konstitusi Negara diatur dalam Pasal
138 ayat 1 jo Pasal 76 jo pasal 74 huruf a. Pasal 74 menyatakan bahwa dalam kampanye dilarang :
a. Mempersoalkan dasar negara pancasila dan Pembukaan Undang- undang Dasar negara republik Indonesia tahun 1945.
b. menghina seseorang……..dst, sampai huruf g. Sedangkan Pasal 76 menyatakan bahwa pelanggaran atas
ketentuan Pasal 74 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f merupakan tindak pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sementara Pasal 138 ayat 1 yang merupakan aturan pidananya
menyatakan bahwa : Setiap orang yang sengaja melanggar ketentuan mengenai larangan
pelaksanaan kampanye pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e diancam dengan pidana
penjara paling singkat 3 tiga bulan atau paling lama 18 delapan belas bulan danatau denda paling sedikit Rp. 600.000,00 enam ratus
ribu rupiah atau paling banyak Rp. 6000.000,00 enam juta rupiah.
Ada hal menarik mengenai UU No 12 tahun 2003 dalam kaitannya dengan perlindungan terhadap ideologi negara, yaitu
keberatan sebagian elemen masyarakat terhadap persyaratan calon anggota DPR, DPD Dan DPRD. Pasal 60 huruf g mensyaratkan
bahwa seorang calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD kabupatenkota harus memenuhi syarat bukan bekas anggota
organisasi terlarang, Partai Komunis indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibatlangsung ataupun tak
langsung dalam G-30-SPKI, atau organisasi terlarang lainnya. Keberatan sebagian elemen masyarakat terhadap syarat tersebut
diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Oleh mahkamah Konstitusi keberatan itu diterima, dan Pasal 60 hurug g dicabut. Hal ini menarik
oleh karena ketentuan demikian untuk kali pertama dicabut setelah berpuluh-puluh tahun di praktekkan oleh rezim Orde Baru.
3. UU No 23 Tahun 2003