Pertanggungjawaban Pidana UU No 32 tahun 2004

dapat menimbulkan ketidakpastian dan pada gilirannya membuka pintu bagi penguasa untuk sewenang-wenang. 227 Perbuatan mempersoalkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dibatasi oleh tempus delicti yang sama, yaitu pada waktu kampanye. Jadi tidak berlaku di luar kampanye. Kampanye itu sendiri dalam UU No 12 tahun 2003 dirumuskan sebagai kegiatan peserta pemilu danatau calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi maupun DPRD kabupatenkota untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan program-programnya. Sedangkan dalam UU No 32 Tahun 2004 kampanye diberi pengertian sebagai kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program-program calon. Dalam UU No 23 Tahun 2003 juga sama. Jadi pengertian kampanye dalam ketiga undang-undang tersebut pada prinsipnya sama. sama. Kampanye lebih sempit dari pada “di muka umum” karena dimuka umum tidak hanya kampanye saja. Mengenai sifat melawan hukum dalam keempat undang- undang di atas tidak dirumuskan secara eksplisit. Hal itu berarti bahwa unsur obyektif tersebut tidak perlu dibuktikan di depan pengadilan, karena ia dianggap ada kecuali terbukti sebaliknya. 228

c. Pertanggungjawaban Pidana

Subjek yang dipertanggungjawabkan dalam empat serangkai undang-undang politik selain orang juga badan hukum. Dalam UU No 31 Tahun 2002 disebutkan badan hukum, yaitu partai politik yang dalam 227 Meskipun demikian dalam pengamatan penulis belum pernah ada perkara mempersoalkan Pancasila dan UUD 1945Pembukaan UUD 1945, setidaknya di Wilayah JawaTengah selama Pemilu DPR, DPD dan DPRD maupun Pemilu Presiden dan Wkil Presiden. Penulis adalah anggota Pengawas Pemilu Kabupaten Boyolali 2003-2004. 228 Sudarto, Ibid, hal. 83 Pasal 19 ayat 5 dinyatakan bahwa “Partai politik dilarang menganut, menyebarkan dan mengembangkan ajaran atau paham KomunismeMarxisme-Leninisme”. Dalam aturan pidananya, yaitu Pasal 28 ayat 5 dinyatakan bahwa yang dipidana adalah pengurus partai, yakni yang menggunakan partainya untuk melakukan perbuatan yang melanggar Pasal 19 ayat 5. Namun tidak dijelaskan siapa yang dimaksud dengan pengurus. Di samping menggunakan istilah “setiap orang” yang jelas bermakna manusia, juga badan hukum. Hal itu dapat dilihat dalam ketentuan pasal 141 UU No 12 tahun 2003, Pasal 92 UU No 23 tahun 2003. dan Pasal 119 UU No 32 tahun 2004. Dalam UU No 12 tahun 2003 badan hukum yang dipertanggunggjawabkan adalah penyelenggara pemilu, yaitu KPU dan peserta pemilu, yaitu partai politik. Sedangkan dalam dua undang-undang terakhir badan hukum yang dipertanggungjawabkan adalah penyelenggara pemilu, yaitu KPU. Namun sesungguhnya hanya parpol saja yang melakukan kampanye, sehingga hanya parpol yang mungkin dipidana dalam kaitannya dengan tindak pidana terhadap ideology dan konstitusi negara. Dalam empat serangkai undang-undang politik dicantumkan bentuk kesalahan, yaitu kesengajaan dengan menggunakan istilah “dengan sengaja”. Namun sebenarnya unsur demikian dapat dipastikan ada dengan melihat tindak pidananya. Menganut, mengembangkan maupun menyebarkan tentu disertai dengan kesengajaan, bahkan dengan perencanaan. Demikian juga perbuatan mempersoalkan tentu juga dengan kesengajaan.

d. Pidana Dan Pemidanaan