Pengertian Kebijakan Hukum Pidana

20 c. Menambah pengetahuan yang jelas tentang kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana perdagangan orang Human Trafficking .

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul yang dipilih oleh penulis adalah “ Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking “ , yang diajukan oleh penulis dalam rangka untuk memenuhi suatu tugas serta syarat untuk memperoleh gelar “ Sarjana Hukum “. Judul skripsi yang penulis akan buatkan ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun penulisan skripsi ini berdasarkan kepada referensi dari buku – buku, undang – undang, peraturan – peraturan , serta data – data dari sumber – sumber lainnya. Penulisan skripsi ini berdasarkan atas hasil pemikiran penulis sendiri dan belum ada orang lain yang membuatkannya, hal ini telah diperiksa oleh perpustakaan hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian skripsi ini merupakan sebuah karya asli yang berasal dari penulis dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Kebijakan Hukum Pidana

Istilah “ kebijakan “ dalam tulisan ini diambil dari istilah “ policy “ Inggris atau “ politiek “ Belanda yang secara umum dapat diartikan sebagai prinsip – prinsip umum yang berfungsi untuk mengarakan pemerintah dalam mengelola, mengatur, atau menyelesaikan urusan – urusan publik, masalah – masalah masyarakat atau bidang – bidang penyusunan peraturan perundang- udangan dan pengaplikasian hukum peraturan, dengan satu tujuan umum yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat warga negara . Bertolak dari kedua istilah asing ini, maka istilah “ kebijakan hukum pidana “ dapat pula disebut dengan istilah “ politik hukum pidana “. Dalam kepustakaan asing istilah Universitas Sumatera Utara 21 “ politik hukum pidana “ ini sering dikenal dengan berbagai istilah, antara lain “ penal policy “, “ criminal law policy “ atau “ Strafrechtspolitiek “. 23 Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupun politik kriminal. Menurut Sudarto, “ Politik Hukum “ adalah : a. Usaha untuk mewujudkan peraturan – peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat. 24 b. Kebijakan dari negara melalui badan – badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan – peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita – citakan. 25 Bertolak dari pengertian demikian, Sudarto selanjutnya menyatakan bahwa melaksanakan “ kebijakan hukum pidana “ berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang – undangan pidana yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Dalam kesempatan lain beliau menyatakan, bahwa melaksanakan “ kebijakan hukum pidana “ berarti, “ usaha mewujudkan peraturan perundang – undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa – masa yang akan datang. 26 Senada dengan pernyataan di atas, Solly Lubis juga menyatakan bahwa politik hukum adalah ; “ kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara. “ 27 Mahfud M.D, juga memberikan defenisi politik hukum sebagai ; 23 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru , Jakarta : Kencana, 2008. Hal 22. 24 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana.........Op. Cit., Hal 159. 25 Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Bandung : Sinar Baru, 1983 , Hal 20. 26 Ibid.,Hal 93 dan 109. 27 Solly Lubis, Serba Serbi Politik dan Hukum, Bandung : Mandar Maju, 1989, Hal 49. Universitas Sumatera Utara 22 “ kebijakan mengenai hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah “ 28 Hal ini juga mencakup pula pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembutaan dan penegakan hukum itu. Dalam konteks ini hukum tidak bisa hanya dipandang sebagai pasal – pasal yang bersifat imperatif, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataannya bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materinya pasal – pasal, maupun dalam penegakannya. Sedangkan menurut Marc Ancel bahwa kebijakan hukum pidana atau “ penal policy “ dinyatakan sebagai “ suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik “. Dengan demikian yang dimaksud dengan “ peraturan hukum positif “the positive rules dalam defenisi Marc Ancel itu jelas adalah peraturan perundang – undangan hukum pidana. Dengan demikian istilah “ penal policy “ menurut Marc Ancel adalah sama dengan istilah “ kebijakan atau politik hukum pidana “. 29 Menurut A. Mulder, “ Strafrechtspolitiek “ ialah garis kebijakan untuk menentukan : 30 a. Seberapa jauh ketentuan – ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau diperbaharui; b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana; c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dana pelaksanaan pidana harus dilaksanakan. Secara umum dari pendapat – pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kebijakan hukum pidana atau “ penal policy “ adalah suatu usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk menentukan kearah mana pemberlakuan hukum pidana Indonesia dimasa yang akan datang dengan melihat penegakkannya dimasa sekarang.

2. Pengertian Tentang Tindak Pidana