Konvensi Hak Anak Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang – Undang

62 c. Pasal 59 : “Pemerintah dan lembaga lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak menjadi korban penyalahgunaan narkotika. Alkohol, dan adiktif lainnya. Anak korban kekerasan fisik dan atau mental anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan terlantar”. d. Pasal 66 ayat 1 : “Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 merupakan kewajiban pemerintah dan masyarakat”. e. Pasal 66 ayat 2 : “Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan melalui : 1 Penyebarluasan danatau sosialisasi ketentuan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual. 2 Pematauan, pelaporan dan pemberian sanksi, dan 3 Keterlibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi danatau seksual”. f. Pasal 66 ayat 3 : “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1”.

5. Konvensi Hak Anak

Ketentuan mengenai perlindungan anak dari tindakan human trafficking yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak adalah sebagai berikut : a. Pasal 11 : “Negara akan memberantas pengiriman anak ke luar negeri secara gelap dan tak kembalinyaa anak dari luar negeri”. b. Pasal 19 : Universitas Sumatera Utara 63 “Negara akan melindungi dari segal bentuk kekerasan, perlakuan sewenang – wenang, pengabaian, dan eksploitasi selagi mereka berada dalam asuhan orang tua atau orang lain dan mengimplementasikan pencegahan dan program perawatan”. c. Pasal 32 : “Negara – negara peserta mengakui hak anak dilindungi terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan yang berbahaya atau menggangu pendidikan anak, atau merugikan kesehatan anak, atau perkembangan fisik, mental, spiritual, atau sosial anak”. d. Pasal 33 : “Negara – negara peserta akan mengambil langkah – langkah yang layak termasuk langkah legislatif, sosial, dan pendidikan guna melindungi anak dari pemakaian obat – obatan narkotika secara gelap dan zat – zat psikotropis seperti yang ditetapkan dalam perjanjian internasional yang relevan, dan guna mencegah penggunaan anak dalam pembuatan dan pengedaran secara gelap zat – zat seperti itu”. e. Pasal 35 : “Negara – negara peserta akan mengambil semua langkah yang layak, nasional, bilateral dan multilateral untuk mencegah penculikan, penjualan, atau jual beli anak untuk tujuan atau dalam bentuk apapun”.

6. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang – Undang

Hukum Pidana KUHP Kitab Undang – Undang Hukum Pidana yang sekarang berlaku merupakan warisan peninggalan bangsa Belanda yang merupakan terjemahan dari Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Belanda atau Wetboek van Strafrecht Wvs. Adapun perkembangan Wetboek van Strafrecht Wvs, sehingga menjadi Kitab Undang – Undang Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia adalah pada masa agresi militer Belanda terjadi dualisme hukum karena Belanda membawa hukum pidananya dengan nama Wetboek van Strafrecht voor Indonesia dan yang berlaku di Indonesia adalah Wetboek va Strafrecht voor Nederlandsche Indie. Dualisme ini berakhir dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang menyatakan Berlakunya Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1946 Republik Indonesia Universitas Sumatera Utara 64 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang – Undang Hukum Pidana. Undang – undang ini memperkuat Undang – Undang 1 Tahun 1946 yang pada dasarnya menetapkan bahwa hukum pidana yang berlaku bagi seluruh penduduk Indonesia ialah hukum pidana yang termuat dalam Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsche Indie atau dengan kata lain hukum pidana yang berlaku sejak Januari 1918 dan kemudian diterjemahkan menjadi Kitab Undang – Undang Hukum Pidana yang digunakan saat ini. Dengan adanya Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Salah satu pasal dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1946 yaitu pasal V menyebutkan : “ Peraturan hukum pidana, yang seluruhnya atau sebagian sekarang tidak dapat dijalankan, atau bertentangan dengan kedudukan Republik Indonesia sebagai negara merdeka, atau tidak mempunyai arti lagi, harus dianggap seluruhnya atau sebagian sementara tidak berlaku lagi “. Berdasarkan pasal tersebut di atas, maka ada beberapa pasal dari Wetboek van Strafrecht yang diterjemahkan menjadi Kitab Undang – Undang Hukum Pidana tidak berlaku lagi, termasuk Pasal 324, Pasal 325, Pasal 326, dan Pasal 327 tentang perdagangan budak. Menurut mulyatno pasal – pasal tersebut dipandang tidak perlu. Indonesia sudah merdeka maka jual beli budak seperti jaman penjajahan dianggap tidak ada lagi. Adapun menurut Sudarto, mengenai pasal V Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1946 ditafsirkan bahwa pernyataan yang tersebut dalam pasal itu hanya berlaku bagi peraturan – peraturan di luar Wetboek van Strafrecht, oleh karena sejauh yang mengenai tindak pidana di Wetboek van Strafrecht. Sudah ada pengaturannya di Pasal VIII. 83 83 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Op. Cit., Hal 41. Universitas Sumatera Utara 65 Dalam pasal VIII disebutkan pasal – pasal yang diubah. Disebutkan pasal – pasal Wetboek van Strafrecht yang diubah dalam pasal VIII Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1946 adalah sebagai berikut. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana perlu diubah sebagai berikut ; a. Pasal 105 dihapus b. Pasal 130 dihapus c. Pasal 132 dan 133 dihapus d. Pasal 135 dan136 dihapus e. Pasal 138 dihapus f. Pasal 139 dihapus g. Pasal 153 bis dan 153 ter dihapus h. Pasal 161 dihapus i. Pasal 171 dihapus j. Pasal 230 dihapus Berdasarkan pendapat Sudarto maka Pasal 324, Pasal 325, Pasal 326, dan Pasal 327 tentang perdagangan budak masih berlaku, karena Pasal V tersebut tidak berlaku untuk KUHP dan pasal – pasal tentang perbudakan tidak termasuk dalam pasal VIII yang diubah. 84 Di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana KUHP adapun pasal yang mengatur tentang perdagangan orang yakni Pasal 297 yang menyatakan bahwa : ” Perdagangan wanita dan anak laki – laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun “. Demikian juga dalam Pasal 298 menyatakan bahwa : “ Sebagai akibat dari kejahatan, hak perwalian pelaku penjualan anak atas anak tersebut dapat dicabut, juga hak untuk melakukan pencarian di bidang tersebut “. Secara makna pasal – pasal tentang perbudakan dibutuhkan lagi, dalam Rancangan Undang – Undang Kitab Undang – Undang Hukum Pidana dimunculkan kembali dimana perbuatan pidana yang disebut dengan perbudakan itu disesuaikan dengan keadaan sekarang dengan perbuatan pidana perdagangan orang, yang terdapat dalam Bab XX Tindak Pidana 84 Ibid. Universitas Sumatera Utara 66 Perdagangan Kemerdekaan Orang, Pasal 526 sampai dengan Pasal 541 tentang Perdagangan Orang.

7. Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak