66
Perdagangan Kemerdekaan Orang, Pasal 526 sampai dengan Pasal 541 tentang Perdagangan Orang.
7. Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking
Perdagangan orang adalah bentuk modern dari perbudakan manusia. Perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan
martabat manusia. Bertambah maraknya masalah perdagangan orang diberbagai negara, termasuk Indonesia dan negara – negara yang sedang berkembang lainnya, telah menjadi
perhatian Indonesia sebagai bangsa, masyarakat internasional dan anggota organisasi internasional, terutama Perserikatan Bangsa – Bangsa PBB .
Berdasarkan bukti empiris, perempuan dan anak adalah kelompok yang palin banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Korban diperdagangkan tidak hanya untuk
tujuan pelacuran atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, tetapi juga mencakup bentuk eksploitasi lain, misalnya kerja paksa atau pelayanan paksa, perbudakan, atau praktik serupa
perbudakan itu. Pelaku tindak pidana perdagangan orang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktik serupa
perbudakan adalah tindakan menempatkan seseorang dalam kekuasaan orang lain sehingga orang tersebut tidak mampu menolak suatu pekerjaan yang secara melawan hukum
diperintahkan oleh orang lain itu kepadanya, walaupun orang tersebut tidak menghendakinya.
Universitas Sumatera Utara
67
Tindak pidana perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Tindak
pidana perdagangan orang bahkan melibatkan tidak hanya perorangan tetapi juga korporasi dan penyelenggara negara yang menyalahgunakan wewenangn dan kekuasaan. Jaringan
pelaku tindak pidana perdagangan orang memiliki jangkauan operasi tidak hanya antarwilayah dalam negeri tetapi juga antar negara.
Didalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking, adapun yang dimaksud dengan Tindak
Pidana Perdagangan Orang yaitu terdapat dalam Pasal 1 angka 2 yang berbunyi : “ setiap tindakan atau serangkaian tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan
di dalam negara maupun antarnegara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi “.
Adapun sanksi pidana penjara dan pidana denda yang diberikan kepada pelaku tindak pidana perdagangan orang di dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking, yakni terdapat dalam Pasal 2 angka 1 yang menyebutkan bahwa :
“ setiap orang yang melakukan tindakan atau serangkaian tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi di wilayah
Republik Indonesia, dipidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta
rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah “.
Kemudian terhadap perlindungan anak dari tindak pidana perdagangan orang terdapat dalam Pasal 5 di dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking, yang menyebutkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
68
“ setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana penjara paling singkat 3
tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana dendan paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah “.
Kemudian juga dalam Pasal 6 juga menyebutkan bahwa : “ setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan
cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana penjara singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana dendan paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus
dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah “. Serta apabila seorang penyelenggara terlibat kedalam tindak pidana perdagangan
orang maka akan diberikan sanksi tambahan yang berat seperti yang tertulis dalam pasal 8 di dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Human Trafficking, yang menyebutkan bahwa : Angka 1 yaitu setiap penyelengara negara yang menyalahgunakan kekuasaan yang
mengakibatkan terjadinya tindak pidana perdagangan orang sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 maka pidananya ditambah 13 sepertiga
dari ancaman pidana dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6; Angka 2 yaitu selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas
pelaku dapat dikenakan pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
Angka 3 yaitu pidana tambahan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan.
8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdangangan