kontrol yang mempunyai aneurisma cerebral yang tidak ruptur Randell, 1999.
Eckardt dkk, meneliti pada 40 penderita dengan stroke iskemik hemisfer unilateral dan menemukan bahwa dispersi QT berhubungan
dengan lokasi lesi serebri Eckardt, 1999. Afsar dkk, juga menemukan bahwa perpanjangan nilai dispersi QT
pada 36 penderita dengan stroke akut bila dibandingkan kontrol Afsar, 2003.
Dispersi QT memang berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi dan hasil akhir yang lebih jelek pada penyakit serebrovaskuler
Lazar, 2008.
II.4. COMPUTED TOMOGRAPHY CT
DAN VOLUME LESI
Sejak diperkenalkan tahun 1973, CT telah merubah pendekatan akan diagnosa stroke. Dengan CT memungkinkan dengan jelas
membedakan iskemia otak dengan perdarahan dan menetukan ukuran dan lokasi dari infark dan hemorhage Furlan, 2001 ; Caplan, 2000. CT
sken tanpa kontras Non-Contrast Computed Tomography NCCT merupakan pemeriksaan radiologi rutin yang pertama di unit gawat darurat
untuk menilai penderita dengan stroke akut, dan masih tetap merupakan pemeriksaan imejing stroke akut yang standart. Peran standart dari NCCT
dalam mendiagnosa stroke akut dengan cepat mendeteksi perdarahan otak Lev dkk, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pada infark otak akut menurut standart pendidikan bahwa CT adalah normal dalam 24 jam pertama setelah onset stroke Furlan, 2001.
Pada iskemia, pada stadium awal sering normal atau hanya sedikit abnormalitas. Selama hari-hari pertama onset stroke, infark biasanya bulat
atau oval dan batasnya kurang tegas. Kemudian menjadi lebih hipodense dan gelap, dan lebih seperti baji wedge-like dan berbatas. Sebagian
infark yang tadinya hipodens menjadi isodens setelah minggu kedua dan ketiga onset. Hal ini yang disebut sebagai fogging effect kadang-kadang
dapat mengaburkan lesi Caplan, 2000. Pantano dkk 1998 melaporkan bahwa sekitar dua pertiga
penderita ukuran infark ditegakkan dalam 24-36 jam setelah onset stroke, sedangkan sisanya perubahan volume lesi dapat terjadi sesudah 24-36
jam pertama.
II.5. OUTCOME
STROKE DAN INSTRUMEN
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat
batasan sebagai berikut Caplan, 2000 :. 1. Impairments : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis
dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi, terapi okupasional ditujukan untuk menetapkan kelainan ini.
2. Disabilitas adalah setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat
Universitas Sumatera Utara
seperti : tidak bisa berjalan, menelan dan melihat akibat pengaruh stroke.
3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seseorang penderita stroke berperan sebagai manusia normal akibat ”impairment” atau
“disability” tersebut . Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel Index dan Modified
Rankin Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena mudah digunakan, pengukuran yang sensitif terhadap keparahan stroke dan
memperlihatkan interrater reliability Sulter dkk, 1999 ; Weimar dkk, 2002.
Instrumen
Dalam uji klinik Barthel Index BI dan Modified Rankin Scale mRS merupakan skala yang sering digunakan untuk menilai outcome
dan merupakan pengukuran yang dapat dipercaya yang memberi penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan fungsional setelah stroke
Sulter dkk, 1999. Barthel Index telah dikembangkan sejak tahun 1965, dan kemudian
dimodifikasi oleh Granger dkk sebagai suatu tehnik yang menilai pengukuran performasi penderita dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang
dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu Sulter dkk, 1999 : - Kelompok yang berhubungan dengan self-care antara lain : makan,
membersihkan diri, mandi, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air kecil, penggunaan toilet.
Universitas Sumatera Utara
- Kelompok yang berhubungan dengan morbiditas antara lain : berjalan, berpindah dan menaiki tangga.
Skor maksimum dari BI ini adalah 100, yang menunjukkan bahwa fungsi fisik penderita benar-benar tanpa bantuan, dan nilai terendah
adalah 0 yang menunjukkan ketergantungan total Sulter dkk, 1999. Skala mRS lebih mengukur ketergantungan daripada performasi
aktifitas spesifik, dalam hal ini mental demikian juga adaptasi fisik digabungkan dengan defisit neurologi. Skala ini terdiri dari 6 derajat, yaitu
dari 0-5, dimana 0 berarti tidak ada gejala dan 5 berarti cacat ketidakmampuan yang berat Sulter dkk, 1999. Skala mRS adalah lebih
sensitif untuk penilaian pada penderita dengan disabilitas ringan dan sedang Weimar dkk, 2002. Meskipun kedua skala tersebut diatas
mudah digunakan dan dapat dipercaya, belum ada konsensus mengenai bagaimana skala tersebut seharusnya digunakan untuk menentukan
outcome pada uji klinik Sulter dkk, 1999. Sulter dkk 1999 melakukan trial pada beberapa penelitian yang
menggunakan skala BI dan mRS pada stroke iskemik, dimana pada studi Granger dkk menemukan bahwa skor 60 pada BI berhubungan dengan
pergeseran dari dependent menjadi independent. Dan skor 85 menunjukkan peralihan dari memerlukan bantuan minimal ke-tanpa
bantuan independent. Pengukuran National Institute of Health Stroke Scale NIHSS
untuk menilai impairment terdiri dari 12 item pertanyaan tingkat kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze
Universitas Sumatera Utara
palsy, pemeriksaan lapangan pandang, fasial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa disartria, dan ekstensiinattention. Skala ini telah banyak
digunakan pada penelitian-penelitian dalam terapi stroke akut dan merupakan pemeriksaan standar dalam penelitian klinis. Nilai skor NIHSS
saat penderita mengalami stroke akan dapat digunakan sebagai prediksi perawatan pada saat setelah masa akut, dimana setiap peningkatan 1
poin skor secara bermakna akan menambah lama rawatan di rumah sakit. Ada 3 rentang skor NIHSS yang secara bermakna berhubungan dengan
perawatan penderita stroke, yaitu skor ≤ 5 ringan penderita dapat keluar
dari rumah sakit, skor 6-13 sedang penderita memerlukan rehabilitasi dan 13 berat akan memerlukan fasilitas perawatan yang lama Meyer
dkk, 2002; Schlegel dkk, 2003.
Universitas Sumatera Utara
II.6. KERANGKA KONSEPSIONAL Stroke