Latar Belakang Masalah Pengaruh Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance, Dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012
investment yang memadai.
4
Penerapan good corporate governance pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan
bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Dan penerapan shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan
entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah DPS. Yang mana tugas dari para DPS ini
adalah mengawasi operasional perbankan syariah agar sesuai dengan prinsip- prinsip syariah.
Dalam pokok-pokok hasil penelitian Bank Indonesia menyatakan bahwa nasabah yang menggunakan jasa syariah, sebagian memiliki kecenderungan untuk
berhenti menjadi nasabah antara lain karena keraguan akan konsistensi penerapan prinsip syariah. Kepatuhan dan kesesuain bank syariah terhadap prinsip syariah
sering dipertanyakan nasabah. Secara implisit hal tersebut menunjukkan bahwa praktik perbankan syariah selama ini kurang memperhatikan prinsip-prinsip
syariah, salah satu penyebab reputasi dan kepercayaan masyarakat pada bank syariah akan berdampak pada loyalitas masyarakat pengguna jasa bank syariah.
Peningkatan reputasi dan kepercayaan nasabah dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan perkembangan bank syariah dan sekaligus sebagai prediksi
4
Dhaniel Syam dan Taufik Najda, “Analisis Kualiatas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat
Pengembalian dan Risiko Pembiayaan”, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No. 1 April 2012, h. 195
keberhasilan bank syariah di masa yang akan datang dalam rangka meningkatkan market share-nya
5
Selain itu, entitas industri perbankan merupakan industri yang cukup concern dalam pengembangan sumber daya berdasarkan pengetahuan, modal
seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva fisik lainnya menjadi nomor dua dibandingkan dengan modal yang berdasarkan pengetahuan dan inovasi
teknologi. Ini disebabkan dengan menggunakan ilmu dan teknologi kita dapat menggunakan modal lainnya secara efisien dan ekonomis yang pada nantinya akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
6
Selain itu Roots 1997 juga mengungkapkan bahwa banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan
dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan – perusahaan tersebut sangat tinggi.
7
Sehingga memang market value perusahaan yang terbentuk, berasal dari sumbangsih konsep model intelektual yang mana dapat meningkatkan
nilai perusahaan tersebut. Melalui penerapan knowledge based business, maka penciptaan nilai
perusahaan akan berubah. Berkembangnya perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen untuk mengelola sumber daya perusahaan dalam
5
Siti Maria Wardayati, Implikasi Sharia Governance Terhadap Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah, Jurnal Walisongo, Vol 19 No 1 Mei 2011, h. 5
6
Rulfah M. Daud dan Abrar Amri, “Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Telaah Riset Akuntansi, Vol.1 No. 2 Juli 2008, h. 214.
7
Tjiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir, “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan Sebuah Library Research”, Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 5 No. 1
Mei 2003, h. 38.
menciptakan nilai perusahaan.
8
Manajemen perusahaan tercermin dari para karyawan yang tidak lain adalah para penggerak, penggagas, serta pengambil
keputusan demi keberlangsungan eksistensi perusahaan. Sehingga di mana aset yang dimiliki perusahaan yang semula dalam bentuk aset tetap kini menjadi aset tak
berwujud intangible asset yaitu intellectual capital atau modal intelektual yang mengandung unsur pemikiran yang dimiliki karyawan.
9
Menurut Abidin 2000, intellectual capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini dikarenakan, perusahaan – perusahaan di Indonesia lebih
memilih menggunakan modal kovensional dalam membangun bisnisnya. Namun, intellectual capital mulai berkembang setelah munculnya PSAK No. 19 tentang
aktiva tidak berwujud.
10
Dari sisi akuntansi, sejumlah penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk mengkaji bagaimana metode untuk mengidentifikasi, mengukur, melaporkan,
dan menyajikannya dalam laporan perusahaan. Berbagai metode juga telah ditawarkan, salah satunya adalah VAIC value added intellectual coefficient.
VAIC dikonstruksikan oleh Pulic 2000 untuk menilai kinerja IC pada perusahaan konvensional private sector, profit motife, non syariah.
8
Isma Dewi Br Panjaitan dan Isfenti Sadalia, “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pembangunan Daerah “ T.t, t.p, t.th, h. 2.
9
A.C. Murti, “Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI dalam Lora Anjis Susilo, “Analisis Pengaruh Pengungkapan
Intellectual Capital Terhadap Abnormal Return Saham Studi Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di BEI”, Skripsi S1 Jurusan Akuntansi, STIE Asia Malang, 2012, h. 1.
10
Rulfah M. Daud dan Abrar Amri, “Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Telaah Riset Akuntansi, Vol.1 No. 2 Juli 2008, h. 124.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengajukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Intellectual Capital Kualitas Penerapan GCG
Good Corporate Governance dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Di Indonesia Periode 2010 – 2012”