UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oven vakum dan standar alfa-mangostin. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4. 1. Hasil KLT dari 1 ekstrak dengan pengeringan oven vakum,
2 ekstrak tanpa pengeringan oven vakum, 3 standar alfa- mangostin.
Fase diam yang digunakan adalah silika gel Si60F254 dan fase gerak adalah campuran kloroform:etilasetat:metanol dengan perbandingan
8:1:0,5. Konsentrasi yang digunakan adalah sebesar 1000 ppm. Dari hasil KLT tersebut menunjukkan bahwa di dalam ekstrak yang didapatkan
dengan penggunaan oven vakum dan tanpa oven vakum, spot yang timbul dan nilai Rf yang dimiliki ekstrak masih sama dengan yang dimiliki oleh
standar alfa-mangostin. Hal ini menunjukkan alfa-mangostin di dalam ekstrak masih memiliki pola pemisahan yang sama dengan yang dimiliki
standar alfa-mangostin.
4.4 Karakteristik Ekstrak
Data hasil pemeriksaan ekstrak etanol 50 kulit buah manggis terdapat pada tabel 4.1.
1 2 3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1. Hasil Karakterisasi Parameter Spesifik Ekstrak Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.
Jenis Karakterisasi Hasil
Parameter Spesifik a. Identitas
Nama ekstrak Nama latin
Bagian tanaman
b. Organoleptik
c. Kadar senyawa
larut etanol
d. Kadar senyawa larut air
Ekstrak etanol 50 kulit buah manggis
Garcinia mangostana L. Kulit buah
Memiliki bentuk
padat seperti
caramel, berwarna coklat keunguan, bau aromatik dan rasa pahit.
87,05±0,43 62,54±1,09
Penelitian karakterisasi ini dilakukan sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk yang akan dihasilkan memiliki nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu Depkes RI, 2000. Penilaian parameter spesifik meliputi identitas, organoleptik, kadar
senyawa larut etanol dan kadar senyawa larut air. Tujuan identitas ekstrak adalah memberikan objektifitas dari nama dan spesifikasi tanaman,
sedangkan pengamatan organoleptik ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan bentuk, warna,
bau dan rasa Depkes RI, 2000. Dari segi warna, ekstrak etanol 50 kulit buah manggis memiliki warna coklat keunguan. Bentuk dari ekstrak etanol
50 kulit buah manggis yaitu berkonsistensi kental dan lengket, kekentalan ekstrak berbanding terbalik dengan pelarut yang terdapat di dalamnya,
semakin kental suatu ekstrak maka pelarut yang terdapat di dalamnya semakin kecil. Ekstrak etanol 50 kulit buah manggis memiliki rasa pahit
sedangkan bau ekstrak tersebut khas. Hasil dari uji kadar senyawa yang terlarut dalam etanol diperoleh
sebesar 87,05±0,43 dan kadar senyawa yang terlarut dalam air adalah sebesar 62,54±1,09. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang
terkandung di dalam ekstrak lebih banyak terlarut di dalam etanol dibandingkan dalam air. Etanol merupakan pelarut universal yang mampu
melarutkan sebagian besar senyawa yang ada dalam ekstrak. Lebih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
banyaknya senyawa yang terlarut di dalam etanol menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak lebih larut dalam pelarut organik
etanol dibandingkkan dengan pelarut non-organik air. Tabel 4.2. Hasil Karakterisasi Parameter Nonspesifik Ekstrak Kulit Buah
Manggis Garcinia mangostana L.
Jenis Karakterisasi Hasil
Parameter Non Spesifik a. Bobot jenis ekstrak 5
Bobot jenis ekstrak 10 b. Susut pengeringan bb
c. Kadar abu bb d. Kadar abu tidak larut
asam bb 1,036
1,074 6,66±0,11
5,07±0,23 0,13±0,02
Pemeriksaan parameter nonspesifik yang dilakukan adalah bobot jenis, susut pengeringan, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam. Bobot
jenis dari ekstrak ditentukan dengan menggunakan piknometer, bobot jenis itu sendiri didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air. Air murni memiliki bobot jenis 1. Hasil yang didapatkan dari penentuan bobot jenis ekstrak kulit manggis adalah 1,036 untuk konsetrasi
ekstrak 5. Susut pengeringan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui batasan maksimal jumlah senyawa yang hilang selama proses pengeringan Depkes RI, 2000. Parameter susut pengeringan pada
dasarnya adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105 ºC sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen
Depkes RI, 2000. Persentase susut pengeringan dari ekstrak etanol kulit buah manggis yang didapatkan adalah 6,66±0,11. Persyaratan yang baik
untuk susut pengeringan adalah kurang dari 10, karena susut pengeringan juga mewakili kandungan air yang menguap. Kandungan air dalam ekstrak
tidak boleh lebih dari 10 untuk mengurangi resiko tercemarnya ekstrak oleh mikroba. Kadar air yang tinggi juga dapat menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan jamur serta memicu terjadinya reaksi enzimatik pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ekstrak yang dapat mengakibatkan kandungan kimia dalam ekstrak terdegradasi Pasaribu et al., 2012; Depkes RI, 1995.
Penentuan kadar abu adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak Depkes, 2000. Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi
dan menguap hingga tersisa unsur mineral dan anorganiknya saja. Hasil yang diperoleh untuk kadar abu ekstrak etanol 50 kulit buah manggis
adalah 5,07±0,23. Persyaratan untuk kadar abu yang terkandung dalam suatu ekstrak adalah tidak lebih dari 16,6, karena besarnya kadar abu
yang ada di dalam ekstrak juga menunjukkan banyaknya pengotor yang terkandung di dalamnya.
Kadar abu tidak larut asam menunjukkan kadar unsur anorganik yang tidak larut asam, penetapan kadar abu tidak larut asam diperoleh dari
perlakuan abu yang didapatkan dari kadar abu total dengan asam sulfat encer yang dimaksudkan untuk mengevaluasi ekstrak terhadap kontaminasi
bahan-bahan yang mengandung silika, seperti tanah dan pasir. Persyaratan kadar abu tidak larut asam adalah tidak lebih dari 0,7. Hasil yang
diperoleh dari penentuan kadar abu tidak larut asam adalah 0,13±0,02 dan hasil pengujian ini masuk ke dalam batasan yang diperbolehkan.
4.5 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum