UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.5 Penetapan Parameter Spesifik Ekstrak
1. Identitas Depkes RI, 2000. Deskripsi tata nama nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan. 2. Organoleptik, yaitu dengan pengamatan secara fisik menggunakan
panca indra, yang diamati adalah bentuk, warna, bau dan rasa Depkes RI, 2000.
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu Depkes RI, 2000; Saifudin et al., 2011
a. Kadar Senyawa Larut dalam Air Sejumlah 5 g ekstrak dimaserasi dalam labu tersumbat dengan 100
mL air-kloroform LP 2,5 kloroform dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL dan ditambahkan air hingga tanda batas. Kemudian didiamkan
selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam lalu disaring. Filtrat sebanyak 20 mL diuapkan
dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara pada suhu 105 °C hingga bobot tetap.
b. Kadar Senyawa Larut dalam Etanol Sejumlah 5 g ekstrak dimaserasi dalam labu bersumbat dengan 100
mL etanol 95. Kemudian didiamkan selama 24 jam sambil berkali- kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam
dan disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Filtrat sebanyak 20 mL diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang
telah ditara suhu 105 °C hingga bobot tetap.
3.4.6 Penentuan Parameter Non Spesifik Ekstrak Depkes RI, 2000;
Saifudin et al., 2011 1. Kadar Abu
a. Penetapan kadar abu total Sebanyak 2 gram ekstrak ditimbang dan dimasukkan ke dalam
wadah yang sebelumnya telah ditimbang dan ditara terlebih dahulu. Setelah itu dipijarkan dalam furnace tanur dengan temperatur 600±25
°C hingga arang habis dan yang tersisa adalah abu putih, kemudian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ditimbang hingga bobot tetap. Persyaratan kadar abu total adalah tidak lebih dari 16,6. Perhitungan kadar abu
= �1 − �2
� 100
Keterangan : W = bobot ekstrak awal gram
W
1
= bobot cawan + ekstrak setelah diabukan gram W
2
= bobot cawan kosong gram b. Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan asam sulfat encer selama 5 menit kemudian campuran disaring dengan
kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dengan air panas. Abu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan kembali ke dalam
wadah yang sama lalu diabukan kembali pada temperatur 600±25 °C hingga yang tersisa adalah abu putih, kemudian ditimbang hingga bobot
tetap. Persayaratan kadar abu tidak larut asam adalah tidak lebih dari 0,7.
2. Bobot Jenis Penetapan bobot jenis menggunakan piknometer yang bersih, kering
dan telah dikalibrasi selanjutnya ditimbang terlebih dahulu W .
Piknometer tersebut diisi dengan air yang baru dididihkan kemudian didinginkan hingga suhu 25 °C lalu ditimbang W
1
. Ekstrak cair lalu dimasukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur
suhu piknometer yang telah diisi hingga 25 °C kemudian ditimbang W
2
.
= �2 − �0
�1 − �0
Keterangan : d = bobot jenis
W = bobot piknometer kosong gram
W
1
= bobot piknometer + air gram W
2
= bobot piknometer + ekstrak gram
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Susut Pengeringan Depkes RI, 1995. Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat.
Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105 °C dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut: ditimbang seksama 1 gram zat
dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Zat
diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga menjadi lapisan setebal lebih kurang 5-10 mm. Botol kemudian
dimasukkan ke dalam oven dengan tutup botol dibuka. Pengeringan dilakukan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Lalu botol dalam
keadaan tertutup dibiarkan mendingin dalam desikator hingga suhu kamar.
3.4.7 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Abdalrahim F. A.