UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan
pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes RI, 2000. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap millimeter ekstrak mengandung
senyawa aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau
bagian yang bening di enap tuangkan Depkes RI, 2000. Ekstrak kental merupakan massa kental yang mengandung
bermacam konsentrasi dan kekuatan bahan berkhasiat serta dapat disesuaikan dengan penambahan bahan aktif alam atau dengan penambahan
bahan inert seperti dekstrin, laktosa, dan sebagainya. Ekstrak kental diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan larutan penyarinya secara hati-
hati Agoes, 2007.
2.7 Karakteristik Fisikokimia Ansel, 1989
Setiap bahan obat memiliki ciri-ciri kimia dan fisika tersendiri yang menjadikannya unik. Ciri-ciri ini digunakan dalam menyusun standar
identifikasi bahan untuk pengujian. Untuk setiap bahan obat, monografi resmi menunjukkan standar fisika dan kimia yang tepat, uji dan tata cara
pengujian yang harus dipenuhi. Ciri-ciri kimia dan fisika yang unik dari suatu bahan obat ditentukan
bukan oleh uji analisis dan metode yang digunakan untuk identifikasinya serta pengujiannya, tapi mempunyai sangkut paut dengan formulasi, bentuk
sediaan, kestabilan, efektivitas dan keamanan. Bahan obat harus tetap stabil untuk jangka waktu umur produk yang sesuai dengan yang ditentukan,
harus sesuai dengan semua komponen-komponen lainnya dalam formulasi dan harus terpelihara aktivitas biologinya. Diantara bahan-bahan obat yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
termasuk fisikokimia yang dipertimbangkan dalam pembuatan formulasi bentuk-bentuk sediaan adalah:
a. Daya larut Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun harus memiliki
daya larut dalam air untuk kemajuan terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi
yang tidak sempurna atau tidak menentu, sehingga menghasilkan respons terapeutik yang minimum, maka pemilihan bentuk sediaan
harus mengikuti sifat kelarutan dari bahan tersebut. b. Stabilitas
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik tersendiri maupun bersama- sama dengan bahan tambahan dalam formulasi merupakan kriteria yang
paling penting untuk berhasilnya suatu produk obat. Penyelidikan stabilitas obat dengan macam-macam bahan farmasetiknya juga penting
untuk menentukan stabilitas kimia dan fisika serta mempersatukannya sebelum memformulasikannya menjadi bentuk-bentuk sediaan.
2.8 Kelarutan