Hasil Uji Stabilitas dalam Asam dan Basa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dianalisis tidak homogen. Dari hasil uji Kruskal-Wallis, data yang diperoleh menunjukkan bahwa data uji stabilitas yang dihasilkan berpengaruh secara bermakna seiring dengan waktu yang diuji p ≤ 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa pada suhu 45±5°C dan kelembaban 75±5 kadar alfa-mangostin menurun seiring dengan waktu yang diujikan dan bermakna secara statistik p ≤ 0,05. Laju degradasi alfa-mangostin dalam ekstrak etanol 50 kulit buah manggis pada suhu 45±5°C dan kelembaban 75±5 ini masuk ke dalam reaksi orde kedua dengan konstanta laju reaksi sebesar 4,7365x10 -4 . Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suvarnakuta et al. 2011, disebutkan bahwa penurunan kadar xanton alfa-mangostin dan 8- desoxygartanin setelah pengeringan, dapat disebabkan karena terjadinya degradasi enzimatik atau degradasi termal. Enzim degradasi bekerja di bawah suhu 50ºC, karena setelah ekstrak berada pada suhu 50°C selama 45 menit, enzim yang berperan dalam mendegradasi kandungan alfa- mangostin dalam ekstrak mulai dihambat. Suhu tinggi dapat membantu menginaktifasi enzim degradatif, contohnya adalah enzim polyphenol oxidase PPO. Namun beberapa polifenol akan tetap bisa terdegradasi diakibatkan aktivitas enzim tersebut sebelum terinaktivasi Lim Murtijaya, 2007; Chantaro et al., 2008. Dapat disimpulkan bahwa kehilangan alfa-mangostin yang terjadi dalam uji stabilitas ini disebabkan selain oleh suhu, juga disebabkan oleh adanya enzim degradasi yang ada di dalam senyawa itu sendiri dan suhu mempercepat terjadinya degradasi ini.

4.9 Hasil Uji Stabilitas dalam Asam dan Basa

Pengujian stabilitas alfa-mangostin yang terkandung dalam ekstrak etanol 50 kulit buah manggis dilakukan dengan melarutkan ekstrak etanol 50 kulit buah manggis dalam metanol kemudian ditambahkan asam klorida 5 M pengujian dalam asam dan natrium hidoksida 5 M pengujian dalam basa. Kemudian dilakukan pemanasan di dalam waterbath mendidih. Wadah yang digunakan harus mampu mencegah terjadinya penguapan pelarut untuk mempertahankan konsentrasi ekstrak di dalamnya. Setelah dilakukan pemanasan, larutan tersebut diencerkan dengan metanol UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga 25 ppm. Berikut adalah hasil absorbansi yang didapatkan pada panjang gelobang 316 nm. Tabel 4.4. Absorbansi Alfa-mangostin dalam Ekstrak dan Standar Alfa- Mangostin pada Uji Stabilitas AsamBasa Blanko Stabilitas dalam Asam Stabilitas dalam Basa Abs Alfa- mangostin dalam Ekstrak 0,058 0,052 0,056 0,079 0,078 0,081 0,079 0,078 0,080 Abs Standar Alfa- mangostin 0,058 0,056 0,054 0,037 0,036 0,038 0,025 0,027 0,028 Hasil absorbansi alfa-mangostin dalam ekstrak pada pengujian stabilitas asam dan basa bila dibandingkan dengan blanko, menunjukkan peningkatan kadar, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kandungan alfa mangostin yang meningkat ataukah hasil degradasi alfa mangostin menimbulkan serapan yang lebih tinggi. Namun dari hasil pengujian pada plat KLT, tidak ada spot yang menunjukkan adanya alfa-mangostin di dalam ekstrak yang telah diperlakukan dengan asam atau basa. Hasil KLT tersebut memberikan gambaran bahwa alfa-mangostin yang terdapat di dalam ekstrak terdegradasi sehingga tidak lagi muncul bercak seperti yang terjadi pada standar alfa-mangostin. Gambar 4.6. Hasil KLT dari uji stabiitas dalam a asam, dalam b basa, dan c standar alfa-mangostin a b c UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selain pengujian pada kandungan alfa-mangostin dalam ekstrak, dilakukan juga pengujian dengan menggunakan standar alfa-mangostin sehingga didapatkan perbandingan hasil. Absorbansi standar alfa- mangostin bila dibandingkan dengan blanko mengalami penurunan kadar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi degradasi pada standar alfa-mangostin. Saat penambahan asam atau basa, ekstrak etanol kulit buah manggis menunjukkan terjadinya perubahan warna. Pada penambahan asam klorida 5 M, larutan ekstrak yang pada mulanya berwarna kuning keemasan berubah warna menjadi kemerahan setelah dipanaskan. Sedangkan pada penambahan basa natrium hidroksida, warna larutan berubah menjadi berwarna coklat gelap sesaat setelah ditambahkan larutan basa. Perubahan warna larutan ekstrak menunjukkan adanya reaksi yang terjadi, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Huang et al. 2012. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa absorbansi dari senyawa polifenol menghasilkan dua serapan pada panjang gelombang di antara 200 dan 360 nm, setelah diperlakukan dalam suasana basa, tidak ada lagi kedua serapan yang terdeteksi pada kedua panjang gelombang tersebut. Pada spektrum, nilai absorbansi meningkat secara signifikan pada panjang gelombang diantara 300-400 nm dan hasil serapan yang didapatkan tersebut sama dengan spektrum absorbansi UV-Vis senyawa benzoquinon. Dalam penelitian lain, juga disebutkan bahwa polifenol merupakan senyawa yang sangat mudah teroksidasi menjadi quinon dan pH merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi laju oksidasi tersebut. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diasumsikan bahwa quinon yang terbentuk pada larutan ekstrak manggis pada pH ekstrim, dapat menyebabkan ekstrak menjadi tidak stabil Huang et al., 2012. Setelah membandingkan hasil absorbansi dari ekstrak etanol 50 kulit buah manggis dan standar alfa-mangostin yang telah diperlakukan dengan asam dan basa, dapat disimpulkan bahwa yang membuat terjadinya peningkatan absorbansi di dalam ekstrak bukan hanya alfa-mangostin, namun komponen lain yang juga golongan polifenol yang mudah teroksidasi menjadi quinon sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta absorbansi. Hal ini dibuktikan dengan penurunan absorbansi pada standar alfa-mangostin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada pengujian parameter spesifik ekstrak etanol 50 kulit buah manggis didapatkan identitas ekstrak dengan pengamatan organoleptik ekstrak berwarna coklat keunguan, bau aromatis dan memiliki rasa yang pahit, kandungan senyawa di dalam ekstrak yang larut di dalam air sebesar 62,54±1,09 dan senyawa larut dalam etanol sebesar 87,053±0,43. 2. Pada pengujian parameter nonspesifik ekstrak etanol 50 kulit buah manggis didapatkan bobot jenis ekstrak adalah sebesar 1,036, nilai susut pengeringan ekstrak 6,66±0,11, kadar abu sebesar 5,07±0,23 dan kadar abu tidak larut asam adalah sebesar 0,13±0,02. Hasil pengujian parameter nonspesifik telah memenuhi persyaratan ekstrak yang telah ditetapkan oleh Depkes RI. 3. Pada pengujian panjang gelombang maksimum alfa mangostin, didapatkan pada panjang gelombang 204, 243 dan 316 nm dan didapatkan kadar alfa-mangostin di dalam ekstrak sebesar 3,85±0,03. 4. Pengujian kelarutan alfa-mangostin dalam ekstrak etanol 50 kulit buah manggis di dalam aquadest didapatkan angka kelarutan sebesar 1:16064 dimana angka tersebut menyatakan bahwa alfa mangostin praktis tidak larut di dalam air. 5. Pada uji stabilitas dalam suhu 45±5°C dan kelembaban 75±5 didapatkan bahwa kadar alfa-mangostin didalam ekstrak menurun selama 21 hari pengujian sebesar 31,11 dan berpengaruh bermakna secara statistik. Pada pengujian stabilitas dalam asam dan basa, hasil yang diperoleh bahwa ekstrak etanol 50 kulit buah manggis tidak stabil terhadap lingkungan asam atau basa yang ekstrim.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59