Validitas Instrumen Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe stad: penelitian tindakan kelas di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan

41 Realibilitas adalah ketetapan atau keajegan alat terebut dalam menilai apay yang dinilai. 6 Sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan jika diteskan kepada subjek yang sama. Perhitungan reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu: 7 Dimana : R n = Koefisien korelasi seluruh tes N = Perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang dikorelsian r 12 = Koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainya. Dalam teknik ini, tes yang telah dibagi dua bagian. Kemudian tiap-tiap bagian diberikan sekor secara terpisah. Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan untuk membelah menjadi dua bagian sebuah tes, yaitu: a. Prosedur genap-ganjil. Pelaksanaan prosedur ini adalah seluruh butir soal tes yang bernomor ganjil dikumpulan menjadi satu kelompok, begitu pula dengan butir soal yang bernomor genap b. Prosedur secara random acak Dengan kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kreteria Realibilitas Instrumen Koefisien Realibilitas Kriterian 0.91-1.00 Sangat tinggi 0.71-0.90 Tinggi 0.41-0.70 Cukup 0.21-0.40 Rendah 0.20 Sangat rendah 6 Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosydakarya, 2011 cet ke-16, hal. 16 7 Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, … hal. 100 42 Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai realibilitas instrument tes ini adalah 0,58 nilai ini termasuk katagori cukup untuk siklus 1 dan 0,74 dengan kategori tingg untuk siklu 2i. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

J. Tingkat Kesukaran

Suharsimi Arikonto mengatakasoal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Menurutnya, hal tersebut perlu diperhatikan karena soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk berfikir lebih maju, begitu pula sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan membuat siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat lagi untuk mencobanya. Oleh karena itu, soal yang dibuat untuk mengukur tes hasil belajar sebaiknya adalah soal yang dapat menjangkau semua kemampuan siswa. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal yang dibuat, sebaiknya pembuat soal harus melakukan perhitungan tingkat kesukaran soal. Atas dasar pertimbangan itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan perhitungan tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus Du Bois: P = Dimana: P = Indeks tingkat kesukaran B = Jumlah siswa yang menjawab soal benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Soal 8 Skor Indeks Kriteria Soal 0.00 - 0.30 Soal Sukar 0.30 - 0.70 Soal Sedang 0.70 - 1.00 Soal Mudah 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,,,h. 210 43 Berdasarkan tabel di atas, dari 40 soal untuk siklus 1 yang diujicobakan terdapat 24 soal sukar dan 16soal sedang sedangkandari 40 soal untuk siklus 2 yang diujicobakan terdapat 25 soal sukar dan 15soal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan karena rata-rata soal bertarap sedang, sehinggasoal dapat menjangkau semua kemampuan siswa.

K. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai kemampuan tinggi dengan sisiwa yang berkemampuan rendah. 9 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalah: 10 = Dimana: D = Daya pembeda B A = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar B B = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab salah J A = Jumlah peserta kelompok atas J B = Jumlah peserta kelompok bawah P A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: 11 Tabel 3.6 Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal Skor daya Pembeda Soal D Klasifikasi Negatif Sangat Buruk 0.00 – 0.20 Jelek 9 Suharsimi Arikunto, Dasar,,, h. 211 10 Sapriya dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, cet Pertama, h. 143 11 Suharsimi Arikunto, Dasar,,, h. 218 44 0.20 – 0.40 Cukup 0.40 – 0.70 Baik 0.70 – 1.00 Baik Sekali Berdasarkan tabel di atas, dari 40 soal untuk siklus 1 yang diujicobakan terdapat 19 soal jelek, 14 soal cukup, 6 soal baik dan 1 soal baik sekali sedangkan dari 40 soal untuk siklus 2 yang diujicobakan terdapat 36 soal sangat buruk, 4 soal jelek,. Dari soal yang diujicobakan, soal yang digunakan dalam penelitian ini hanya 15 soal tiap siklus. Pemilihan soal ini disamping didasarkan pada keempat kriteria di atas, juga didasarkan pada keterwakilan semua indikator materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat diukur dengan 15 soal ini. Kesimpulanya soal yang dipilih dianggap memiliki kriteria yang paling baik berdasarkan keempat kriteria yang disyaratkan.

L. Tehnik Pemeriksa Keterpercayaan

Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang sahih, objektif, dan terpercaya, dalam penelitian ini digunakan teknik yaitu:. 1. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti. Menggali dari data sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. 2. Saturasi yaitu situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada data lagi yang dikumpulkan. 12 3. Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi wawancara dari narasumber yang relevan dengan PTK, apakah keterangan atau informasi tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajeganya dan data itu terperiksa kebenaranya. 12 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT Rajawali, 2010, hal.108

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Deskripsi penggunaan pembelajaran kooperatif di MAN Jakarta Selatan : penelitian deskriptif di MAN Jakarta Selatan.

0 6 227

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA KELAS IV SDN MARGAKAYA KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 9 54