Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe stad: penelitian tindakan kelas di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan

(1)

PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL

KOOPERATIF TIPE STAD

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

HERI DERMAWAN

NIM:107018303965

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

Nama : Heri Dermawan NIM : 107018303965 Jurusan : PGMI

Angkatan Tahun : 2007

Alamat : Jl. SD RT/RW 004/005 Kuningan Timur Setia Budi Jakarta Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : DR. Muhamad Arif NIP : 194707171966082001

Dosen jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Nama : Fauzan, MA

NIP : 19761107 200701 1 013

Dosen jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Januari 2013 Yang Menyatakan


(5)

i

Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui model Kooperatif tipe STAD (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan)

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, STAD Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VA SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan yang terdiri dari empat pertemuan setiap siklus. Data penelitian berupa aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi selama kegiatan pembelajaran sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes pada setiap akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa pada siklus I sebesar 78,13% dalam kategori baik. Pada siklus II meningkat menjadi 92,18% dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 14,05%. Sedangkan hasil belajar IPS siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa 64,48% dan pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar siswa, 81,84% berarti mengalami peningkatan sebesar 17,36%. Dengan nilai KKM 75 menunjukkan pada siklus I terdapat 9 siswa tuntas 36% ini dalam tingkatan Kurang dan pada siklus II yaitu terdapat 21 siswa yang tuntas atau 84% ini dalam tingkatan Baik Sekali berarti mengalami peningkatan 12 siswa yang tuntas. Dari paparan diatas dapat disimpulakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.


(6)

ii

Tiada kata yang paling indah selain memuji kepada yang suci memuja kepada yang kuasa dan bersyukur kepada yang ghafur berkat inayah taufiq dan pertolongan-Nya penulis bisa menyelasaikan skripsi ini dengan baik.

Rasa hormat, takdim dan kerinduan kepada rosulillah nabi Muhammad SAW yang memberikan pencerahan kepada seluruh umat manusia,perubahan dari zaman jahiliyah menuju zaman yang tunduk patuh dan taat kepada tuhan-Nya. semoga solawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga, sahabat, para pewarisnya, dan kepada kita selaku akhir ummat jaman semoga menjadi umat yang selalu mengikuti akan ajarannya,Amiiin

Sebuah karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phill., Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Fauzan M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan untuk terus menyelesaikan skripsi ini.


(7)

iii

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan.

5. Bapak Dr. Muhammad Arief., dan Bapak Fauzan M.A., Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya, bimbingan dan arahan sehingga penulis bisa menyelasaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu kepada penulis, semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

7. Teristimewa keluarga besarku, ayahanda Erom Romli, Ibunda Sumiati, kakak Wiwin Windari, Jaja, Usep Suhendra, Ajat Sudrajat, adik Shinta Angraini, serta keponakan Windi Widiaingsih, Algifari dan Aulia.

8. Rumah inspirasiku, HMI Komisariat Tarbiyah tempat dalam berproses dan mendapat pengalaman yang tak terhingga.

9. Ruang kreativitasku, BEMJ KI-PGMI bersama kawan-kawan yang terus bersemangat membangun BEMJ KI-PGMI untuk lebih maju dan mandiri. 10.Untuk yang tersayang, my lovely Yulandari yang selalu memberikan

semangat dengan senyumnya terimakasih atas kasih sayang, cinta, perhatian dan motivasinya.

11.Sahabat-sahabat seperjuanganku satu angkatan (Akmal, Andi, Ahmad Chairul, Irwan, Wit Laila, Eka, Nur’ani, Iona, Ima, Niken, Siti Khadijah, Iim, Yuyun, Rita, Novi, Dian, Winda, Mufid, Dara, dan Dede) yang tidak henti-hentinya memberikan bantuan, motivasi, dan kehangatan serta kebersamaan kita dalam ikatan persahabatan yang seperti dalam satu keluarga.

12.Kawan-kawan Cikeas Grup Corporisoan ( Munziruddin, Muhammad Romli, Diding Mahfudin, Sofyan Adenansi, Lufti Syaukani, Muhmmad Arif, Zaenuddin, Reni Puspitasari, Lailatul Qodriyah) memberikan pengalaman hidup yang penuh makna dan nilai.


(8)

iv

Semoga Allah Subhanahu wata’ala dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan kaum muslimin serta semoga Allah Subhanahu wata’ala membimbing, menolong dan memberikan taufik, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin.

Jakarta, Rob’iul Awal 1433 H Pebruari 2013 M

Penulis


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Pembatasan masalah Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah Penelitian... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teoritis ... 9

1. Hakikat Belajar... 9

a. Pengertian belajar ... 9

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10

c. Pengertian aktivitas belajar ... 11

d. Klasifikasi Aktivitas Belajar ... 13

e. Hasil Belajar ... 14

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

a. Pengertian pembelajaran Kooperatif ... 15

b. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 18


(10)

vi

b. Komponen STAD ... 22

c. Langkah-Langkah Penerapan STAD ... 24

4. Hakikat Pembelajaran IPS ... 26

a. Pengertian IPS ... 26

b. Karekteristik IPS ... 27

c. Tujuan IPS ... 28

B. Kerangka berfikir ... 29

C. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 31

B. Prosedur Penelitiann ... 32

1. Metode Penelitian ... 32

2. Desain Intrevensi Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Peran Peneliti Dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan penelitian ... 35

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 39

G. Tehnik Pengumpul Data ... 39

1. Data dan Sumber data ... 39

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

H. Vaidtas instrument ... 41

I. Realibitas Instrumen ... 42

J. Tingkat Kesukaran ... 43

K. Daya Pembeda ... 44

L. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 45


(11)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Penelitaian Tindakan Kelas ... 49

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 49

C. Analisis Data... 77

D. Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Interpretasi Lembar Obervasi ... 38

Tabel 3.3 Tingkatan Hasil Belajar ... 38

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 42

Tabel 3.5 Kreteria Realibilitas Instrumen ... 43

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 44

Tabel 3.7 Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 45

Tabel 4.1 Persiapan Pra Penelitian Tindakan Kelas ... 48

Table 4.2 Jadwal Penelitian tindakan Kelas ... 49

Tabel 4.3 Poin Peningkatan Individu 1 ... 54

Tabel 4.4 Poin Peningkatan Individu 2 ... 56

Tabel 4.5 Poin Peningkatan Individu ... 58

Tabel 4.6 Hasil Observasi Guru Siklus I ... 59

Tabel 4.7 Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 61

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siklus I ... 62

Tabel 4.9 Tindakan Perbaikan Siklus I ... 63

Tabel 4.10 Poin Peningkatan Individu ... 67

Tabel 4.11 Poin Peningkatan Individu 5 ... 70

Tabel 4.12 Poin Peningkatan Individu 6 ... 72

Tabel 4.13 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 74

Tabel 4.14 Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 75


(13)

ix

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin ... 34

Gambar 3.2 Tahap Dalam Penelitian ... 35

Gambar 4.1 Kegiatan Siswa Kerja Kelompok Mengerjakan LKS ... 44


(14)

x

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ……….83

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ………92

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ………...103

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ……….………….111

Lampiran 5 Pembagian Kelompok Belajar……….. B. Instrumen Penelitian Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ………122

Lampiran 7 Lembar Catatan Lapangan ………123

Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa ………...121

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ………...122

Lampiran 10 Rubrik Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa ………123

Lampiran 11 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus 1………125

Lampiran 12 Perhitungan Uji Realibitas Instrumen tes Siklus 1………125 Lampiran 13 Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen tes Siklus 1…………126

Lampiran 14 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen tes Siklus 1………127

Lampiran 15 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ………..128

Lampiran 16 Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I ………..134

Lampiran 17 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I …………134

Lampiran 18 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus 2………135 Lampiran 19 Perhitungan Uji Realibitas Instrumen tes Siklus 2………123

Lampiran 20 Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen tes Siklus 2…………123

Lampiran 21 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen tes Siklus 2………138

Lampiran 22 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus 2 ………..139

Lampiran 23 Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus 2 ………..134


(15)

xi

Lampiran 25 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I ……….153 Lampiran 26 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II ………...154


(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi guru dengan siswa yang saling mempengaruhi satu sama lainnya untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, ini sejalan dengan tujuan pendidikan Nasioanal yang mana telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan nasional yaitu:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."1

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan beberapa rencana dan proses, salah satunya ialah dengan proses pembelajaran. Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan kegiatan yang terpadu dan menyeluruh antara siswa dengan guru sebagai dalam suasana yang bersifat pengajaran.

Dalam hal proses pembelajaran seyogyanya para guru mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses yang berbunyi:

"Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang. memotivasi peserta didk untuk aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik".2

Keadaan diatas menjadi tantangan bagi para pendidik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar mengajar dan sarana

1

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: DEPAG RI, 2006), hal. 8-9


(17)

prasarana pendidikan mempengaruhi perkembangan siswa di bidang akademis, sosial maupun pribadi. Karena pendidikan itu usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, dan kecerdasan.

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, dan berbagai metode pembelajaran tersebut, tidak ada metode pembelajaran yang lebih baik dari pada metode pembelajaran satu dengan metode pembelajaran yang lain. Oleh karena itu, guru harus menguasai dan menentukan dalam menerapkan berbagai model pembelajaran supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin diharapkan. Bagi seorang guru tidak hanya cukup menggantungkan diri pada satu metode pembelajaraan saja.

Pembelajaran akan dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial. Berdasarkan hal tersebut diatas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi salah satu indikator meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa dapat memahami tentang apa yang dajarkan oleh guru dan dapat menciptakan suasana yang bisa menumbuhkan semangat belajar untuk meningkatkan keaktifan sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Guru adalah The heart of of the educational3 maksudnya guru merupakan jantung pendidikan, garda terdepan dalam mengatur arah pendidikan suatu bangsa, sebagus apapun kurikulum, model pembelajaran, dan media pembelajaran kalau saja tanpa ada guru maka tujuan pendidikan tidak akan terwujud bahkan menjadi sia-sia sebagaimana dijelaskan oleh Udin

S. Saud bahwasanya “guru memiliki posisi yang menentukan dalam upaya

peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik, yang dilaksanakan melalui

3

E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal. 148


(18)

proses pembelajarana, karena fungsi utama guru adalah merancang proses belajar mengajar, mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar,

mengevaluasi kemajuan siswa, dan menguasai bahan pembelajaran”.4

Kemampuan guru dalam memilih dan memilah metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Tuntutan tersebut harus dimiliki oleh seorang guru, ketika melakukan proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPS. Hal tersebut juga sejalan dengan tuntutan kurikulum saat ini yang sangat memperhatikan metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Division (STAD).5 Pada tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membuat siswa aktif mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru.

Namun berbeda dengan keadaan saat ini berdasarkan pengamatan banyak pihak masih merasakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di sekolah lebih didasarkan akan kebutuhan formal /formalitas belaka dari pada kebutahan riil siswa sehingga proses pembelajaran dikelas yang

4

Udin S. Saud, Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI Press, 2007), cet. 1, hal. 51

5


(19)

dilakukan oleh guru tersebut hanya merupakan pekerjaan administratif dan belum berperan secara maksimal dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Keadaan dan fenomena diatas semakin jelas dan mendukung dengan ditemukan data-data dilapangan melalui para peneliti.

Hasil penelitian Suwarana Ala Muchtar Menunjukkan beberapa kelemahan pembelajaran IPS di sekolah antara lain:

1. Kegiatan pembelajaran dikelas lebih menekankan akan kognitif dan kurang menyentuh aspek afektif dan psikomotorik siswa.

2. Proses pembelajaran berpusat pada guru bahan pelajaran yang berupa informasi tidak dijadikan sebagai media pembelajaran bagi pengembangan befikir siswa.

3. Budaya belajar siswa lebih cenderung menjadi budaya belajar menghafal dari pada budaya belajar berfikir kritis.6

Adapun hasil penelitian Dwi Nugroho menemukan fenomena rendahnya mutu pembelajaran disebabakan oleh sikap spekulatif dan intuitif guru dalam memilih metode dan strategi pembelajaran.7 Kebiasaan guru saat mengajar cenderung menggunakan metode yang asal-asalan, tidak rencanakan terlebih dahulu atau bersifat dadakan dan berlangsung pada satu arah dalam proses pembelajaran, sehingga ada kesenjangan antara siswa yang aktif dan kurang aktif.

Kemudian Nu'man Sumantri menyatakan pelajaran IPS yang diberikan disekolah-sekolah sangat menjemukan dan membosankan hal ini disebabkan penyajian pembelajaran dikelas bersifat monoton dan ekpositoris.8 Sehingga berkembang anggapan dikalangan siswa dan masyarakat bahwa mata pelajaran IPS sebagai ilmu pengetahuan nomor dua. Di samping itu siswa pada umumnya menganggap pelajaran IPS sebagai pelajaran yang sulit, sehingga siswa kurang tertarik pada pelajaran terebut dan pada akhirnya menyebabkan kegagalan belajar siswa.

6

Syafruddin Nurdin, Model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu Siswa,

(Jakarta:Quantun Teaching, 2005), hal. 04 7

Syafruddin Nurdin, Model pembelajaran yang memperhatikan..., hal. 07 8


(20)

Menurut Robinson dalam Abin Syamsudin menjelaskan bahwa:

"Kemungkinan banyak siswa yang menemui kegagalan belajar disebabkan ia kurang mampu mengenal dirinya baik mengenai segi-segi kelebihan atau kekurangannya, sukar memahami dirinya termasuk kegagalan-kegagalan studinya, tidak memahami diriya sukar menerima keadaan dirinya secara obyektif sesuai dengan kenyataan, dan tindakan-tindakan yang kurang terarah sehingga sukar mewujudkan atau merealisasikan ataupun mengaktualisasikan segala potensi yang terdapat pada dirinya secara optimal"9

Selanjutnya ketika peneliti mengadakan observasi di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan pada kelas V, Gambaran secara umum kondisi siswa pada saat proses belajar IPS berlangsung di kelas V, suasana dalam kelas berisik dan gaduh. Metode yang digunakan oleh guru menggunakan metode ceramah sehingga proses pembalajaran menjadi pasif dan siswa tidak bisa berinteraksi bersama-teman-temannya. Seorang siswa akan menjawab pertanyaan guru jika disuruh oleh guru untuk menjawab. Jika diberi kesempatan untuk bertanya, siswa sebagian besar hanya diam dan berbisik-bisik dengan teman. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan. Siswa mencatat semua materi yang disampaikan jika guru telah menginstruksikan untuk mencatat materi.

Berdasarkan dari uraian di atas peneliti ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas guna meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa melalui model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan kelas V. Adapun judul penelitian yaitu peningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar pada pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.

9

Abin Makmun Syamsudin, Psikologi Kependidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 110


(21)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Guru kurang menguasai pengelolaan kelas. Masih banyak siswa yang bercanda ketika proses pembelajaran.dari hasil observasi awal pada buialan Agustus 2012.

2. Guru kurang variasi dalam melakukan metode pembelajaran. Ini terlihat ketika peneliti sedang melakukan observasi pada bulan Agustus 2012. 3. Guru kurang mempunyai persiapan dalam proses pembelajaran dikelas.

Dalam hal ini peneliti pernah bertanya kepada satu di antara guru tentang persiapan guru seperti tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional maka siswa pun kurang aktif dan hanay mendengarkan dan mengikuti apa yang disuruh oleh guru.

5. Siswa kurang memiliki keberanian bertanya atau berpendapat dengan melihat siswa hanya menyimak saja dan tidak memberi tanggapan kepada guru. Ini terlihat observasi pada bulan Agustus 2012.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang diidentifikasi, penelitian ini dibatasi pada permasalahan yaitu

1. Guru kurang variasi dalam melakukan metode pembelajaran. 2. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dari pembatasan permasalahan di atas peneliti menawarkan solusi dengan meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar IPS siswa kelas V semester I SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan pada bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa.


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa? 2. Apakah model Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dengan menggunakan model Kooperatif Learning tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). Sedangkan tujuan khusus

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pembelajaran IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa setelah penerapan model Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS pada pokok bahasan keragaman kenampakan alam dan suku bangsa setelah penerapan model Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).


(23)

F. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan: 1. Bagi Guru

Penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran, menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan pembelajaran dalam hal ini Penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS siswa kelas V semester I SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan Selain itu, guru diharapkan dapat mengasah kreativitas guru dengan menyusun sendiri Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mempermudah guru mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Bagi Siswa

Dengan Penerapan model Kooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS siswa kelas V semester I SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.

3. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya informasi yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam pembelajaran IPS.

4. Bagi Peneliti

Dapat memberikan inspirasi dan referensi untuk penelitian yang sejenis.


(24)

(25)

9

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teoritis 1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.1Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.

Winkel dalam buku Riyanto mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunganya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.2

Slameto berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkunganya”.3

Selanjutnya untuk lebih memahami tentang belajar Evelina Silengar menyebutkan bahwa ciri-ciri belajar yaitu:

1) Adanya kemampuan baru atau perubahan tingkah laku baik bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2) Perubahan itu tidak sesaat saja, melainkan menetap dan dapat tersimpan.

1

Oemar Hamalik, Proses Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 28 2

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 05 3

Evelina Siregar, Teorl Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1. hal. 05


(26)

3) Perubahan dilakukan harus dengan usaha, perubahan tersebut akibat interaksi dengan lingkungannya.

4) Perubahan bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan, penyakit atau obat-obatan

Sedangkan menurut Sardiman A.M. menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun

teori”.4

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses seseorang yang dilakukan secara sadar dan kontinu untuk memperoleh perubahan seluruh aspek tingkah laku baik bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif) sebagai hasil dari pengalaman menggunakan panca inderanya dan interaksi seseorang dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.5 Faktor intern adalah suatu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar seperti faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat.

1) Faktor intern meliputi:

a) Faktor jasmaniah yang terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologi terdiri atas intelegensi, perhatian, bakat minat,

motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani ataupun rohani. 2) Faktor ekstern meliputi :

a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

4

Sardiman. A. M, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta:Raja Grafindo, 2003), hal. 22 5

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. ke V, hal. 60


(27)

b) Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran.

c) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

c. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam, artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh sesorang dengan maksud mengerjakan hal-hal yang tertentu dapat diartikan dengan “aktivitas”.

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifltas

Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan demikian siswa tersebut memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain tentang apa yang ia lakukan.6 Aktivitas yang dilakukan di kelas terjadi bila ada kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa. dimaksud aktifitas belajar dalam hal ini adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental dalam proses kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

Lebih lanjut Sardiman M.A berpendapat bahwa “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.7

Pembelajaran di kelas sangat berkaitan dengan aktivitas baik itu guru maupun siswa. Dalam diri siswa terdapat potensi yang hidup dan

6

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet ke-3, h. 172

7

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 95


(28)

berkembang yang masing-masing siswa tersebut memiliki keinginan melakukan sesuatu dan bekerja sendiri.

Pada pendidikan modern pembelajaran lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan aktivitas siswa dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas (keaktifan) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif yang dapat merubah siswa baik sisi kognitif (intelektualitas), afektif (sikap), maupun sisi psikomotorik (ketrampilan).

Aktivitas belajar mengandung beberapa kiat yang dapat menumbuhkan belajar aktif pada diri siswa dan mengenal potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam proses belajar mengajar.

Gagne dan Briggs dalam Martinis Yamin mengatakan rangkaian pembelajaran yang dilakukan dalam dalam kelas untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, yaitu:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa.

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.

5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(29)

8) Melakukan evalusi terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan rerukur.

9) Meyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran8

d. Klasifikasi Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa pada dasarnya dapat diklasiflkasikan menjadi 8 kelompok.9 Pengelompokan tersebut didasarkan pada pendapat Paul D. Dierich, yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan Visual seperti Membaca, melihat gambar, eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain, dll.

2) Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) seperti Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan Mendengarkan seperti Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio, dll.

4) Kegiatan-kegiatan Menulis seperti Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan Menggambar seperti Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dll.

6) Kegiatan-kegiatan Metrik, seperti Melakukan percobaan, memilih alat-alat, pameran, membuat model, permainan, dll.

7) Kegiatan-kegiatan Mental seperti Merenung, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, dll.

8) Kegiatan-kegiatan Emosional seperti Minat, berani, tenang dan lain-lain.

8

Martimis Yamin, Kiat Pembelajar Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet. ke-3, hal. 84

9

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet ke-9, hal. 90-91


(30)

Adapun Syaiful Bahri mengatakan beberapa aktivitas dalam proses pembelajaran diantaranya:

1) Mendengarkan 2) Memandang

3) Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap 4) Menulis atau Mencacat

5) Membaca

6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi 7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, Dan Bagan-Bagan 8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja

9) Mengingat 10)Berpikir

11)Latihan atau Praktek.10

e. Hasil Belajar

Satu diantara tujuan proses pembelajaran adalah untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan oleh siswa setelah melakukan pembelajaran. Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang membedakan yaitu tujuan pengajaran, pengalaman proses belajar mengajar, dan hasil belajar.11

Hasil Belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yang memiliki arti yang berbeda, yaitu “hasil” dan “belajar”. Dan Irwanto mengungkapkan secara sederhana belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu (yang), terjadi dalam jangka waktu tertentu".12Jadi, hasil belajar adalah suatu pencapaian terakhir yang menghasilkan perubahan input secara fungsional melalui suatu proses perubahan yang belum mampu menjadi mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Ahmad Sofyan mengungkapkan, bahwa hasil belajar adalah

“pengajar harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang

10

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 38- 42 11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-14, hal. 02.

12


(31)

telah diajarkan atau sejauh mana tujuan kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai”.13

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengatakan, hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.14

Sementara itu, Nana Sudjana mengatakan “hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”.15

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan kemampuan belajar yang didapatkan siswa setelah melalui berbagai macam pengalaman pada dirinya dalam proses kegiatan pembelajaran, untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberikan petunjuk kepada guru di kelas.

Beberapa macam model pembelajaran menurut Arends diantaranya adalah Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Kooperatif.16

1) Model Pembelajaran Langsung

13

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal .04

14

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet II, hal. 190.

14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-14, hal. 22.

16

Mohammad Asikin, Model-model Pembelajaran Matematika, (Semarang:UNNESA Press, 2001), hal. 03


(32)

Model ini secara khusus dilakukan untuk menunjang proses belajar siswa dengan guru secara langsung yang berkaitan dengan pengetahuan guru mentransfer ilmu dengan cara prosedur dan terstruktur. Model pembelajaran ini yang paling dominan dikelas adalah guru.

2) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model ini memiliki ciri pokok yaitu siswa belajar dalam kelompok secara bersama-sama yang dibentuk dari siswa-siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu, penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Tujuan dari pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

3) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran ini menekankan pada materi yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan persoalan tersebut lebih disukai dengan berbagai altematif cara pemecahannya. Tujuannya untuk membantu siswa mengembangkan pemecahan masalah, belajar bekerja sama dan menjadi pelajar yang mandiri.

4) Model Pembelajaran Diskusi

Diskusi adalah suatu model pembelajaran melalui interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dengan tujuan untuk memecahakan masalah, bertukar pikiran, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar


(33)

kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan diri secara individu dan sumbangan dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil.17Senada dengan Sanjaya dalam Rusman berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok.18

Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk IQ interpersonal skill.19

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:20

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

17

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. I, hal. 194

18

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal. 203

19

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 27 20

Ibrohim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:Universitas Negeri Surabaya, 2001), hal. 06


(34)

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal perlu diterapkan lima unsur model pembelajaran kooperatif,yaitu:

1) Saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu mcnyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan kelompok 3) Tatap muka, artinya setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk

bertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan mendorong siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompoknya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, di mengisi kekurangan masing-masing. 4) Komunikasi antar anggota, unsur ini menghenaaki agar siswa dibekali

dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.21

b. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali metode yang dikenalkan antara tipe pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan, baik pada keunggulan, cara pembelajaran maupun kekurangannya. Tipe pembelajaran kooperatif yang sudah diterapkan yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (team Assisted

21

Anita lie, Cooperatif: Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas,


(35)

Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian kelompok (Group Investigation);22

1) STAD (Student Teams Achievement Division).

Dalam STAD siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan beranggotakan 4-5 siswa, dalam kelompok tersebut harus berbagai macam siswa, seperti tingkatan dalam prestasi, jenis kelamin, rasa atau suku dan agama. Selanjutnya guru memberikan materi kepada tiap kelompok, setiap siswa dalam kelompok tersebut harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri. Dalam penilaiannya guru memeberikan skor kepada masing- masing siswa sesuai kesepakatan bersama.

2) TAI (Team Assisted Individualization)

TAI atau pembelajaran individual dibantu tim pada dasamya hampir sama dengan STAD, dalam penggunaan tim belajar empat anggota berkemampuan campur dan penghargaan untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu.

3) TGT (Teams Games Tournament)

TGT atau pertandingan-pertandingan tim merupakan pengembangan dari STAD. Setelah siswa belajar dalam kelompoknya, masing-masing anggota kelompok akan mengadakan lomba dengan anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Penilaian kelompok didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari masing masing anggota kelompok.

4) Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang

22

Robert E. Slavina, Cooperatif Learningteori: riset dan praktek, (Bandung: Nusa Media, hal 11-16


(36)

yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis kelaminnya. Masing-masing anggota kelompokdiberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yangsama, Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini setiap siswa diperbolehkan bertanya, mengungkapkan pendapat, berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Pada akhir kegiatan setiap anggota mengerjakan tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari. Skor hasil tes tiap kelompok dihitung dan diumumkan secara terbuka.

5) GI (Group Investigation)

Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang dirancang agar siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan meneliti. Didalam teknik ini siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok dan perencanaan serta proyek kooperatif. Tiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang diminati, membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan kelompok. Laporan hasil kerja kelompok dilaporkan kesemua anggota kelompok.

c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Linda Lungren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

3) Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah. 4) Memperbaiki kehadiran.


(37)

6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 7) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

8) Konflik antar pribadi berkurang. 9) Sikap apatis berkurang.

10)Pemahaman yang lebih mendalam. 11)Motivasi lebih besar.

12)Hasil belajar lebih tinggi. 13)Retensi lebih lama.

14)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.23

Sedangkan kelemahan pembalajaran kooperatif diantaranya adalah: 1) Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup lama. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan memahami pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

2) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

3) Keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan strategi ini.

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD a. Pengertian STAD

Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavina dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung pendekatan pembelajaran kooperatif.24

23

Ibrohim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:Universitas Negeri Surabaya, 2001), hal. 18

24

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 364


(38)

Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas daripada metode komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu.

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhimya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

b. Komponen STAD

Menurut Slavin ada lima komponen utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: 25

1) Penyajian Kelas

Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. 2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan

25

Robert E. Slavina, Cooperatif Learningteori, riset dan praktek, (Bandung: Nusa Media, 2005), hal. 143


(39)

agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.

3) Tes dan Kuis

Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.

4) Skor peningkatan individual

Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Adapun penghitungan skor peningkatan individu dalam penelitian ini diambil dari peningkatan individu yang dikemukakan oleh Slavina26 seperti terlihat tabel di bawah ini:

Tabel 2. 1 Peningkatan Individu

Skor Kuis Poin Peningkatan

Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

26

Robert E. Slavina, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, (Bandung: Nusa Media), hal. 156


(40)

5) Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas.

c. Langkah-langkah Penerapan STAD

Dalam menerapkan model pemefoalajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini agar tujuan yang dinginkan akan tercapai. Langkah-langkah penerapan STAD sebagai berikut:

Pertama, Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah), Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

Kedua, Penyajian materi pelajaran, dalam penyajian ini guru harus memperhatikan dan menekankan pada ha-hal berikul:

1) Pendahuluan, di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

2) Pengembangan, Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan- peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.


(41)

3) Praktek terkendali, Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

Ketiga, kegiatan kelompok, Guru mernbagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

Keempat, Evaluasi, Dilakukan selama 5-10 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

Kelima, Penghargaan kelompok, Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

Keenam, Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan

saling membantu dengan siswa lain.

2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif 4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Membutuhkan waktu yang cukup lam untuk memahami dan


(42)

2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

3) Tes Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

4) Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok.

5) Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

4. Hakikat pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di negara-negara barat seperti Austrlia dan Amerika Serikat.27

Pengertian IPS ditingkat persekolahan mempunyai perbedaan makna seperti IPS untuk Sekolah Dasar (SD) berarti program pengajaran, IPS untuk Sekolah Menegah Pertama(SMP) berarti mata pelajaran yang

27


(43)

berdiri sendiri, sedangkan untuk sekolah menengah atas (SMA) berarti gabungan dari sejumlah mata pelajaran.

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dirnana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitamya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

b. Karekteristik Pendidikan IPS

Salah satu karekteristik dari defmisi IPS adalah bersifat dinamis, artinya IPS selalu berubah-rubah sesuai dengan perkembangan masyarakat, baik aspek materi, pendekatan maupun tujuan sesuai dengan perkembanagan masyarakat.

Kosasih Jahri dalam Sapriya menjelaskan kareteristik Pendidikan IPS yaitu:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu denagn fakta sebaliknya. 2) Penelaahan dan pembahasan ilmu ips tidak hanya dari satu bidang

disiplin ilmu sajamelainkan bersifat komprehensif.

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri.

4) Program pembelajaran IPS disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masayarakat.

5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang labil (mudah berubah).

6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan menghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.


(44)

7) Pembelajaran bukan hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

8) Berusaha memuskan setiap siswa yang berbeda melaui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. 9) Dalam program penegmbanagnnya pembelajaran senantiasa

melaksanakan prinsip-prinsip karekteristik dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

c. Tujuan IPS

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kosasih Jahiri mengemukakan 5 tujuan pokok pembelajaran IPS : 1) Membina siswa agar mampu mengembangkan

pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komfrehensif dari berbagai cabang ilmu.

2) Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan keanekaragaman keterampilan studi, kerja serta intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.

3) Membina mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural.

4) Membina siswa ke arah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan juga dapat mengembangkan-menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

5) Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik secara individu maupun sebagai warga Negara.28


(45)

Sejalan dengan pendapat di atas N. Daldjoeni mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah :

1) IPS Mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social science jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi.

2) IPS bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik, dimana mata pelajaran yang disajikan guru sekaligus harus ditempatkan dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat. IPS diramu berupa "civies" di masa lampau sebagai contohnya. 3) IPS yang pada hakekatnya merupakan kompromi antara 1 dan 2 di

atas, sehingga IPS didefinisikan sebagai suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial yang penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap siswa.

4) IPS yang mempelajari "closed area" yaitu masalah-masalah sosial yang pantang dibicarakan di muka umum. Bahannya menyangkut masalah ekonomi, politik maupun budaya agar siswa terlatih berpikir demokratis.

B. Kerangka Berfikir

Proses Pembelajaran sangat berkaitan dengan partisipasi aktif dari siswa. Siswa tidak hanya menerima dan menghafal begitu saja materi yang diperolehnya dari guru, namun siswa mencari dan memperoleh pengetahuan yang baru oleh diri sendiri karena setiap siswa merupakan individu yang ingin selalau mencari informasi-informasi baru, akan tetapi saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional, dimana guru sebagai pemegang peran utama pemberi informasi. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran IPS dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru yang mengakibatkan akan rendah pula prestasi belajar siswa.


(46)

C. Hipotesis Tindakan

Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD tidak dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.

Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.


(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. Sukabumi Selatan Kebon Jeruk Jakarta Selatan. Peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut karena dekat dengan rumah dan tempatnya yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2012 - Februari 2013.

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian

No Tahapan kegiatan penelitian

Pelaksanaan kegiatan

Oktober November Desember Januari Pebruari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Studi pendahuluan

2 Persiapan penelitian 3 Pengajuan izin penelitian 4 Penelitian siklus I 5 Penelitian Siklus II 6 Pengolahan Data 7 Analisis Data

8 Penyusunan Laporan Penelitian

B. Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Classroom Action Research (CAR). Dengan metode penelitian ini peneliti berfokus pada proses belajar mengajar dan hasil belajar pembelajaran dikelas, dalam hal ini kelas bukan hanya diartikan oleh empat dinding kelas/ruang kelas akan tetapi lebih pada aktivitas belajar dan interaksi guru dengan siswa atau siswa dengan siswa.


(48)

Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari ketiga kata “penelitian + tindakan + kelas”1dengan paparan sebagai berikut:

a. Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu obyek yang diteliti dengan menggunakan cara dan aturan tertentu untuk memdapatkan data atau informasi yang berguna dan menarik minat penting bagi peneliti. b. Tindakan adalah sesuatu proses kegiatan yang dilakukan secara

sengaja dengan tujuan tertentu, yang kegiatan penelitiannya berupa rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekumpulan siswa yang dalam waktu dan tempat yang sama menerima pelajaran dari seorang guru yang sama.

Berdasarkan pemahaman dari gabungan kata-kata diatas dapat diartikan bahwa PTK adalah suatu upaya untuk mengamati proses kegiatan belajar sekumpulan siswa dengan menggunakan metodologi penelitian tertentu dan diberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas.

Penelitian ini dimaksudkan sebagai jalan keluar alternatif pembelajaran komunikasi yang selama ini masih berjalan secara konvensional. Ini sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa PTK dapat memberikan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dikelas dengan melihat karekteristik siswa.2

Adapun tahapan dalam penelitian tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan.

Dalam tahap perencenaan peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi:

1) Mengidentifikasi masalah tentang proses dan hasil belajar IPS.

1

Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. pertama, hal. 10

2

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. Ke-6, h. 34


(49)

2) Perumusan masalah dan analisis penyebab masalah. 3) Melakukan pengamatan mengenai kondisi sekolah.

4) Merencanakan tindakan dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, instrumen penelitian, pedoman observasi guru dan siswa yang disusun bersama guru IPS yang sebagai kolaborator.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Peneliti melakukan kegiatan sesuai yang telah direncanakan yaitu menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaku tindakan adalah peneliti sedangkan observer adalah guru kelas yang mengajar IPS. Pada tahap ini digunakan rancangan strategi dan RPP yang sudah didiskusikan pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan dan analisis

Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini observer melakukan pengamatan terhadap proses tindakan kelas, situasi kelas, aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa di kelas dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan. Selain itu peneliti juga mencatat hal-hal yang penting dan diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.Data-data pada saat observasi dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan kondisi kelas ketika proses pembelajaran selesai. Di tahap refleksi, data yang telah dianalisis dilakukan evaluasi dan refleksi dengan tujuan untukmenyempurnakan tindakan berikutnya dan memperbaiki kegiatan penelitiansebelumnya.


(50)

2. Desain Intrevensi Penelitian

Gambar 3. 1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatankelas V Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Banyaknya siswa 25 orang dengan komposisi 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Identifikasi Masalah

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi Pengamatan

Apabila masalah belum terselesaikan Siklus ditambah

Refleksi Pengamatan Pelaksanaan Tindakan II Perencanaan Tindakan II


(51)

D. Peran Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan.Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegaiatan, melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian.Peneliti dibantu oleh seorang guru bidang studi IPS sebagai observer atau pengamat untuk membantu peneliti dalam mengamati pelaksanaan kegiatan sebagai sumber data.

E. Tahapan Penelitian

Tahap Penelitian Tindakan Kelas berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi, yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian, sehingga diperoleh data yang dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Rincian dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Tahapan Dalam Penelitian

Kegiatan Pendahuluan

1. Melakukan studi pendahuluan mengidentifikasi masalah 2. Pembuatan surat izin penelitian 3. Berkonsultasi dengan guru bidang

studi IPS yang akan menjadi kolaborator

4. Melakukan diagnosa awal menenai permasalahan yang ada dikelas.


(52)

SIKLUS I

Perencanaan

1. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

2. Menyusun lembar kerja siswa/LKS 3. Menyiapkan media pembelajaran

4. Membuat lembar observasi guru dalam pembelajaran.

5. Membuat lembar observasi keaktifan siswa 6. Menentukan indikator keberhasilan siklus

bersama wali kelas.

7. Menyiapkan dokumentasi KBM

Pelaksanaan

1. Melaksanakan KBM dengan pembelajaran Koperatif tipe STAD

2. Pemberian tes siklus I

3. Membuat dokumentasi KBM

Pengamatan

Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer (guru)

Refleksi Identifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil

pengamatan untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut

SIKLUS II Perencanaan

1. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode Kooperatif tipe STAD yang telah diperbaiki berdasarkan pada siklus I. 2. Menyusun lembar kerja siswa/LKS

3. Menyiapkan media pembelajaran

4. Membuat lembar observasi guru dalam pembelajaran.


(53)

5. Membuat lembar observasi keaktifan siswa 6. Menentukan indikator keberhasilan siklus

bersama wali kelas.

Pelaksanaan

1. Melaksanakan KBM dengan pembelajaran Koperatif tipe STAD

2. Pemberian tes siklus II 3. Membuat dokumentasi KBM

Pengamatan

Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II yaitu proses pembelajaran di kelas, aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru. pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer (guru).

Refleksi

1. Identifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut

2. Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti dan guru membuat kesimpulan hasil penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terciptanya pembelajaran yang aktif sehingga aktivitas belajar siswa di kelas meningkat disertai meningkatnya juga hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

G. Tehnik Pengumpulan Data 1. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif berupa catatan lapangan, hasil pengamatan dan dokumentasi selama proses pembelajaran.

b. Data kuantitatif berupa hasil tes tiap siklus dan pekerjaan siswa baik pekerjaan rumah (PR) ataupun hasil lembar kerja siswa (LKS).


(54)

c. Sumber data penelitian ini didapatkan dari siswa dan guru mata pelajaran IPS kelas V SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.

2. Tehnik Pengumpul Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpul data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian yang sedang berlangsung.3

b. Catatan lapangan

Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak direkam dalam lembar observasi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa selam proses pembelajaran IPS dikelas.

d. Tes

Data dalam penelitian dibagi menjadi 3 yaitu fakta, pendapat dan kemampuan.Instrumen Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang kita teliti.Tes dapat digunakanuntuk mengukur kemampuan dasar maupun pencapaian atau prestasi misalnya tes IQ, minat, bakat khusus dan sebagainya.

3. Instrumen Pengumpul Data

Dalam penelitian ini instrumen pengumpul data yang digunakan sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Pedoman Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti. Observasi dilakukan oleh peneliti, guru mata pelajaran IPS dengan menggunakan lembar observasi.

b. Catatan lapangan

3


(55)

Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak direkam dalam lembar observasi maupun wawancara, dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi berisikan tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelumnya dan dokumentasi pada proses pembelajaran berupa foto-foto kegiatan siswa

d. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes ini dilakukan 2 kali setiap akhir siklus.

H. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen.4 Pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi Point Biserial (rpbi), yaitu:5

rPBL = Indek Poin Biserial

Mp = Mean (rata-rata) sekor yang dijawab betul oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

Mt = Mean (rata-rata) sekor yang dijawab salah oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

SD = Deviasi standar skor total.

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet ke-12, hal. 144

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet ke-10, hal. 79


(56)

p = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya

q = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada

signifikasi 5% ( ) dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kaidah keputusanya:

Jika t hitung> t tabel berarti valid, sebaliknya; Jika t hitung< t tabel berarti

tidak valid.

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data dari 40 soal untuk siklus 1 yang diujicobakan terdapat 29 soal yang dinyatakan valid. Diantara 29 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. Kemudian data dari 40 soal untuk siklus 2 yang diujicobakan terdapat 24 soal yang dinyatakan valid. Diantara 29 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.


(57)

Realibilitas adalah ketetapan atau keajegan alat terebut dalam menilai apay yang dinilai.6Sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan jika diteskan kepada subjek yang sama. Perhitungan reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu:7

Dimana :

Rn = Koefisien korelasi seluruh tes

N = Perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang dikorelsian

r1/2 = Koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainya.

Dalam teknik ini, tes yang telah dibagi dua bagian. Kemudian tiap-tiap bagian diberikan sekor secara terpisah. Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan untuk membelah menjadi dua bagian sebuah tes, yaitu:

a. Prosedur genap-ganjil. Pelaksanaan prosedur ini adalah seluruh butir soal tes yang bernomor ganjil dikumpulan menjadi satu kelompok, begitu pula dengan butir soal yang bernomor genap

b. Prosedur secara random (acak)

Dengan kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kreteria Realibilitas Instrumen

Koefisien Realibilitas Kriterian

0.91-1.00 Sangat tinggi 0.71-0.90 Tinggi 0.41-0.70 Cukup 0.21-0.40 Rendah

<0.20 Sangat rendah

6

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosydakarya, 2011) cet ke-16, hal. 16

7


(1)

134 Lampiran 26

DATA HASIL TES BELAJAR IPS SIKLUS II

No Nama Siswa Presentase Kategori Keterangan

1. A 78 Baik tercapai

2. B 80 Baik sekali tercapai

3. C 81 Baik sekali tercapai

4. D 80 Baik sekali tercapai

5. E 85 Baik sekali tercapai

6. F 73 Baik Tidak tercapai

7. G 90 Baik sekali Tercapai

8. H 78 Baik Tercapai

9. I 92 Baik sekali Tercapai

10. J 80 Baik sekali Tercapai

11. K 74 Baik Tidak tercapai

12. L 80 Baik Sekali Tercapai

13. M 85 Baik sekali Tercapai

14. N 82 Baik Sekali Tercapai

15. O 67 Baik Belum tercapai

16. P 88 Baik sekali Tercapai

17. Q 90 Baik Sekali Tercapai

18. R 90 Baik sekali Tercapai

19. S 81 Baik Sekali Tercapai

20. T 80 Baik Sekali Tercapai

21. U 92 Baik sekali Tercapai

22. V 84 Baik sekali Tercapai

23. W 72 Baik Belum tercapai

24. X 83 Baik Sekali Tercapai

25. Y 77 Baik Tercapai

Jumlah Nilai 2042

Rata-rata nilai 81,68

Nilai teringgi 92

Nilai terendah 72

Nilai ≥ 75 4


(2)

139 Lampiran 22

KISI-KISI SOAL TES HASIL BELAJAR SIKLUS II

Satuan pendidikan : SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan Jenis soal : Pilihan Ganda

Mata pelajaran : IPS Jumlah soal : 15

Kelas/semester : V/1 Waktu : 60 menit

Tahun pelajaran : 2012/2013

Standar kompetensi : 1. Menghargai berbagai peninggalan tokoh nasional yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha

dan Islam, keragamanan kenampakan alam dan buatan dan suku budaya, serta kegiatan di Indonesia.

Kompetensi Dasar Indikator Ranah

kognitif Soal butir

Kunci Jawaban Menghargai

keragamanan suku bangsa dan budaya di Indonesia

1. Menjelaskan

kergamanan suku di indonesia

C2 1. Suku bangsa yang tinggal di wilayah Sumatera

Barat adalah…

a. Minangkabau c. Betawi

b. Makasar d. Ambon

A

2. Menjelaskan

penyebaran suku di Indonesia

C2 2.

Dari peta di atas suku tengger ditunjukan oleh huruf…

a. A c. C

b. B d. D


(3)

140 3. Mengklasifikasi

macam-macam suku di Indonesia

C2 3. Suku bangsa yang mendiami provinsi Sumatera

Utara ialah…

a. Gayo, Karo, dan Toba

b. Ulu, Mandailing, dan Karo

c. Karo, Mandailing, dan Toba

d. d. Toba, Caniago, dan Melayu

4. Suku yang terkenal sebagai pelaut yang

pemberani adalah…

a.Bugis c. Jawa

b.Nias d. Bali

A

4. Memberikan contoh menghargai suku di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

C2 5. Salah satu sikap menghormati suku bangsa yang

ada di Indonesia adalah… a. Memahami perbedaan

b.Menghargai suku bangsa yang maju

c. Membedakan perlakuan

d. Menyingkirkan suku bangsa yang terbelakang

A

5. Menjelaskan pengertian kebuduyaan

C1 6. Istilah kebudayaan berasal dari bahasa

sangsakerta buddayah yang berarti…

a. Kesenian c. Akal budi


(4)

141

b. Sopan santun d. Kebiasaan

6. Menjelaskan macam-kebudayaan di Indonesia

C2 7. Tari saman berasal dari daerah…

a. Bengkulu c. Jambi

b.Aceh d. Lampung

8. Rumah adat dari Papua disebut…

a. Honai c. Joglo

b.Kebaya d. Susun

9. Masyarakat Naga merupakan bagian dari suku…

a. Jawa c. Dayak

b.Batak d. Sunda

10. Gambar disamping menunjukkan tarian adat dari daerah…

a.Sumatera Utara b.Sumatera Barat c.Sumetera Selatan

B

A

D


(5)

142 d. Bengkulu

11. Suku Asmat tinggal di pulau…

a.Sumetera b.Sulawesi c.Kalimantan d.Papua

D

7. Mengklasifikasi macam-macam kebudayaan di Indonesia

C2 12. Berikut ini yang merupakan hasil kebudayaan

yang berupa gagasan adalah…

a. Kerajinan anyaman c. Perhiasan

b.Rumah d. Ilmu

pengetahuan

13. Hasil budaya bangsa Indonesia yang telah diakui oleh dunia dan menjadi salah satu keajaiban dunia adalah…

a. Puncak jaya c. Candi Borobudur

D


(6)

143 b. Puncak monas d. Masjid Agung

8. Memberikan contoh menghargai

kebudayaan di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

C2 14. Berikut ini contoh sikap yang tidak menghormati

budaya bangsa sendiri adalah…

a.Bangga memiliki bangsa Indonesia

b.Senang menggunakan bahasa Indonesia

c.Lebih suka dengan budaya luar yang modern

d.Lebih suka dengan kebudayaan Nasional

15. Sikap menghormati keanegaragaman budaya

tampak dalam tindakan, kecuali

a.Membiarkan kelompok lain mempraktikan

kebudayaannya

b.Belajar berbagai seni tradisional

c.Mencela pertunjukan kesenian suku lain

d.Mengembangkan kesenian tradisional

C


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Deskripsi penggunaan pembelajaran kooperatif di MAN Jakarta Selatan : penelitian deskriptif di MAN Jakarta Selatan.

0 6 227

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA KELAS IV SDN MARGAKAYA KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 9 54