Cara Penggunaan Quatum Learning

20 Informasi formal tidak dapat begitu saja di gali dari teks atau pendidik dan tersimpan sebagai pengetahuan instan dalam pikiran siswa. Informasi harus diolah lebih dulu sebelum menjadi informasi yang bermanfaat di dalam otak siswa. Menurut Win Wenger tidak ada yang disebut mengajar karena semua pembelajaran adalah hasil kreasi pemelajar. 39 Maksudnya pembelajaran tidak mungkin sesuai dengan himpunan informasi yang disampaikan kepada pembelajar melalui teks atau pendidik, tetapi tidal ada pembelajaran yang berlangsung tanpa diciptakan sendiri oleh siswa. Oleh sebab itu, AMBAK sangat dibutuhkan dalam setiap pembelajaran. Karena tanpa informasi yang didapatkan dalam proses belajar mengajar akan terbuang sia-sia. Dan dengan meniptakan AMBAK pada diri masing-masing diharapkan dapat meningkat rasa ingin tahu seseorang untuk mempelajari suatu bidang dan menambah keinginan untuk mempelajari bidang lainnya. 2. Pemberian pujian positif Ucapkanlah pujian setiap kali menyelesaikan suatu pekerjaan. Ulangi pujian setiap kali memerlukannya. Ubahlah umpan balik negatif dengan cara sepositif mungkin sehinga dapat menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih efktif. 40 3. Penggunaan tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar Jika melakukan pekerjaan dilingkungan yang ditata dengan baik, maka lebih mudah untu mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Jika ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif. 41 Sebelum suatu pelajaran dimulai, ubahlah ruang kelas menjadi suatu tempat di mana siswa akan merasa nyaman, terdorong, dan mendapat dukungan. Masukkan tanaman dan musik, dan jika di perlukan sesuaikan temperatur kelas. Hiasi dinding-dinding dengan poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif. 39 Win Wenger, Beyond Teaching and Learning: Memadukan Quantum Teaching dan Quantum Learning. Bandung: Nuasa, 2004 h, 96 40 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 38 41 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 66 21 4. Pencarian cara belajar diri Ketahuilah gaya belajar diri sendiri. Akrab dengan gaya belajar sendiri akan membantu untuk mempermudah dan mempercepat pembelajaran. Dan juga, dapat mempermudah mengetahui cara belajar orang lain. Sehingga dengan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dalam menerima masukan dan dapat mempererat hubungan kerjasama antar individu. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. 42 Dengan memahami gaya belajar yang berbeda membantu para guru untuk mendekati murid di mana pun. Banyak ciri-ciri perilaku merupakan petunjuk kecenderungan belajar. Berikut ini cara-cara menentukan gaya belajar siswa: a. Orang Visual 1 Mengingat apa yang dilihat, daripada yang di dengar 2 Mengingat dengan asosiasi visual. 3 Biasanya tidak terganggu oleh keributan. 4 Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali ditulis. 5 Lebih suka membaca daripada dibacakan. 6 Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat. 7 Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain. 8 Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato. 9 Sering kali mengetahui apa yang harus di katakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata. b. Orang Auditorial 1 Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja. 2 Mudah terganggu oleh keributan. 3 Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 4 Lebih suka musik daripada seni. 5 Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 6 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik 42 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 110 22 c. Orang kinestetik 1 Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka. 2 Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 3 Belajar melalui, memanipulasi, dan praktik. 4 Menghapal dengan cara berjalan dan melihat. 5 Menggunakan jari penunjuk ketika membaca. 6 Banyak menggunakan isyarat tubuh. 7 Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. 8 Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika mereka memang telah perna berada di tempat ituu. 9 Emungkinan tulisannya jelek. 10 Menyukai permainan yang menyibukkan. 43 Dengan mengetahui cara belajar masing-masing individu. Maka diharapkan siswa dengan mudah dapat menyerap segala informasi dan menghilangkan kejenuhan disaat proses belajar mengajar berlangsung, khususnya pada bidang studi Sejarah kebudayaan Islam yang memerlukan pemahaman yang mendalam. 5. Penggunaan peta pikiran mond map Informasi yang di peroleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan jangka panjang tersebut salah satunya dengan cara mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari. Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulang informasi. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan. Namun, otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur akan tetapi harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu di hubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. 43 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 116-118 23 Peta pikiran adalah pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. 44 Teknik pencatatan ini di kembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. 45 Dalam mencatat sebaiknya tidak hanya menggunakan teks, namun juga memanfaatkan gambar. Jika perlu perkaya catatan dengan warna, sebab otak senang dengan warna. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. 46 Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan di pelajari dan memproyeksikan masalah yang di hadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafis sehingga lebih mudah memahaminya. 47 Peta pemikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan untuk membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat dan mengingat kembali informasi yang telah di pelajari. 48 Mengulangi catatan, jika catatan-catatan tersebut di buat dalam bentuk peta pikiran. 49 Peta pikiran mempunyai kelebihan dibandingkan cara catatan yang lain. Dengan beberapa keunggulannya antara lain: 1 Berupa tulisan, simbol dan gambar. 2 Berwarna-warni. 44 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 152 45 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 152 46 Tony dan Bary Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Batam:Interaksa,2004, h. 68 47 Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik dan Kreatif, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2004, h.75 48 Eric Jensen dan Karen Makowitz, Otak sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super, Bandung:Kaifa, 2002, h.95 49 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 152 24 3 Untuk meriview ulang diperlukan waktu yang pendek. 4 Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif. 5 Membuat individu menjadi lebih kreatif. 50 6 Perayaan keberhasilan Ketika tujuan telah tercapai maka rayakanlah. Perayaan prestasi akan memberikan perasaan keberhasilan, penyelesaian dan kepercayaan, kemudian akan membantu tujuan yang berikutnya. 51 . 50 Sugiarto, Mengoptimalkan Daya..., h. 76 51 Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 58 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Al-Adzkar yang berjumlah 51 orang. 2. Waktu penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah al-Adzkar Pamulang. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus atau tiga kali pertemuan, yaitu dari tanggal 16 Desember sampai 30 Februari 2014.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas classroom action research, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas terhadap proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan metode Quantum Learning dengan menggunakan beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan planning, penerapan tindakan action, mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan Observing, dan melakukan refleksi reflecting dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang di harapkan. 1 Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakuan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaii atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih profesional. 2 1 Suharsimi Ariunto,dkk, Penelitian Tindaan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, cet. ke-V, h. 16 2 Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, h. 4 26

C. Tahap-tahap Penelitian

SIKLUS I a Perencanaan Observer dan kolaborator mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan untuk dapat memecahkan masalah yang dijumpai, menyusun rencana pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Quantum Learning. Mengumpulkan bahan dan media pembelajaran. Selanjutnya observer melakukan pelatihan terhadap kolaborator Guru agar guru tersebut dapat melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario. 3 a Tindakan Kolaborator melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yaitu dimulai dengan memperkenalkan gaya belajar masing-masing anak serta menjelaskan prosedur pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning. Kemudian mengajarkan cara menggunakan AMBAK dan peta pikiran. b Observasi Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran. Menilai tindakan yang telah dilakukan mengenai kekurangannya baik ketidak sesuaian antara tindakan dengan skenario maupun respons siswa yang berbeda dengan yang diharapkan. c Refleksi Setelah melakukan evaluasi tindakan meliputi mutu dan waktu dari setiap tindakan, observer dan kolaborator melakukan diskusi tentang hasil evaluasi skenario tersebut. Selanjutnya memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. SIKLUS II a Perencanaan Tim mendiskusikan tindakan yang aan dilakukan pada siklus II, sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus I. Memperbaiki skenario ataupun tindakan sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Mengumpulkan bahan- bahan dan media pembelajaran untuk membantu proses belajar. 3 Suharsimi Arikunto, dkk, Peneltian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, cet. ke-V, h. 22