Sunnah-Sunnah Menshalatkan Jenazah Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Ai-Aulia

19 Jenazah yang wajib di shalatkan diantaranya adalah: 1. Orang islam, orang kafir yang meninggal tidak wajib di shalatkan. 2. Jenazah dalam keadaan utuh atau sebagian anggota tubuhnya masih dikenali identitasnya. 3. Jenazah berada di tempat menshalatkan, kecuali dalam shalat ghaib. 4. Jenazah yang di shalatkan bukan jenis keguguran yang belum mencapai usia empat bulan kandungan. 5. Jenazah benar-benar telah dimandikan, bagi yang bukan mati syahid. Karena yang mati syahid tidak dimandikan. 32 Jadi, jenazah yang wajib dishalatkan oleh orang muslim adalah jenazah yang beragama islam. Apabila jenazah tersebut selain dari agama islam maka, kita tidak wajib untuk menshalatkannya. Dan jenazah tersebut dalam keadaan utuhdan jika ada jenazah yang dibunuh dan dimutilasi alias anggota tubuhnya dipisah- pisah itu juga tidak wajib untuk dishalatkan terkecuali anggota tubuhnya itu telah teridentifikasi atau dikenali oleh kita, maka kita wajib menshalati jenazah tersebut. Dan jenazah yang akan kita shalatkan itu berada ditempat menshalatkan, kecuali shalat ghaib yaitu menshalatkan jenazahnya tidak ada ditempat kita. Juga jenazah yang kita shalatkan bukan jenis keguguran dimana usia anak tersebut belum mencapai empat bulan dalam kandungannya. Dan yang paling penting lagi bahwa jenazah yang akan kita shalatkan harus sudah dimandikan dan dikafani secara rapih menurut ajaran agama islam.

4. Sunnah-Sunnah Menshalatkan Jenazah

Adapun sunnah-sunnah dalam melakukan shalat jenazah adalah : 1. Mengangkat kedua tangan pada saat bertakbir. 2. Merendahkan suara pada setiap bacaan. 3. Membaca Isti’adzah 32 Abdullah, mengenal Shalat haram dan bid’ah h.80-81 20 4. Posisi imam hendaknya didekat kepala apabila jenazah laki-laki, dan didekat pinggul apabila jenazah perempuan. 5. Shaf barisan hendaknya dijadikan tiga shaf atau lebih. 33 Didalam melakukan shalat jenazah ada beberapa sunnah-sunnah yang dapat menambah pahala bagi si jenazah itu sendiri diantaranya shalat jenazah dilakukan secara berjamaah dan membuat syafnya dengan hitungan yang ganjil, misalnya hitungan tiga, lima, tujuh dan seterusnya dalam artian minimal dalam syaf-syaf tersebut berjumlah empat puluh orang islam Dalam melakukan takbirotul ihrom juga sama seperti shalat biasa yaitu tangan diangkat sejajar dengan pundak dan bersedekap atau tangan diletakan diantara dada dan pusar. Disunahkan pula membaca tahmid sebelum membaca shalawat. Dalam membaca doanya harus pelan-pelan. Doa yang kit abaca itu ditujukan kepada mukmin dan mukminatbaik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan yang terakhir yang disunahkan dalam menshalatkan jenazah adalah mengucapkan salam.

5. Rukun Shalat Jenazah

Rukun dalam shalat jenazah menurut Khalilurrahman adalah : 1. Niat 2. Berdiri bagi yang mampu . 3. Takbir empat kali 4. Membaca Surah Alfatihah setelah takbir pertama 5. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw setelah takbir yang kedua 6. Membaca doa untuk jenazah setelahtakbir yang ketiga 7. Membaca doa untuk jenazah dan orang-orang yang menshalatinyasetelah takbir yang keempat 8. Salam

F. Cara Menshalatkan Jenazah

33 Ahmah Seadie, Penuntun Shalat Lengkap, Jakarta: Rica Grafika,1996,h.122 21 Shalat jenazah yaitu shalat yang dilakukan dengan empat takbir tanpa rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah dishalatkan dihadapan jamaah yang menshalatinya. Shalat ini merupakan suatu kewajiban terhadap seorang mayit dan hukumnya fardhu kifayah, yaitu fardhu yang bersifat kolektif. Artinya, kewajiban ini dianggap sudah terpenuhi bila didalam suatu wilayah ada beberapa orang yang melakukannya. Akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya, maka semua orang diwilayah itu berdosa. Adapun rincian shalat jenazah secara keseluruhan sebagaimana tersebut dibawah ini : 1. Niat dalam hati namun, disunatkan untuk mengucapkannya. 2. Takbir pertama taqbiratul ihram dan setelahnya membaca surat al- fatihah. 3. Takbir kedua, dilanjutkan membaca shalawat Nabi. 4. Takbir ketiga dilanjutkan membaca do’a untuk mayit. ﮫﻟﺮﻔﻏا ﻢﮭﻠﻟا ﺎھ ﮫﻤﺣراو ﺎھ ﮫﻓﺎﻋو ﺎھ ﮫﻨﻋ ﻒﻋاو ﺎھ 5. Takbir keempat dilanjutkan membaca do’a. Salam. 34

C. Pengertian Media, Media Enaktif dan Ikonik

Kata “Media” berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantar, atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. 35 Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Tekhnologi dan Komunikasi pendidikan Asosiation of Education and Comunication TechnologyAECT di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesaninformasi. Asosiasi Pendidikan Nasional National Education Asosoation NEA memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta 34 Achmad Mufidh A.R, Risalah kematian, Jakarta :Total Media, 2007, h.34-38 35 Pupuh Fathurrohman, Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Refika Aditama, 2003,h.65 22 peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat didengar dan dibaca. 36 Adapun pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah,’ perantara’ atau ‘pengantar. Dalam bahasa Arab, media disebut ‘wasail’ bentuk jama dari wasilah yakni sinonim alwasth yang artinya juga ‘tengah’. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai ‘perantara’ atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada ditengah ia bisa juga disebut pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menyalurkan atau menghubungkan sesuatu dari suatu sisi ke sisi lainnya. 37 Sedangkan Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 38 Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras hardware dan perangkat lunak software hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televise, dan sebagainya.sedangfkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada trasparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya. 39 36 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.6-7 37 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2008, h.6 38 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, h.3 39 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana,2007,163-164 23 Adapun yang dimaksud dengan media Enaktif adalah pengalaman langsung langsung mengerjakan. Sedangkan yang dimaksud media Ikonik adalah pengalaman pictorial gambar. 40 Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. D . Landasan Teoritis Penggunaan Media Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Brunner ada tiga tingkatan modus utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung enaktive, pengalaman pictorial gambar iconic, dan pengalaman abstrak symbolic Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan yang kedua yang diberi label iconic artinya gambar atau image, kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’. Mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto atau film. Selanjutnya, pada tingkatan stymbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ‘pengalaman’ pengetahuan, keterampilan atau sikap yang baru. Tingkatan pengalaman memperoleh hasil belajar seperti ini digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan kedalam symbol-simbol tertentu encoding dan siswa sebagai penerima menafsirkan symbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan decoding. 41 40 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, h.7 41 Azhar Arsyad, Pembelajaran, h.7 24 Adapun penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirman. N dkk 1991, adalah : 1. Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya untuk menjelaskan bagaimana system peredaran darah pada manusia, digunakan film. 2. Menampilkan obyek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik, bintang-bintang yang besar, alat-alat perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar. 3. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang lambat. Gerakan yang terlalu cepat misalnya gerakan kapal terbang, mobil, mekanisme kerja suatu mesin dan perubahan wujud suatu zat atau metamorposa. 4. Karena informasi diperoleh siswa berasal dari sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan persepsi siswa. 5. Membangkitkan motivasi belajar siswa. 6. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa. 7. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya sumber belajar. 8. Bahan pelajaran dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk digunakan pada saat yang lain. 9. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup dikutub 10. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop. 42 Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan-kegiatan mengajar yang 42 Pupuh Fathurrohman, M. Sobri Sutikno, Strategi, h.73-74 25 berlangsung dikelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam suatu usaha tersebut adalah untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasihan dalam penerimaan Informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.

E. Fungsi dan Manfaat Media

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsure yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai siswa setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minatyang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Yunus dalam bukunya Attarbiyatu watta’lim mengungkapkan maksudnya sebagai berikut : 26 Bahwasanya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjaminpemahaman…orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya. 43 Sementara itu Levied an Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnys media visusl, yaitu a fungsi atensi, b fungsi afektif, c fungsi kognitif, d fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan kepada makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya emosi yang menyangkut masalah social atau ras. Fungsi gognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa gambar visual atau gambar memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikaninformasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi 43 Azhar Arsyad, Pembelajaran, h.15-16 27 siswa yang lemah dan lambat dalam memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. 44 Adapun manfaat media secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis tahu kata- katanya, tetapi tidak tahu maksudnya. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Seperti misalnya : a. Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film, bingkai atau model. b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar. c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography. d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal. e. Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain, dan f. Konsep yang terlalu luas gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain. 3. penggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatatasi sifat pasif anak didik. 4. Dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya ituharus diatasi 44 Levie Lentz dalam Arsyad, Pembelajaran, h.16-17 28 sendiri. Hal ini akan lebih sulit jika latar belakang guru dan siswa juga berbeda. 45 Sedangkan menurut purnawanti dan Eldarni, yaitu : a. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah. b. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat didalam lingkungan belajar. c. Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi. d. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. e. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat f. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya. g. Membangkitkan motivasi belajar. h. Memberikan kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar. i. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. j. Menyajikan informasi belajar secara serempak mengatasi waktu dan ruang. k. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. 46

F. Klasifikasi Media

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut : 1. Dilihat dari sifatnya, media dibagi kedalam : a. Media Auditif, yaitu media yang hanya memiliki unsur suara. Seperti radio dan rekaman suara. 45 Arief S. Sadiman, Pendidikan, h.17-18 46 http:.Blogspot.com20108media pembelajaran.html 29 b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsure suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentukbahan yang dicetak seperti media grafis dan sebagainya. c. Media Audio Visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsure suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsure jenis media yang pertama dan kedua. 47 d. Media ini terbagi kedalam : 1 Audio Visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara sound slides, film rangkai suara, cetak suara. 2 Audio garak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan film-casette. Pembagian lain dari media ini adalah : a Audio murni yaitu baik unsure suara maupun unsure gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-casette. b Audiovisual tidak murni, yaitu yang unsure suara dan unsure gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor. Dan unser suaranya berasal dari tape recorder. 2. Dilihat dari daya liputnya, Media Dibagi Dalam : a. Media daya liput luas dan serentak Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh : Radio dan Televisi. 47 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta :Kencana, 2006, h.170 30 c. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang harus menggunakan ruang yang khusus dan gelap. d. Media untuk pengajaran individual Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer. 6. Dilihat dari segi pengadaannya , Media dibagi dalam : a. Media jadi by utilization Yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilanmateri dan penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Media Rancangan by design Yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu media ini kemungkinan besar sesuai dengan tujuan pembelajaran 48 Sedangkan menurut Oemar Hamalik, 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu: 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro projection, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe. 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya :phonograph, transkripsi electrics, radio, rekaman pada tape recorder. 3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televise, benda-benda tiga dimensi yang biasa dipertunjukan, misalnya ; model, spicemens, bak pasir, peta electicks, koleksi diorama. 4. Dramatisasi, bermain peranan, sosio drama, sandiwara boneka, dan sebagainya. 49 48 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, h.191-192 49 Asnawir, Basyirudin Usman, pembelajaran, h.29 31 Dari jenis-jenis karakteristik media sebagaimana disebut diatas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih media dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana dianggap tepat dan menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharu nya dipakai. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang penulis lakukan obyek penelitian adalah Madrasah Aliyah Al- Aulia Jl. KH. Abdul Hamid KM. 3 Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

B. Focus Masalah

Focus masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikiut : 1. Variabel bebas Y :Media Enaktif dan Ikonik 2. Variabel terikat X:Hasil Pembelajaran Fiqih

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. 50 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor yang terdiri dari kelas XII. IPS 1 dan XII. IPS 2 yang berjumlah 72 orang. Selanjutnya penulis mengambil sample dari populasi itu. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 50. Pengambilan sampel ini merujuk kepada ketentuan yang dikemukakan oleh Winarno 50 Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian, Jakarta: Islamic Research Publishing,2009, h.88 33 Surachmad yang menyatakan bahwa : “ Bila populasi berukuran sama atau lebih dari seratus maka pengambilan sampel nya sebanyak 50 dari populasi dan jika populasinya sama atau lebih dari 1000 pengambilan sampelnya sebesar 15. Untuk lebih jelasnya, perbandingan antara jumlah populasi dengan sample maka penulis ajukan table sebagai berikut : NO Kelas Populasi Sample Jumlah 1 XII. IPS 1 36 36 x 50 18 2 XII. IPS 2 36 36 x 50 18 Jumlah 72 36

D. Metode Penelitian

Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode komparatif, yaitu membandingkan antara gejala yang satu dengan yang lain dengan kerangka berfikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dari fakta yang bersifat umum kepada fakta yang bersifat khusus. E .Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : 1.Observasi Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. 51 Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi obyektif lapangan penelitian. Di kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2 Madrasah Aliyah Al- Aulia dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih menggunakan alat peraga Enaktif dan Ikonik dalam materi pokok pengurusan jenazah. 51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,2006, cet ke-13 h.130 34 2. Angket Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran Quesioner daftar pertanyaan isian untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum. 52 Penulis memberikan angket kepada siswa-siswi kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2 Madrasah Aliyah Al-Aulia dengan menggunakan media Enaktif dan Ikonik. 3. Wawancara Teknik wawancara ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya kepada responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang berhubungan dengan kondisi obyektif lokasi penelitian. Wawancara ini hanya ditujukan kepada guru bidang studi fiqih. F.Instrumen dan Kisi-kisi Penelitian 1. Instrumen Penelitian Instrument yang saya gunakan untuk memperoleh data yang valid mengenai pembelajaran fiqih guru yang menggunakan media Enaktif dan Ikonik di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor adalah berbentuk angket. Angket yang disebarkan terdiri dari 20 soal yang disebarkan kepada 72 siswa. 2. Kisi-kisi Penelitian Adapun kisi-kisi penelitian yang saya gunakan dalam pembuatan angket adalah : 52 Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian, h. 96 35 TABEL 1 Kisi-kisi Penelitian No FOKUS MASALAH NO ITEM 1 Pembelajaran fiqih menggunakan media Enaktif 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 2 Pembelajaran fiqih menggunakan media Ikonik 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 G.Teknik Pengolahan dan Analisa Data Yang dimaksud pengolahan data dalam pembahasan ini adalah; langkah- langkah yang ditempuh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapu langkah-langkah tersebut antara lain: 1. Editing Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, penulis segera menulis satu persatu angket yang dikembalikan tersebut dari no1 sampai no akhir. Bila jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk dibetulkan atau disempurnakan atau angket tersebut sah. 2. Scoring Pertanyaan angket yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban huruf diubah menjadi nilai angket. 3 . Tabulating Langkah ketiga dalam pengolahan data ini adalah memindahkan jawaban yang terdapat dalam angket kedalam kartu tabulasi dalam bentuk coretan garis lurus. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan teknik presentase, dengan rumus : P = F x 100 N P : Angka Presentase F : Frekwensi yang sedang dicari presentasenya N : Number Of Case jumlah frekwensi atau banyaknya individu.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Obyek Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Ai-Aulia

a. Latar Belakang Berdirinya MA Yayasan Pendidikan Islam Al-Aulia

Jl. KH. Abdul Hamid Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulag Kabupaten Bogor sebagai tempat berdirinya yayasan pendidikan Islam Al- Aulia, dengan berdirinya Yayasan Al-Aulia menambah mutu pendidikan dikecamatan Cibungbulang. Di Yayasan Al-Aulia bukan hanya berdiri MA tetapi berdiri juga SMU, MTS, SMPI,MI dan juga perguruan tinggi Islam. Awal mula berdirinya Madrasah Aliyah Al-Aulia pada tahun 1997, Madrasah Aliyah Aulia berdiri pertama kali sebelum diidrika SMA, proses pendirian Ma melalui proses perijinan dan telah disahkan dengan status disamakan melalui surat keputusan kepala dinas pendidika Bogor. 1

b. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Aulia

Visi MA Al-Aulia “ membentuk siswa siswi maju, mandiri, berkualitas yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK. 1 Sum ber Dat a Sekolah, Kepala Sekolah M A Al-Aulia Adapun Misi MA Al-Aulia adalah :

1. Menciptakan suasana yang islami