Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang Menggunakan Media Enaktif dengan Ikionik Dalam Materi Pengurusan Jenazah (studi kasus di madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor)

(1)

Alhamdulillah robbil ‘alamin segala puja dan puji hanya bagi Allah semata, yang telah memberikan kekuatan iman, islam dan kesehatan ruhaniyah serta jasmaniyah kepada kita semua. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mengambil judul “ Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang Menggunakan Media Enaktif dengan Ikionik Dalam Materi Pengurusan Jenazah”. Yang merupakan tugas akhir mata perkuliahan.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan moril maupun materil kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Berkenaan dengan hal tersebut maka penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Dr. H. Siti Salmiah, MA sebagai pembimbing skripsi.

3. Bapak Bahrissalim, M. Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA sebagai dosen penasehat akademik.

5. Bapak Kepala Sekolah, Guru-guru dan Staf administrasi Yayasan Pendidikan Islam Al-Aulia Khususnya Madrasah Aliyah Al-Aulia.

6. Ayahanda tercinta ( Saniin Saidi ) dan ibunda tercinta ( Nur’ain ) serta keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi maupun immateri, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.


(2)

8. Buat teman-teman ku seperjuangan khususnya anak-anak PAI kelas A angkatan 2006 sekian tahun kita menjalani kuliah, akhirnya sekarang kita lulus juga.

Penulis berharap semoga ada hikmah yang terpetik dari skripsi ini, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Depok, 12 Agustus 2010


(3)

اﻮﻟو ﻲﻟﺮﻔﻏا بر

ﺑر ﺎﻤﻛ ﺎﻤﮭﻤﺣراو يﺪ

ﯿﻐﺻ ﻲﻨﯿ

اﺮ

Sebuah Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayah dan Ibundaku tercinta……. Kepada Ayah dan Ibundaku

Atas jasa-jasamulah segala keberhasilanku………. Dan do’a-do’amulah yang menerangi jalan hidupku. Semogalah segala amal baktimu Allah tetap berkenan, Dan semogalah dosa-dosamu Allah maafkan.

Demikianlah yang selalu nanda harapkan.


(4)

Pengurusan Jenazah

( Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh :

A’wan Hadi Saniin 106011000041

Dibawah Bimbingan :

Dr. Hj. Siti Saliah, MA NIP.150020004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(5)

Pengurusan Jenazah

(St udi Kasus di M adrasah Aliyah Al-Aulia Bogor)

Di susun oleh: A’wan Hadi Saniin NIM :106011000041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(6)

Jika dirimu sedang menanti seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridho-nya, bersabarlah dengan keindahan. Demi Allah dia tidak datang dengan ketampanan, kepintaran atau kekayaan. Tetapi Allah lah yang mengerjakan. Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta sebelun Allah mengizinkannya. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untuk-mu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah. Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hatimu rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah pada saat yang tepat. Allah tak menjanjikan langit selalu biru dan tak pula menjanjikan pelangi disetiap hujan. Tetapi Allah berjanji bahwa dengan rahman-nya akan selalu bersama kita dalam keadaan apapun.


(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan watak suatu bangsa dan Negara dapat dibentuk sesuai keinginan. Peradaban sebuah bangsa tergantung pada pola pendidikan di Negara tu. Pendidikan yang terencana dengan baik akan menghasilkan generasi bangsa yang dapat diharapkan dimasa yang akan dating. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada pasal 3 :

“Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan negara.1

Harapan dari tujuan pendidikan yang dimaksud bukan hanya menghasilkan manusia-manusia yang pintar saja, tetapi manusia yang pintar dan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecerdasan dan ilmu yang tinggi saja belum tentu mampu membangun


(8)

bangsanya, bahkan mungkin malah sebaliknya dapat merusak bangsa itu sendiri.

Demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional pemerintah mengupayakan peningkatan mutu pendidikan dengan mengadakan perubahan kurikulum, sebagaimana yang dikemukakan oleh : Abd. Syukur Ibrahim bahwa :

“ Perubahan kurikulum pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional, yang berhubungan dengan beberapa faktor yaitu :

a. Adanya perluasan dan pemerataan belajar b. Meningkatkan mutu pendidikan

c. Relevansi pendidikan

d. Efektifitas dan efisiensi pendidikan”.2 Hal ini berkaitan dengan pendapat Endang Komara bahwa :

“ Pengembangan KTSP berlandaskan kepada tujuan filsafat dan pendidikan nasional, sosial budaya dan agama, perkembangan peserta didik, keadaan lingkungan, kebutuhan pembangunan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Juga prinsip pengembangannya berorientasi kepada : relevansi (kesesuaian), efisiensi dan efektifitas, fleksibilitas dan kontinuitas (berkesinambungan), keseimbangan, keterpaduan dan peningkatan mutu”.3

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Dengan belajar, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sifat orang akan terbentuk dan berkembang. Seorang dapat dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat diamati dan berlaku relativ lama. Tanpa usaha, walaupun terjadi perubahan tingkah laku tidaklah dikatakan belajar. Jadi belajar adalah sebuah usaha yang secara sengaja dilakukan agar terjadi perubahan tingkah laku pada 1

Hasbullah, dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Raja grafindo persada, 1999

2


(9)

anak didik, yang tentu saja tingkah laku positif yang diharapkan dapat berguna bagi Bangsa, Negara dan Agama.

Ilmu Fiqih sangat penting sekali untuk dipelajari karena dalam ilmu inilah kita mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan sekali tentang ibadah manusia kepada Allah SWT dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sangat pentingnya manusia mempelajari ilmu fiqih. Sehingga Nabi pun mengutamakan ilmu ini dengan ilmu-ilmu lainnya, ini sesuai dengan Hadits Nabi yang ada didalam kitab Ta’lim muta’lim :


(10)

4) Guru mampu berpikir sistematis

5) Guru seyogiyanya merupakan bagian dari masyarakat belejar dalam lingkungan profesinya.6

Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat diharapkan oleh guru dan siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh faktor dari diri siswa saja tetapi juga oleh faktor diluar siswa yaitu guru. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar dituntut untuk lebih kreatif mengoptimalisasi :

1. Sarana dan prasarana ( buku sarana fisik dan lingkungan ) menjadi media pembelajaran yang inovatif sehingga dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna. 2. pendekatan dan metodologi pendidikan. Peran metode mengajar dan

fasilitas belajar cukup dapat dirasakan.

Hal ini berkaitan dengan pendapat : winarno Surachmad mengenai metode mengajar, bahwa guru-guru harus memiliki pemikiran mengenai sifat-sifat,mengenai metode, baik mengenai kebaikan maupun mengenai keburukan atau kelemahannya agar guru itu dapat menerapkan metode yang serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran khusus.7

Media dan alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat membantu dalam menyajikan materi yang diajarkan. Penyajian alat peraga tersebut biasa dalam bentuk Enaktif ( penyajian Kongkrit) yang berbentuk tiga dimensi maupun penyajian yang berbentuk Ikonik (penyajian gambar yang berbentuk dua dimensi)

Cara membangkitkan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikannya, yaitu pada pelajaran Fiqih guru hendaknya mengajar dengan menggunakan alat peraga benda tiruan ataupun alat peraga gambar dalam materi pokok pengurusan jenazah.

6

Buchari Alma, Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2009, h.133

7

Winarno Surachmad, Dasar-dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung :


(11)

Di Madrasah Aliyah Al-Aulia khususnya kelas XII terdapat beberapa anak yang mendapat kesulitan untuk mengikuti pembelajaran fiqih, hasil tes mereka tidak pernah bagus dan selalu dibawah yang lainnya. Begitu juga daya serap dalam satu kelas yang dihasilkan menjadi rendah. Sudah jelas bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan belum mencapai maksimal. Sehingga belum dikatakan berhasil sebagaimana yang diungkapkanoleh Syaiful Bahri dan Aswan Zain :

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut :

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus telah tercapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.8

Salah satu faktor timbulnya daya serap yang rendah yakni fasilitas belajar yang belum memadai serta penggunaan alat peraga yang belum optimal.

Penulis merasa terdorong mengadakan penelitian tentang “ Studi Perbandingan Hasil Belajar Fiqih Guru Yang Menggunakan Alat Peraga Enaktif Dengan Ikonik Pada Materi Pokok Pengurusan Jenazah “ sebagai bahan penelitian dan penulisan skripsi ini.

B.

Perumusan dan Pembatasan Masalah

a. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis memberikan perumusan maslah dalam penulisan ini adalah : Apakah terdapat perbedaan dan persamaan hasil belajar pengurusan jenazah bagi guru yang menggunakan


(12)

alat peraga Enaktif dan Ikonik pada materi pokok pengurusan jenazah di Madrasah Aliyah Al-Aulia.

b. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan diatas, penulis memberikan pembatasan masalah yang menyangkut tentang pengurusan jenazah hanya meliputi tentang pengurusan jenazah yaitu memandikan, mengkafani dan menshalatkan. Jenazah dan perbandingan yang meliputi perbedaan dan kesamaan hasil belajar siswa yang menggunakan alat peraga enaktif dan ikonik

C.

Tujuan dan kegunaan penelitian

1.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

a. Ingin mengetahui hasil belajar pengurusan jenazah siswa dengan menggunakan alat peraga Enaktif (penyajian kongkrit yang berbentuk tiga dimensi)

b. Ingin mengetahui hasil belajar jenazah dengan menggunakan alat peraga Ikonik (penyajian gambar yang berbentuk dua dimensi) c. Untuk mengadakan analisis perbandingan antara hasil belajar

pengurusan jenazah dengan menggunakan alat peraga Enaktif dengan hasil belajar pengurusan jenazah yang menggunakan alat peraga Ikonik.

2.Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan pedoman acuan dalam rangka meningkatkan hasil belajar fiqih, terutama pada materi pokok pengurusan jenazah.


(13)

b. Sebagai bahan perbandingan guru dalam meningkatkan hasil belajar fiqih di Madrasah Aliyah.

c. Dapat dijadikan sebagai motivasi dalam meningkatkan hasil belajar fiqih.

d. Dapat membantu siswa dalam memahami konsep pengurusan jenazah.

e. Dapat mengetahui adanya Studi Perbandingan Hasil Belajar Fiqih Yang Menggunakan Alat Peraga Enaktif Dengan Ikonik Pada Materi Pokok Pengurusan Jenazah.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi kedalam 4 bab, dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode jenis dan teknik penlitian, instumen pengumpulan data dan sistematika pembahasan.

BAB II KERANGKA TEORITIS

Bab ini berisi tentang : pengertian fiqih, pemulasaran jenazah, pengertian Media, Media Enaktif dan Ikonik, landasan teoritis penggunaan Media, fungsi dan manfaat Media, klasifikasi Media.

BAB III METODOLOGI PNELITIAN

Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrument dan kisi-kisi penelitian, dan teknik pengolahan dan analisa data.


(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang analisis studi perbandingan atau perbandingan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran fiqih Guru yang menggunakan ALAT PERAGA Enaktif dengan yang menggunakan alat peraga Ikonik dalam materi pokok pengurusan jenazah di kelas XII IPS 1 dan IPS 2 di Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor.

BAB IV KESIMPULAN


(15)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Ilmu Fiqih

Arti ( ﮫﻘﻔﻟا )Fiqih dalam bahasa Arab ialah pemahaman.1 Sedangkan menurut Amir Syarifuddin Fiqih adalah faham ( ﻢﮭﻟا ) yang mendalam. Semua kata “fa qa ha” yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung arti ini.2 Diantaranya Firman Allah dalam Surat At-taubah : 122.

                                         

Artinya :tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.3

Sedangkan arti fiqih menurut Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya dan Drs. Fakhtur Rahman mengungkapkan bahwa fiqih itu adalah sekelompok hukum tentang amal

1

Atabik Ali, Ahmad zuhdi muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta:

2003, h.1402 2

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Bogor : Kencana, 2003, h..4

3

Tim Penyusun Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung :


(16)

Perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.4

Maksud dari pengertian tersebut adalah sekelompok hukum syari’at yang berpautan dengan amal perbuatan orang mukallaf yang berhubungan dengan ibadah, muamalah, kepidanaan dan lain sebagainya yang diambil dari satuan dalil-dalilyang masing-masing menunjuk kepada suatu hukum tertentu.

Adapun definitif Fiqih menurut Syech Zainuddi Al-Malibari adalah:

ﻌﯾﺮﺸﻟا مﺎﻜﺣﻻاﺎﺑ ﻢﻠﻌﻟا

ﺔﯿﻠﺼﻔﺘﻟا ﺎﮭﺘﻟدا ﻦﻣ ﺐﺴﺘﻜﻤﻟا ﺔﯿﻠﻤﻌﻟا

"

Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah yang digali dan dikemukakan dari dalil-dalil tafsili.5

Dalam definitif ini fiqih adalahilmu yang mempelajari tentang seperangkat aturan Allah SWT yang berasal dari kehendak dan kemauan Allah SWT yang hanya menyangkut tindak tanduk perbuatan manusia. Dan ilmu fiqih ini hasil dari penggalian atau penemuan, penganalisaan dan penentuan ketetapan oleh para mujtahid fiqih dari dalil-dalil terperinci yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ada juga yang mengartikan bahwa fiqih itu adalah pengakuan tentang hak-hak dan kewajiban seseorang, sebagaimana diketahui dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau yang disimpulkan dari keduanya, atau tentang apa yang telah disepakati oleh kaum cerdik pandai.6

Sedangkan menurut Al-jurjani al-Hanafi mengatakan bahwa fiqih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang amaliyah yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsili, dan diistinbathkan lewat ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan.7

Dari beberapa pendapat yang mengartikan kata fiqih diatas dapat disimpulkan bahwa kata fiqih itu terbagi kedalam dua pengertian yaitu yang

4

Mukhtar Yahya dan Fakhtur Rahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami,

Bandung: 1993, h.19 5

Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, Semarang, Darul Ihya h.2

6

Cik Hasan Basri, Model Penelitian Fiqih,Paradigma Penelitian Fiqih dan Fiqih

Penelitian, Bogor :Kencana, 2003, h.4 7

Muchlis Usman, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta : Raja Grafindo Persada,


(17)

pertama menurut bahasa ialah pengetahuan atau pemahaman. Sedangkan yang keduanya menurut istilah yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan hal-hal amaliyah atau furu’iyah yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci dan bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah, Ijma, Qiyas Jabul maslahah dan Dar’u mafsadah ( Mengambil yang bermanfaat dan membuang yang merusak ). Ilmu fiqih ini diperoleh dari hasil penggalian, penalaran oleh orang-orang yang pandai dan dapat dipercaya ( Mujtahid Fiqih ).

B. Pengurusan Jenazah

Pengurusan jenazah hanya meliputi memandikan, mengkafani dan menshalatkan jenazah.

1. Memandikan jenazah

a. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari Ulama berpendapat bahwa memandikan mayat muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.8 sesuai dengan yang dikatakan Nabi bahwa Orang yang meninggal dunia itu

sebelum dikuburkan harus dimandikan terlebih dahulu.

ﻰﺒﻨﻟا نا ﺎﻤﮭﻨﻋ ﷲا ﻰﺿر سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ

ﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

رﺪﺳو ءﺎﻤﺑ اﻮﻠﺴﻏا لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿ

ﮫﯿﺑﻮﺛ ﻰﻓ ﺦﺧﻮﻨﻔﻛو

)

يرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

Dari Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Nabi Saw bersabda: “ Mandikanlah mayat itu dengan air dan bidara, dan kafanilah dia dengan kedua pakaianya.” (HR. Mutafaq alaih)9

Drs. Lahmuddin Nasution, M.Ag mengemukakan hukum memandikan jenazah orang islam itu wajib, kecuali orang yang mati syahid yakni orang yang meninggal atau terbunuh dalam peperangan melawan kafir.10

Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw yang berkenaan dengan para korban yang terbunuh pada perang Uhud.

8

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta : Amzah, 2002, h.68

9

Shahih Bukhari, Darul fikr, h.96 10


(18)

ﺔﯾاور ﻲﻓو

:

ﻢﮭﯿﻠﻋ ﻞﺼﯾ ﻢﻟو ﻢﮭﻠﺴﻐﯾ ﻢﻟو ﻢھ يﺎﻣد ﻲﻓ ﻢھاﻮﻨﻓوا

)

يرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

Dalam satu riwayat Nabi Saw. Memerintahkan menguburkan para Syuhada diperang Uhud bersama darah-darah mereka dan tidak dimandikan maupun di shalatkan.” ( HR. Bukhari)11

Kebanyakan ahli fiqih, termasuk didalamnya Imam Abu Hanifah, Imam Syafi,I, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanba, mengatakan bahwa hukum memandikan jenazah seorang muslim adalah fardu kifayah. Akan tetapi masih ada diantara ahli fiqih ( tidak diketahui identitasnya ) yang mengatakan hukumnya sunnah kifayah. Ini disebabkan perbedaan penafsiran terhadap Hadits Nabi tentang memandikan jenazah yang ada dibawah ini.

ﷲا لﻮﺳر لﺎﻗ

ﻮﺗ ﻲﻓ هﻮﻨﻔﻛو رﺪﺳ ءﺎﻤﺑ اﻮﻠﺴﻏا لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ

ﮫﺑ

)

يرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

Kalau yang mengatakan sunnah kifayah menafsirkan bahwa Hadits tersebut hanya sebagai penjelas atau petunjuk tentang jenis-jenis air yang digunakan untuk memandikan jenazah.12

Dari kedua pendapat diatas disimpulkan bahwa hukum memandikan jenazah itu fardhu kifayah atau wajib bagi orang yang masih hidup, kecuali orang yang meninggalnya terbunuh karena peperangan melawan kafir ( Syuhada ), maka tidak wajib untuk memandikannya.

b. Syarat Bagi Orang Yang ,Memandikan Jenazah.

Syarat-syarat bagi orang yang akan memandikan Jenazah antara lain : 1. Orang muslim, berakal, dan baligh ( Dewasa )

2. Niat memandikan Jenazah

3. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan Jenazah dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah dan tidak menyebutkan kepada orang lain aibnya, akan tetapi merahasiakan apa yang dilihatnya tentang yang tidak baik. 13

11

M. Nashiruddin Al-albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Jakarta : Gema Insani Press, 2003, h.432

12

Shahih Bukhari, Daru fikr, h.96 13


(19)

Sedangkan menurut Syech Muhamman Nashiruddin Al-Albani mengatakan bahwa syarat bagi orang yang akan memandikan jenazah itu adalah :

a. Orang yang memandikan Jenazah harus benar-benar menutupi Jenazah dengan rapat dan tidak menyebar luaskan keburukan yang telah dilihatnya dari jenazah tersebut.

b. Hendaklah dalam memandikan Jenazah itu seorang yang benar-benar berniat untuk mencari keridhoan Allah SWT dan tidak bertujuan untuk memperoleh upah atau ucapan terima kasih, serta tidak pula karena materi duniawi lainnya. 14

Pendapat ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-kahfi ayat 110 yang berbunyi ;

                                             

Artinya : katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : “Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadanya.”. ( QS.Al-Kahfi : 110 )15

Bahwa orang yang memandikan Jenazah itu orang yang terpercaya dapat menutupi aib yang dimiliki oleh Jenazah dan juga orang yang memandikan Jenazah itu harus memiliki niat yang tulus mengharapkan keridhaan Allah SWT, tidak memiliki niat karena memandikan Jenazah itu diberikan upah atau imbalan.

Adapun pendapat yang lain tentang syarat bagi orang yang akan memandikan jenazah mengatakan bahwa, orang yang memandikan jenazah harus orang yang amin dengan kata lain orang yang terpercaya. Bila ia melihat kebaikan

14

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albani, Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah

Menurut Al-Qur’an dan As- Sunnah, Penrj, M. Abdul Ghoffar, Bogor : Pustaka Imam Syafi;I,2005, h.137-138

15

Tim Penyusun Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahan, Bandung :


(20)

dari si jenazah tersebut, maka disunahkan menyebutkannya, tetapi hal-hal yang buruk haram diungkapkan. 16

Pendapat ini sesuai apa yang pernah diungkapkan oleh Ibnu Majah:

نﻮﻣﺎﻣ ﻻا ﻢﻛﺎﺗﻮﻣ

ﻞﺴﻐﯿ

janganlah ada yang memandikan Jenazah kamu kecuali orang yang terpercaya”.17

Dalam pendapat tersebut mengatakan bahwa orang yang harus memandikan jenazah orang muslim adalah yaitu orang yang memiliki sifat amin yaitu orang yang terpercaya. Maksud dari terpercaya adalah orang yang bisa menyimpan rahasia bila dia melihat keburukan atau aib yang dimiliki oleh jenazah yang ia mandikan dan tidak menyebarluaskan apa yang telah dia lihat tentang si jenazah tersebut.

Orang yang paling utama memandikan jenazah yaitu jika : mayatnya perempuan maka yang memandikannya ialah ibunya, Neneknya atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya. Begitupun sebaliknya.

C. Proses Menandikan Jenazah

Memandikan jenazah itu sekurang-kurangnya mengalirkan air keseluruh tubuhnya, untuk kesempurnaan memandikan jenazah, perlu memperhatikan beberapa hal dibawah ini :

1. Jenazah dengan atau tanpa pakaian, jika pakaian ditanggalkan, maka jenazah yang dimandikan aurat harus tertutup

2. Tertib memandikan.

a. Membersihkan jenazah dari najis b. Mewudhukan jenazah

c. Memandikan jenazah tiga-tiga atau lima-lima kali basuhan. d. Memandikan jenazah dengan wangi-wangian

e. Mengeringkan jenazah yang telah dimandikan dengan handuk f. Merahasiakan cacat tubuh jenazah18

16

Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, Jakarta : IAIN, 1995, h.133

17

Lahmuddin Nasution, Fiqih 1, h.133

18

H. E. Hasan Saleh, dkk, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta : Raja


(21)

Menurut keterangan diatas cara memandikan mayat itu, mula-mula mayat didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring kebelakang ditempat yang agak tinggi denga ditutupi kain.

Orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu dengan ibu jarinya pada lengkungan tengkuk, dan lututnya menahan punggung mayat. Lalu, perut mayat diurut dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca ( kain pembersih) untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar. Setelah perca pembalut tangan diganti, gigi dan hidungnya dibersihkan pula.

Dengan melaksanakan rangkaian diatas maka selesailah satu kali memandikan mayat. Memandikan mayat itu sekurang-kurangnya dengan mengalirkan air keseluruh tubuh menggunakan air yang dingin untuk menguatkan badannya dan disunahkan memandikan dengan hitungan ganjil ini sesuai denga Hadits Nabi Saw, diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

ﺖﻠﻗ

:

وا ﺎﺛﻼﺛ ﺎﮭﻨﻠﺴﻏا لﺎﻘﻓ ﮫﺘﻨﺑا ﻞﺴﻐﻧ ﻦﺤﻧو ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﺊﻠﺻ ﷲا لﻮﺳرﺎﻨﯿﻠﻋ ﻞﺧد

ﺎﻌﺑر وا ﺎﺴﻤﺧ

)

يرﺎﺨﺒﻟﺎھاور

(

“ Rasulullah masuk kepada kami ketika kami sedang memandikan putrid beliau seraya bersabda :” mandikanlah dengan siraman yang ganjil, yaitu tiga kali, lima kali atau tujuh kali. ( HR. Bukhari ).19

Maksud dari Hadits diatas adalah disunahkan memandikan jenazah itu dalam hitungan yang ganjil yaitu tiga kali lima kali atau tujuh kali.

2. Mengkapani Jenazah

a. Hukum Mengkafani Jenazah

19


(22)

Dari segi hukumnya, mengkafani mayit adalah fardhu kifayah yakni apabila seorang telah melakukannya maka gugurlah beban dosa dari yang lain. Kafan yang wajib terdiri dari selapis kain. Jika kain tidak mencukupi untuk membalut tubuh mayit maka yang didahulukan adalah menutup dengan kain tersebut tubuhnya bagian atas, sedang bagian bawah ditutup dengan bahan-bahan, seperti kapas, rumput, tikar dan sebagainya.

Adapun hukum mengkafani jenazah menurut pendapat yang lain mengatakan bahwa hukum mengkafani jenazah adalah wajib sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw. Bahwa kewajiban bagi orang yang masih hidup itu memiliki kewajiban terhadap orang yang meninggal dunia yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan jenazah.20 Ketentuan kain kafan yang digunakan untuk mengafani jenazah minimal satu lapis yang dapat menutupi seluruh tubuhnya baik terhadap jenazah laki-laki maupun perempuan. Sedangkan warna yang paling afdhal adalah warna putih.

b. Proses Mengkafani Jenazah

Kain kafan untuk laki-laki terdiri dari tiga lembar kain putih, tidak pakai baju maupun tutup kepala dan boleh dikafani dengan dua lembar kain sekurang-kurangnya satu lembar yang dapat menutupi seluruh badan jenazah tersebut.

Adapun untuk mengkafani jenazah laki-laki sebagai berikut :

1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai setelah masing-masing helainya ditaburi dengan wangi-wangian, misalnya kapur barus. Hendaklah lembaran yang paling bawah lebih lebar dan luas. Ukurlah terlebih dahulu panjang dan lebar untuk kain kafan si jenazah secukupnya dan sediakan kain atau tali pengikat jenazah dibawah kain kafan yang diambil dari potongan-potongan pinggir kain kafan untuk mudah mengikatnya.21

2. Setelah itu, perlahan-lahan jenazah diletakkan diatas kain-kain tersebut dalam posisi membujur, dan kalau mungkin menaburi tubuhnya lagi dengan wangi-wangian.

20

S. Sa’adah, Materi Ibadah, Surabaya : Amelia, 2006, h.162

21


(23)

3. Selanjutnya menyelimutkan kain kafan yang dimulai dari kain kafan yang disebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembaran kain sebelah kiri paling atas, dan selanjutnya disusul dengan lembaran kain berikutnya secara berurutan dan dengan cara yang sama.

4. Jika semua kain telah membalut jasad jenazah, baru diikat dengan tali-tali yang disiapkan dibawahnya.22

Sedangkan menurut Lahmuddin Nasution sebaiknya jenazah laki-laki dikafani dengan tiga helai kain putih, tanpa gamis dan sorban. Satu helai sebagai sarung, sehelai lagi menutupi badan dari leher hingga mata kaki dan satu helai lagi menutupi seluruh tubuhnya. 23

Dari keterangan diatas bahwa jenazah laki-laki itu harus memakai kain kafan tiga helai atau lembar, berbeda dengan cara memakaikan kain kafan kepada wanita. Kalau wanita itu memakai kain kafan sebanyak lima lembar, ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh H. A. Abdul Karim bahwa jenazah perempuan itu memakai kai kafan sebanyak lima helai/lembar, yaitu :

a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya, kain kafannya harus lebih lebar dan panjang dari yang lainnya.

b. Lembar kedua kerudung kepala. c. Lembar ketiga untuk baju kurung.

d. Lembar keempat untuk menutupi dari pinggang hingga kaki. e. Lembar kelima untuk menutupi pinggul dan pahanya.24

Adapun cara mengkafani jenazah wanita sebagai berikut :

1. Memakaikan kain kafan yang kelima yang terletak dibagian pinggulnya ( sebagai rok)

2. Memakaikan kain keempat sebagai kain sarung. 3. Memakaikan kain ketiga sebagai baju kurung.

4. Memakaikan kain kedua sebagai kerudung ( tutup kepala )

5. Membungkuskan kain pertama yang paling bawah, kepada seluruh tubuhnya dengan cara mempertemukan kedua tepi kain yang sebelah

22

Zainuddin, Fiqih Ibadah, h.132

23

Nasution, Fiqih 1, h.136

24


(24)

kanan dengan sebelah kiri. Kemudian menggulungkan keduanya kearah kanan dan kebagian dalam.25

3. Shalat Jenazah

a. Hukum Shalat Jenazah

Shalat jenazah hukumnya Fardhu kifayah selain jenazah yang meninggal karena berperang dijalan Allah SWT (mati syahid). Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Nabi

ﻢﻜﺒﺣﺎﺻ ﻲﻠﻋ اﻮﻠﺻ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻗ لﺎﻗ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ

)

هاور

ﺴﻣ

يﺮﺨﺒﻟاو ﻢﻠ

(

Dari Abu Hurairah ra,ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda : “Shalatkanlah jenazah sahabatmu( HR. Muslim dan Al- Bukhari )26

Sedangkan menurut M. Khalilurrahman shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan dengan empat takbir tanpa rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah dishalatkan didepan jamaah yang menshalatinya. Shalat ini merupakan kewajiban terhadap seorang mayit dan hukumnya fardhu kifayah. 27

Dari keterangan-keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa menshalatkan jenazah pun hukumnya sama dengan memandikan dan mengkafani jenazah yaitu fardhu kifayah bagi orang yang hidup. Fardhu kifayah yaitu fardhu yang bersifat kolektif, artinya, kewajiban ini telah dianggap terpenuhi bila didalam suatu wilayah ada seseorang atau beberapa orang yang melakukannya.akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya, maka semua orang di wilayah itu berdosa.

b. Syarat-syarat Shalat Jenazah

Shalat jenazah termasuk dalam ibadah shalat, maka disyaratkan padanya syarat-syarat yang telah diwajibkan pada shalat-shalat fardhu lainnya, baik berupa

25

Zainuddin, Fiqih Ibadah, h.132

26

Al-albani, As-sunah, h.195

27

M. Khalilurrahman Al-Mahfani, Buku Pintar Shalat, Pedoman Shalat Lengkap Menuju


(25)

kesucian yang sempurna dan bersih dari hadats besar maupun kecil, menghadap kiblat dan menutup aurat. Diriwayatkan dari Nafi’ oleh Malik bahwa Abdullah bin Umar ra. Mengatakan “Tidak boleh seseorang menyembahyangkan jenazah

kecuali dalam keadaan suci”.28 Selain

dari syarat-syarat diatas, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi oleh orang yang akan menshalatkan jenazah yaitu :

1. Syarat-syarat shalat yang lain juga menjadi syarat shalat mayat, seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap ke kiblat.

2. Sesudah mayat dimandikan dan dikafani.

3. Letak mayat itu disebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau shalat itu diatas kubur atau shalat ghaib.29

Adapun orang yang utama menshalatkan jenazah adalahkeluarganya. Ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh H. A. Abdul karim bahwa:

Orang yang paling utama melakukan shalat jenazah adalah orang-orang yang diwasiatkan oleh si mayit dengan syarat tidak fasik dan tidak ahli bid’ah. Kemudian ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu,orang tua si mayit seterusnya keatas, anak-anak si mayit dan seterusnya kebawah, serta keluarga terdekat serta kaum muslimin seluruhnya.30

Pendapat ini berdasrkan firma Allah SWT dalam Qur’an surat Al-Anfaal ayat 75 yang berbunyi :

                                             

Artinya :……dan orang-orang yang memiliki hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (dari pada yang bukan kerabat ) di dalam kitab Allah. (QS.Al-Anfaal :75)31

D. Syarat Jenazah yang di Shalatkan

28

Sayid Sabiq, Fiqih sunnah, h.63 29

H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru, h.167

30

Karim, Shalat Mayat, h.29

31


(26)

Jenazah yang wajib di shalatkan diantaranya adalah:

1. Orang islam, orang kafir yang meninggal tidak wajib di shalatkan.

2. Jenazah dalam keadaan utuh atau sebagian anggota tubuhnya masih dikenali identitasnya.

3. Jenazah berada di tempat menshalatkan, kecuali dalam shalat ghaib.

4. Jenazah yang di shalatkan bukan jenis keguguran yang belum mencapai usia empat bulan kandungan.

5. Jenazah benar-benar telah dimandikan, bagi yang bukan mati syahid. Karena yang mati syahid tidak dimandikan.32

Jadi, jenazah yang wajib dishalatkan oleh orang muslim adalah jenazah yang beragama islam. Apabila jenazah tersebut selain dari agama islam maka, kita tidak wajib untuk menshalatkannya. Dan jenazah tersebut dalam keadaan utuhdan jika ada jenazah yang dibunuh dan dimutilasi alias anggota tubuhnya dipisah-pisah itu juga tidak wajib untuk dishalatkan terkecuali anggota tubuhnya itu telah teridentifikasi atau dikenali oleh kita, maka kita wajib menshalati jenazah tersebut.

Dan jenazah yang akan kita shalatkan itu berada ditempat menshalatkan, kecuali shalat ghaib yaitu menshalatkan jenazahnya tidak ada ditempat kita. Juga jenazah yang kita shalatkan bukan jenis keguguran dimana usia anak tersebut belum mencapai empat bulan dalam kandungannya. Dan yang paling penting lagi bahwa jenazah yang akan kita shalatkan harus sudah dimandikan dan dikafani secara rapih menurut ajaran agama islam.

4. Sunnah-Sunnah Menshalatkan Jenazah

Adapun sunnah-sunnah dalam melakukan shalat jenazah adalah : 1. Mengangkat kedua tangan pada saat bertakbir.

2. Merendahkan suara pada setiap bacaan. 3. Membaca Isti’adzah

32


(27)

4. Posisi imam hendaknya didekat kepala apabila jenazah laki-laki, dan didekat pinggul apabila jenazah perempuan.

5. Shaf barisan hendaknya dijadikan tiga shaf atau lebih.33

Didalam melakukan shalat jenazah ada beberapa sunnah-sunnah yang dapat menambah pahala bagi si jenazah itu sendiri diantaranya shalat jenazah dilakukan secara berjamaah dan membuat syafnya dengan hitungan yang ganjil, misalnya hitungan tiga, lima, tujuh dan seterusnya dalam artian minimal dalam syaf-syaf tersebut berjumlah empat puluh orang islam

Dalam melakukan takbirotul ihrom juga sama seperti shalat biasa yaitu tangan diangkat sejajar dengan pundak dan bersedekap atau tangan diletakan diantara dada dan pusar. Disunahkan pula membaca tahmid sebelum membaca shalawat. Dalam membaca doanya harus pelan-pelan. Doa yang kit abaca itu ditujukan kepada mukmin dan mukminatbaik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan yang terakhir yang disunahkan dalam menshalatkan jenazah adalah mengucapkan salam.

5. Rukun Shalat Jenazah

Rukun dalam shalat jenazah menurut Khalilurrahman adalah : 1. Niat

2. Berdiri ( bagi yang mampu ). 3. Takbir empat kali

4. Membaca Surah Alfatihah setelah takbir pertama

5. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw setelah takbir yang kedua

6. Membaca doa untuk jenazah setelahtakbir yang ketiga 7. Membaca doa untuk jenazah dan orang-orang yang

menshalatinyasetelah takbir yang keempat 8. Salam

F. Cara Menshalatkan Jenazah

33


(28)

Shalat jenazah yaitu shalat yang dilakukan dengan empat takbir tanpa rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah dishalatkan dihadapan jamaah yang menshalatinya.

Shalat ini merupakan suatu kewajiban terhadap seorang mayit dan hukumnya fardhu kifayah, yaitu fardhu yang bersifat kolektif. Artinya, kewajiban ini dianggap sudah terpenuhi bila didalam suatu wilayah ada beberapa orang yang melakukannya. Akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya, maka semua orang diwilayah itu berdosa. Adapun rincian shalat jenazah secara keseluruhan sebagaimana tersebut dibawah ini :

1. Niat dalam hati namun, disunatkan untuk mengucapkannya. 2. Takbir pertama (taqbiratul ihram) dan setelahnya membaca surat

al-fatihah.

3. Takbir kedua, dilanjutkan membaca shalawat Nabi. 4. Takbir ketiga dilanjutkan membaca do’a untuk mayit.

ﮫﻟﺮﻔﻏا ﻢﮭﻠﻟا ) ﺎھ ( ﮫﻤﺣراو ) ﺎھ ( ﮫﻓﺎﻋو ) ﺎھ ( ﮫﻨﻋ ﻒﻋاو ) ﺎھ (

5. Takbir keempat dilanjutkan membaca do’a. Salam.34

C. Pengertian Media, Media Enaktif dan Ikonik

Kata “Media” berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantar, atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.35

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Tekhnologi dan Komunikasi pendidikan (Asosiation of Education and Comunication Technology/AECT)

di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Asosoation/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta

34

Achmad Mufidh A.R, Risalah kematian, Jakarta :Total Media, 2007, h.34-38

35

Pupuh Fathurrohman, Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Refika


(29)

peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat didengar dan dibaca.36

Adapun pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah,’ perantara’ atau ‘pengantar. Dalam bahasa Arab, media disebut ‘wasail’ bentuk jama dari wasilah yakni sinonim alwasth yang artinya juga ‘tengah’. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai ‘perantara’ atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada ditengah ia bisa juga disebut pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menyalurkan atau menghubungkan sesuatu dari suatu sisi ke sisi lainnya. 37

Sedangkan Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 38

Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televise, dan sebagainya.sedangfkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada trasparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.39

36

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.6-7

37

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2008, h.6

38

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, h.3

39

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta


(30)

Adapun yang dimaksud dengan media Enaktif adalah pengalaman langsung (langsung mengerjakan).

Sedangkan yang dimaksud media Ikonik adalah pengalaman pictorial / gambar.40

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan suatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

D. Landasan Teoritis Penggunaan Media

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Brunner ada tiga tingkatan modus utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enaktive),

pengalaman pictorial/ gambar (iconic), dan pengalaman abstrak ( symbolic) Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan yang kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’. Mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto atau film. Selanjutnya, pada tingkatan stymbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ‘pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru.

Tingkatan pengalaman memperoleh hasil belajar seperti ini digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan kedalam symbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan symbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).41

40

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, h.7

41


(31)

Adapun penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirman. N dkk (1991), adalah :

1. Meletakan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya untuk menjelaskan bagaimana system peredaran darah pada manusia, digunakan film.

2. Menampilkan obyek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya pasar, pabrik, bintang-bintang yang besar, alat-alat perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar.

3. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang lambat. Gerakan yang terlalu cepat misalnya gerakan kapal terbang, mobil, mekanisme kerja suatu mesin dan perubahan wujud suatu zat atau metamorposa.

4. Karena informasi diperoleh siswa berasal dari sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan persepsi siswa.

5. Membangkitkan motivasi belajar siswa.

6. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa.

7. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya (sumber belajar).

8. Bahan pelajaran dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk digunakan pada saat yang lain.

9. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup dikutub

10. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop.42

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan-kegiatan mengajar yang

42


(32)

berlangsung dikelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian.

Dalam suatu usaha tersebut adalah untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasihan dalam penerimaan Informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.

E. Fungsi dan Manfaat Media

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsure yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai siswa setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minatyang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Yunus dalam bukunya Attarbiyatu watta’lim mengungkapkan maksudnya sebagai berikut :


(33)

Bahwasanya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjaminpemahaman…orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya.43

Sementara itu Levied an Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnys media visusl, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan kepada makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya emosi yang menyangkut masalah social atau ras.

Fungsi gognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa gambar visual atau gambar memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikaninformasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi

43


(34)

siswa yang lemah dan lambat dalam memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. 44

Adapun manfaat media secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-katanya, tetapi tidak tahu maksudnya).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Seperti misalnya :

a. Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film, bingkai atau model.

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

e. Objek yang terlalu kompleks ( misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain, dan

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

3. penggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatatasi sifat pasif anak didik.

4. Dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya ituharus diatasi

44


(35)

sendiri. Hal ini akan lebih sulit jika latar belakang guru dan siswa juga berbeda. 45

Sedangkan menurut purnawanti dan Eldarni, yaitu :

a. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.

b. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat didalam lingkungan belajar.

c. Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi. d. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. e. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat

f. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.

g. Membangkitkan motivasi belajar.

h. Memberikan kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.

i. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

j. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang).

k. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.46

F. Klasifikasi Media

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut :

1. Dilihat dari sifatnya, media dibagi kedalam :

a. Media Auditif, yaitu media yang hanya memiliki unsur suara. Seperti radio dan rekaman suara.

45

Arief S. Sadiman, Pendidikan, h.17-18

46


(36)

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsure suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentukbahan yang dicetak seperti media grafis dan sebagainya.

c. Media Audio Visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsure suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsure jenis media yang pertama dan kedua. 47

d. Media ini terbagi kedalam :

1) Audio Visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara.

2) Audio garak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan film-casette.

Pembagian lain dari media ini adalah :

a) Audio murni yaitu baik unsure suara maupun unsure gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-casette.

b) Audiovisual tidak murni, yaitu yang unsure suara dan unsure gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor. Dan unser suaranya berasal dari tape recorder. 2. Dilihat dari daya liputnya, Media Dibagi Dalam :

a. Media daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh : Radio dan Televisi.

47

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta


(37)

c. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang harus menggunakan ruang yang khusus dan gelap.

d. Media untuk pengajaran individual

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer.

6. Dilihat dari segi pengadaannya , Media dibagi dalam : a. Media jadi ( by utilization )

Yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilanmateri dan penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Media Rancangan ( by design )

Yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu media ini kemungkinan besar sesuai dengan tujuan pembelajaran48

Sedangkan menurut Oemar Hamalik, 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu: 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro projection, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.

2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya :phonograph, transkripsi electrics, radio, rekaman pada tape recorder. 3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televise,

benda-benda tiga dimensi yang biasa dipertunjukan, misalnya ; model, spicemens, bak pasir, peta electicks, koleksi diorama.

4. Dramatisasi, bermain peranan, sosio drama, sandiwara boneka, dan sebagainya.49

48

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, h.191-192

49


(38)

Dari jenis-jenis karakteristik media sebagaimana disebut diatas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih media dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana dianggap tepat dan menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharu


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang penulis lakukan obyek penelitian adalah Madrasah Aliyah Al- Aulia Jl. KH. Abdul Hamid KM. 3 Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

B. Focus Masalah

Focus masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikiut : 1. Variabel bebas (Y) :Media Enaktif dan Ikonik

2. Variabel terikat (X):Hasil Pembelajaran Fiqih

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.50 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor yang terdiri dari kelas XII. IPS 1 dan XII. IPS 2 yang berjumlah 72 orang. Selanjutnya penulis mengambil sample dari populasi itu. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 50%. Pengambilan sampel ini merujuk kepada ketentuan yang dikemukakan oleh Winarno

50

Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian, Jakarta: Islamic Research


(40)

Surachmad yang menyatakan bahwa : “ Bila populasi berukuran sama atau lebih dari seratus maka pengambilan sampel nya sebanyak 50% dari populasi dan jika populasinya sama atau lebih dari 1000 pengambilan sampelnya sebesar 15%.

Untuk lebih jelasnya, perbandingan antara jumlah populasi dengan sample maka penulis ajukan table sebagai berikut :

NO Kelas Populasi Sample Jumlah

1 XII. IPS 1 36 36 x 50% 18

2 XII. IPS 2 36 36 x 50% 18

Jumlah 72 36

D. Metode Penelitian

Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode komparatif, yaitu membandingkan antara gejala yang satu dengan yang lain dengan kerangka berfikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dari fakta yang bersifat umum kepada fakta yang bersifat khusus.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1.Observasi

Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.51 Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi obyektif lapangan penelitian. Di kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2 Madrasah Aliyah Al-Aulia dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih menggunakan alat peraga Enaktif dan Ikonik dalam materi pokok pengurusan jenazah.

51

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


(41)

2. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran Quesioner (daftar pertanyaan /isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum.52

Penulis memberikan angket kepada siswa-siswi kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2 Madrasah Aliyah Al-Aulia dengan menggunakan media Enaktif dan Ikonik.

3. Wawancara

Teknik wawancara ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya kepada responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang berhubungan dengan kondisi obyektif lokasi penelitian. Wawancara ini hanya ditujukan kepada guru bidang studi fiqih.

F.Instrumen dan Kisi-kisi Penelitian 1. Instrumen Penelitian

Instrument yang saya gunakan untuk memperoleh data yang valid mengenai pembelajaran fiqih guru yang menggunakan media Enaktif dan Ikonik di Madrasah Aliyah Al-Aulia Bogor adalah berbentuk angket. Angket yang disebarkan terdiri dari 20 soal yang disebarkan kepada 72 siswa.

2. Kisi-kisi Penelitian

Adapun kisi-kisi penelitian yang saya gunakan dalam pembuatan angket adalah :

52


(42)

TABEL 1 Kisi-kisi Penelitian

No FOKUS MASALAH NO ITEM

1 Pembelajaran fiqih menggunakan media Enaktif

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 2 Pembelajaran fiqih menggunakan media

Ikonik

11,12,13,14,15,16,17,18,19,20

G.Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Yang dimaksud pengolahan data dalam pembahasan ini adalah; langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapu langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Editing

Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, penulis segera menulis satu persatu angket yang dikembalikan tersebut dari no1 sampai no akhir. Bila jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk dibetulkan atau disempurnakan atau angket tersebut sah.

2. Scoring

Pertanyaan angket yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban huruf diubah menjadi nilai angket.

3 . Tabulating

Langkah ketiga dalam pengolahan data ini adalah memindahkan jawaban yang terdapat dalam angket kedalam kartu tabulasi dalam bentuk coretan garis lurus. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan teknik presentase, dengan rumus : P = F x 100%

N P : Angka Presentase

F : Frekwensi yang sedang dicari presentasenya


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Obyek Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Ai-Aulia

a. Latar Belakang Berdirinya MA Yayasan Pendidikan Islam Al-Aulia

Jl. KH. Abdul Hamid Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulag Kabupaten Bogor sebagai tempat berdirinya yayasan pendidikan Islam Al-Aulia, dengan berdirinya Yayasan Al-Aulia menambah mutu pendidikan dikecamatan Cibungbulang. Di Yayasan Al-Aulia bukan hanya berdiri MA tetapi berdiri juga SMU, MTS, SMPI,MI dan juga perguruan tinggi Islam.

Awal mula berdirinya Madrasah Aliyah Al-Aulia pada tahun 1997, Madrasah Aliyah Aulia berdiri pertama kali sebelum diidrika SMA, proses pendirian Ma melalui proses perijinan dan telah disahkan dengan status disamakan melalui surat keputusan kepala dinas pendidika Bogor. 1

b. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Aulia Visi MA Al-Aulia

“ membentuk siswa siswi maju, mandiri, berkualitas yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK.

1


(44)

Adapun Misi MA Al-Aulia adalah :

1. Menciptakan suasana yang islami

2. Membentuk insane yang berkualitas, terampil dan mandiri 3. Menciptakan layanan yang prima

c. Tujuan MA Al-Aulia

Dalam meningkatkan mutu pendidikan Madrasah Aliyah Al-Aulia memiliki tujuan yang terus ditunjang dan dilaksanakan diantaranya :

1. Meningkatkan intensitas kegiatan keagamaan 2. Tercapainya mutu pendidikan

3. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

4. Menciptakan suasana yang berwawasan IMTAQ dan IPTEK beserta terapannya.

5. Tersedianya ketenagaan yang professional. Peningkatan system pembelajaran yang efektif dan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sehingga mengabdi dimasyarakat dan dapat bersaing di perguruan Tinggi.

d. Keadaan Guru MA Al-Aulia

Daftar guru mengajar di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun Pelajaran 2008 / 2009

Tabel 1

NO NAMA MATA PELAJARAN KELAS

1 Drs. H.A Khaeruddin PPKN / SKI 1-3 2 Drs. Ahmad Sanusi B.Indonesia / IPS 1-3


(45)

Sejarah

3 Ma’mun Saleh, SPd.I Akidah Akhlah / Kaligrafi

1-3

4 Mulyadi, S.Pd.I B.Arab 1-2

5 H.M Iqbal, Lc B.Arab 3

6 H. Komaruddin, Lc Al-Qur’an Hadits 2-3 7 E. Sapruddin, APN.

BA

Kimia / Fisika 2-3

8 Cucup Subandi, S.Pd.I

Fiqih 1-2

9 Aden Setiawan, S.Ag Al-Qur’an Hadits 1 10 Jmaluddin, S.Pd.I Matematika 3 11 Abdul Latif, S.Ag Didaktik / Kitab Kuning 1-2

12 Enjun Junaedi Biologi 1

13 M. Abdul Malik, SE Akunting / Ekonomi 1-2 14 Fajar Subhi Matematika / Biologi 1 15 Ahmad Khotib, S.Ag,

M,Ag

Fiqih / Ushul Fiqih 3

16 Ade Hidayat Biologi 2-3

17 Miftahudin, S.Ag Antropologi 3 18 Lili Darussalam,

S.Pd.I

Sosiologi 3

19 Hendro Sugiarto, S.Ag

Geografi 3

20 Jahidin Geografi 1-2

21 Dedeh Herawati B.Inggris 1-3

22 Rahmaniddin Penjas 1-2

23 Ahmad Junaidi Penjas 3


(46)

a. Keadaan Tata Usaha MA Al-Aulia

Keadaan Tata Usaha di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun Pelajaran 2008 / 2009

Tabel 2

b. Keadaan Siswa MA Al-Aulia

Keadaan siswa di MA Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun Pelajaran 2008 /2009

Tabel 3

NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa Jumlah Kelas X Kelas XI Kelas XII

1 2008 / 2009 120 105 108 333

NO NAMA JABATAN

1 Mulyadi Ketua

2 Ma’mun Saleh, S.Pd.I Bendahara


(47)

c. Keadaan Sarana dan Prasarana MA Al-Aulia

Keadaan Sarana dan Prasarana di Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun

Pelajaran 2008 / 2009

Tabel 4

NO Nama Jumlah

1 Lapangan Badminton 1

2 Lapangan Basket 1

3 Lapangan Volly 1

4 Lapangan Tenis Meja 1

5 Kelas 9

6 Lab. Komputer 1

7 Musholla 1

8 Gedung Serbaguna 1

9 Lab. IPA 1

10 WC. Murid 5

11 WC. Guru 3


(48)

d. Kemajuan / Prestasi MA Al-Aulia

Kemajuan / Prestasi Siswa Madrasah Aliyah Al-Aulia Cibungbulang Bogor Tahun Pelajaran 2008 / 2009

Tabel 5

NO Prestasi Tingkat

1 Juara I Gerak Jalan Putri Kecamatan Cibungbulang 2 Juara III Lomba MIPA Kecamatan Cibungbulang 3 Juara I Lomba Cerdas Cermat Bogor Barat

4 Juara I Volly Ball Putra Kecamatan Cibungbulang 5 Juara III Badminton Putra Kecamatan Cibungbulang


(49)

B. HASIL PENELTIAN

1. Deskripsi dan Analisa Data

Untuk lebih mengetahui objektifitas data tentang perbandngan hasil pembelajaran fiqih sisw yang menggunakan alat peraga Enaktif dan Ikonik dalam materi pokok pemulasaran jenazah. Seperti yang telah diemukakan dalam bab I penulis mengajukan angket kepada 32 responden yang dalam hal ini adalah para siswa-siswi kelas xIIMadrasah Aliyah Al-Aulia. Perlu diketahui bahwa jumlah siswa siswi mMadraah Aliyah Al-Aulia berjumlah 135 orang, sedangkan menulis mengambil sampelnya sebanyak 67 orang. Dari hasil yang diperoleh ternyata angket yang semuanya berjumlah 67 eksamplar semuanya terisi dengan baik.

Penulis mengajukan 20 pertanyaan dalam setiap angket ini yang mempunyai empat alternative jawaban ( a, b, c dan d ) untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data hasil penelitian ini, maka setiap item dibuat tabulasi yang merupakan proses merubah data dari pengumpulan data dalam (angket) menjadi table-tabel angka dalam persentase, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table-tabel berikut ini.


(50)

1. Pengurusan Jenazah Menggunakan Media Enaktif

Tabel 6

Pengalaman bertambah

NO Kategori Siswa

F %

1 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

57 10 - -

85.7 14.3 - -

Jumlah 67 100%

Berdasarkan pada pertanyaan, dalam pelajaran Fiqih materi pokok pengurusan Jenazah ( memandikan, mengkafani dan menshalatkan ) dengan ikut langsung mempraktekan di depan kelas, apakah pengalaman anda bertambah ? dan jawabannya dapat dilihat pada table 6, responden yang menjawab “ya” sebanyak 57 orang dengan presentase ( 85 % ), sebanyak 10 orang menjawab “kadang-kadang” dengan presentase ( 14,3 % ). Dalam hal ini berarti media yang digunakan oleh guru dapat menambah pengalaman siswa.


(51)

Tabel 7

Dapat memperjelas dan

Mengatasi kesulitan dalam mata pelajaran yang disampaikan

NO Kategori Siswa

F %

2 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

35 27 5

-

52.23 40.3 7.47 -

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pertanyaan, apakah dengan ikut langsung mempraktekan sendiri dapat memperjelas dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mata pelajaran yang disampaikan ? pada table 9 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 35 orang dengan persentase ( 52,23% ) memberikan jawaban “ya” dan sebagiannya dengan persentase ( 40,3% ) yang terdiri dari 27 orang menjawab “kadang-kadang”, dan sebagian kecil menjawab “Tidak” dengan persentase ( 7,47%) dengan jumlah 5 orang, itu artinya dengan ikut langsung mempraktekan sendiri terhadap materi yang sedang dipelajari dapat memperjelas dan mengatasi kesulitan dalam mata pelajaran yang disampaikan.


(52)

Tabel 8

Membangkitkan Keinginan dan Minat Untuk terus belajar

NO Kategori Siswa

F %

3 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

38 22 4 3

56.70 32.83 6.00 4.47

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pada pertanyaan, Apakah dengan ikut langsung mempraktekan materi yang dipelajari dapat membangkitkan keinginan dan minat anda untuk terus belajar ?p pada table 8 diatas menunjukan bahwa responden sebanyak 38 orang dengan persentase ( 56,7% ) menjawab “Ya”, sebanyak 22 orang dengan persentase ( 32.83% ) menjawab “ Kadang-kadang”, dan 4 orang menjawab “ Tidak” dengan persentase (6% ), dan sebagian kecil menjawab “ Tidak ama sekali” dengan persentase ( 4.47% ) hanya berjumlah 3 orang. Artinya dengan ikut langsung mempraktekan materi yang dipelajari dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa untuk terus belajar.


(53)

Tabel 9

Konsentrasi pada materi pelajaran yang diberikan

NO Kategori Siswa

F %

4 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

33 25 5 4

49.3 37.3 7.5 5.9

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pertanyaan, dengan ikut mempraktekan langsung materi yang disampaikan, Apakah anda dapat berkonsentrasi kepada materi pelajaran yang diberikan ? dan pada table 9 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden sebanyak 33 orang dengan persentase ( 49.3% ) menjawab “Ya”, dan yang menjawab “Kadang-kadang” sebanyak 25 orang dengan persentase ( 37.3% ).

Sedangkan persentase ( 7.5% ) menjawab “Tidak”, dan sebagian kecil menjawab “Tidak Sama Sekali” yang hanya berjumlah 3 orang dengan persentase ( 4.47% ). Dalam hal ini, bahwa dengan mempraktekan langsungdalam materi yang disampaikan siswa dapat berkonsenterasi kepada materi yang diberikan.


(54)

Tabel 10

Memahami dan mengingat materi pelajaran

NO Kategori Siswa

F %

5 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

30 22 9 6

44.78 32.83 13.43 8.96

Jumlah 67 100 %

Dari pertanyaan, Dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah anda dapat memahami dan mengingat materi pelajaran yang telah dipraktekan ?.dan jawabannya dapat dilihat pada table 10 dengan persentase ( 44.78% ) yang berjumlah 30 orang menjawab “Ya” dan 22 orang menjawab “Kadang-kadang” dengan persentase ( 32.83% ). Dan yang menjawab “Tidak” dengan persentase ( 13.43% ) dengan jumlah 9 orang, dan sebagian kecil hanya menjawab “ Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 8.96% ) dengan jumlah 6 orang. Artinya, dalam mempraktekan langsung materi yang dipelajari, siswa dapat memahami dan mengingat materi yang dipelajari.


(55)

Tabel 11

Memberikan pendapat terhadap satu masalah yang terdapat dalam materi pelajaran

NO Kategori Siswa

F %

6 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

45 22 - -

68 32 - -

Jumlah 67 100 %

Dari pelajaran, Dengan mempraktekan materi yang dipelajari, Apakah anda langsung dapat memberikan pendapat terhadap satu masalah yang terdapat dalam satu mata pelajaran ? berdasarkan pada table 11 diatas dapat dilihat dari responden yang terdiri dari 45 orang dengan persentase ( 68% ) menjawab “Ya” dan yang menjawab “Kadang-kadang” sebanyak 22 orang dengan persentase ( 32% ). Artinya dalam hal ini, dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari siswa dapat memberikan pendapatnya terhadap suatu masalah yang terdapat dalam materi pelajaran.


(56)

Tabel 12

Memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi pelajaran

NO Kategori Siswa

F %

7 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

33 25 5 4

49.3 37.3 7.5 5.9

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pertanyaan, dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah dapat memperjelas kata-kata yang sulit dalam mata pelajaran yang disampaikan guru ? jawabannya dapat dilihat pada table 12 bahwa dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, dapat memperjelas kata-kata yang sulit dalam materi yang disampaikan guru. Ini terbukti dari jawaban responden, bahwa sebagian besar dari responden sebanyak 33 orang dengan persentase ( 49.3% ) menjawab “Ya”, 25 orang dengan persentase ( 37.3% ) menjawab “Kadang-kadang”, 5 orang dengan persentase ( 9.5% ) menjawab “Tidak” dan sebagian kecilnya hanya menjawab “Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 5.9% ).


(57)

Tabel 13

Merubah sikap tidak respon terhadap materi pelajaran

NO Kategori Siswa

F %

8 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

34 19 12 2

50.74 28.35 17.91 3.00

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pada pertanyaan, dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari, apakah dapat merubah sikap tidak respon anda terhadap satu mata palajaran fiqih materi pokok pengurusan jenazah ? jawabannya dapat dilihat pada table 13 bahwa dengan mempraktekan langsung materi yang dipelajari dapat merubah sikap tidak respon siswa terhadap satu mata pelajaran yang disampaikan guru. Ini terbukti dari jawaban responden sebagian besar menjawab “Ya” sebanyak 34 orang dengan persentase ( 50.74% ), sebanyak 19 orang menjawab “Kadang-kadang” dengan persentase “( 28.35% ), sebanyak 12 orang menjawab “Tidak” dengan persentase ( 17.91% ), dan sebagian kecil hanya menjawab “Tidak Sama Sekali” dengan jumlah 2 orang dengan persentase ( 3% ).


(58)

Tabel 14

Senang dengan media audio visual

NO Kategori Siswa

F %

9 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

41 19 7

-

61.20 28.35 10.45

-

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pada pertanyaan apakah anda senang dengan edia yang digunakan guru dalam bentuk audio visual ? dalam hal ini, siswa memang senang dalam pelajaran yang disampaikan guru dalam bentuk Audio Visual, terbukti sebagian besar responden menjawab “Ya” sebanyak 41 orang dengan persentase ( 61.19% ), dan yang menjawab “Kadang-kadang sebanyak 19 orang dengan persentase ( 28.35% ), dan sebagian kecil menjawab “Tidak” sebanyak 7 orang dengan persentase ( 10.45% ).


(59)

Tabel 15

Senang ikut serta praktek langsung

NO Kategori Siswa

F %

10 a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

d. Tidak sama sekali

34 19 12 2

50.74 28.35 17.91 3.00

Jumlah 67 100 %

Berdasarkan pada pertanyaan apakah anda senang dengan media yang digunakan guru dengan mengkutsertakan siswa untuk praktek langsung didepan kelas.? Jawabannya dapat dilihat padda table 15 diatas, bahwa sebagian besar responden sebanyak 34 orang dengan persentase ( 50.74% ) menjawab “Ya”, dan 19 orang dengan persentase ( 28.35% ) menjawab “Kadang-kadang”, yang menjawab “Tidak” berjumlah 12 orang dengan persentase ( 17.91% ), dan sebagian kecil menjawan “Tidak Sama Sekali” dengan persentase ( 3% ) sejumlah 2 orang. Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa kebanyakan siswa senang dengan ikut praktek langsung.


(1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Temapat dan WakPenelitian………..32

B. Focus Masalah………...32

C. Populasi dan Sample……….32

D. Metodologi Penelitian………33

E. Teknik Pengumpulan Data………33

F. Instrumen dan Kisi-kis iSoal………...34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Objek Lokasi Penelitian………...37

B. Hasil Penelitian………..41

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ………...69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. 2006

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin, Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah, terj, M. Abdul Ghafar E.M Badrus

Salam. Bogor : Pustaka Imam Asy Syafi’i. 2005

Al-Malibari Zainuddin, Fathul Mu’in, Semarang : Toha Putra Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo. 2002

Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press. 2008 Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Jakarta : Kurnia Esa. 1988

Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Kencana Prenada Media. 2007

Karim, Abdul, Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah, Jakarta : Amzah. 2002

Asnawir dan Usman, Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Press. 2002

Bisri, Cik Hasan, Model Penelitian Fiqih dan Paradigma Penelitian Fiqih dan Fiqih Penelitian, Bogor : Kencana. 2003

Ibrahim, Syekh, Ta’lim Muta’lim, Semarang. 2001

Nuraida, Alkaf, Halid, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat : Islamic Ressearch Publishing. 2009

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2002

Syarifudin, Amir, Garis-garis Besar Fiqih, Bogor : Kencana, 2003.

Yahya, Mukhtar dan Faturahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami, Bandung : Al-Ma’arif, 1993.

Mufidh, Ahmad, Risalah Kematian, Jakarta : Total Media, 2007.

Shaleh, Hasan, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer, Jakarta : Rajawali Pers,2007.


(3)

Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno, StrategiBelajar Mengajar, Jakarta : Relika Aditama,2008.

Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta :Raja Grafindo Persada,2008.

Ritongga, A. Rahman dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002.

Nasution, Lahmuddin, Fiqih I, Bogor : Kencana, 2002


(4)

RIWAYAT HIDUP

A’wan Hadi Saniin lahir di Bogor hari kamis tanggal 09 agustus 1985 putra ke-tujuh dari Ayah Saniin dan Ibu Nurain, Dan penulis bertempat

tinggal di Jl. H. Sulaiman RT 04/02 Kelurahan Bedahan Kecamatan

Sawangan Kota Depok Jawa Barat.

Pendidikan yang telah diselesaikan antara lain :Madrasah Ibtidaiyah Khairul Huda Bedahan

pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah

salafiyah Bogor dari tahun 2001 sampai tahun 2003, lalu melanjutkan kejenjang sekolah

menengah atas pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006 di Madrasah Aliyah Al-Aulia

Cibungbulang Bogor dan mendalami kitab kuning di pondok pesantren putra As-salafiyyah

An-nidzam Bogor. Kemudian melanjutkan kembali ke Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2006 sampai sekarang. Pada fakultas Ilmu Tarbiyyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Penulis


(5)

ABSTRAK

Nama : A’wan Hadi Saniin NIM :106011000041

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : S-1

Judul Skripsi : Studi Perbandingan Hasil Pembelajaran Fiqih Bagi Guru Yang

Menggunakan Media Enaktif Dengan Ikonik Dalam Materi Pengurusan Jenazah.

Ringkasan Isi

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan watak suatu bangsa dan Negara dapat dibentuk sesuai keinginan. Peradaban sebuah bangsa tergantung pada pola pendidikan dinegara itu. Pendidikan yang terencana dengan baik akan menghasilkan generasi bangsa yang dapat diharapkan dimasa yang akan datang.

Ilmu fiqih sangat penting sekali untuk dipelajari karena dengan ilmu inilah kita bisa mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah manusia kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelajaran fiqih terdapat materi pokok pengurusan jenazah yang penulis kira sangan rumit sekali jika materi tersebut tidak menggunakan media atau alat peraga yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa.

Media dan alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat membantu guru dalam penyajian materi yang diajarkan, penyajian alat peraga tersebut biasa dalam bentuk Enaktif yang berbentuk tiga dimensi maupun penyajian dalam bentuk Ikonik/ penyajian gambar dalam bentuk dua dimensi.


(6)

a. Apakah terdapat perbedaan dan persamaan hasil belajar pengurusan jenazah bagi guru yang menggunakan media Enaktif dengan Ikonik materi pokok pengurusan jenazah di MA. Al-Aulia

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode pengumpulan

metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian adalah membuat angket untuk siswa, wawancara dengan guru Fiqih, dan dokumentasi.

b. Metode Analisis Dta

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu membandingkan gejala yang satu dengan yang lain dengan kerangka berpikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan dari fakta yang bersifat umum kepada fakta yang khusus.

4. Objek

a. Populasi atau sampel

Populasi adalah penelitian berjumlah 67 orang. b. Lokasi Penelitian

c. Penelitian dilakukan di MA Al-Aulia Cibungbulang- Bogor 5. Waktu pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2010

6. Pokok Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perbandingan diperoleh perbedaan sangat signifikan antara guru yang menggunakan media Enaktif dengan Ikonik dalam materi pengurusan jenazah.