66
berjalan maka pekerja sosial sama-sama mengevaluasi apa saja kekurangan atau permasalahan yang dihadapi ketika pemberian pelayanan. Untuk itu, menjadi kewajiban
sebagai pekerja sosial selalu terlibat aktif dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh panti kepada anak-anak binaan panti sosial.
Kemudian terkait anak-anak binaan panti sosial yang nantinya keluar dari panti, pekerja sosial secara bertahap memberikan pendampingan ataupun bimbingan
keterampilan sebagai modal dasar untuk mandiri. Setelah itu, diwaktu luang pekerja sosial memberikan bimbingan sosial bagi anak-anak binaan yang berguna untuk
interaksi ataupun pergaulan mereka dengan masyarakat di luar nantinya. Karena wktu mereka didalam panti hanya 5 lima bulan, dan setelah itu mereka kembali kepada
orangtuawali mereka masing-masing. Untuk mendukung keterampilan yang mereka miliki, pihak UPT melakukan kerja sama dengan pengusaha atau pihak luar untuk
memperbolehkan anak-anak binaan untuk magang di tempat mereka, dan boleh mengajak mereka untuk bekerja menetap setelah keluar dari panti.
Ketika ditanyakan kepada Ibu Lies Fahimah tentang apa yang menurut beliau paling penting untuk dibenahi di panti ini, dia mengatakan bahwa sarana dan prasarana
belajar harus diperbaiki, peralatan eletronik seperti infocus, VCD, TV, dan yang terpenting tenaga ahli seperti psikolog dapat ditempatkan di panti ini.
5.1.2 Informan II
Informan kedua bernama Hafid yang berasal dari Bima, jenis kelamin laki-laki. Ketika ditanyakan kepada beliau tentang pekerja sosial, bapak itu menjawab pekerja
sosial itu merupakan sebuah profesi yang dijalaninya sebagai pemberi pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti anak putus sekolah di panti itu agar
67
dapat berinteraksi dan diterima di masyarakat nantinya. Dalam fungsi yang beliau jalankan sebagai pendamping masih berjalan dengan baik, terlihat dari keakraban beliau
dengan anak-anak dan keterbukaan anak-anak dengan beliau. Kemudian beliau juga menjelaskan mengenai pelayanan yang diberikan panti ini
kepada anak-anak binaan, diantaranya pelayanan sosial dasar seperti asrama untuk anak-anak binaan tinggal, makanminum mereka dan juga dalam pengobatan bagi yang
sakit. Pelayanan yang lainnya seperti pelayanan bimbingan keterampilan dan rohani. Pelayanan ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang standar dari panti dan telah
sesuai dengan perencanaan program yang telah ditetapkan berdasarkan strategi yang pekerja sosial buat. Strategi yang kami terapkan di panti ini berupa strategi prosedur
tetap seperti yang telah dinas sosial berikan. Walau menurut beliau strategi ini belum berjalan maksimal karena sarana dan prasarana yang tidak memadai dan keseriusan
pegawai-pegawai yang lain. Pelayanan yang diterima anak binaan bukan saja melalui pekerja sosial sebagai
pejabat fugsional melainkan seluruh staff dan pejabat struktural. “Kiranya ini dapat berjalan seimbang agar strategi yang kami terapkan dapat berjalan maksimal pula”,
demikian penuturan beliau. Karena bukan hanya satu strategi yang pekerja sosial terapkan melainkan strategi pemberian pelayanan penuh di luar jam kerja. Setiap
pelayanan yang diberikan bagi anak binaan sosial baik oleh panti secara umum dan pejabat struktural dan fungsional secara khusus, pasti menemukan berbagai
permasalahan. Untuk mengurangi dampak permasalahan yang dialami para warga binaan sosial, maka pekerja sosial harus bisa berperan aktif untuk penyelesaian masalah
tersebut. Strategi pemberian pelayanan penuh itulah yang sangat dominan disini.
68
Strategi yang kami terapkan ini telah dirasakan manfaatnya oleh anak binaan dan juga panti itu sendiri. Itu dapat terlihat dari semakin kondusifnya suasana di asrama
warga binaa sosial dan pada saat proses pemberian keterampilan serta proses belajar mengajar. Untuk meyelaraskan kedua strategi tersebut, beliau dan juga kawan-kawan
pekerja sosial lainnya selalu membahas apa yang menjadi kendala atau masalah dalam setiap program yang berjalan atau pun ketika pemberian pelayanan. Ketika menemukan
permasalahan yang sangat berat dipanti dan para pekerja sosial tidak mendapatkan penyelesaiannya, maka beliau dan kawan-kawan pekerja sosial lainnya berkonsultasi
kepada pejabat struktural. Peranan pekerja sosial sangat dominan di panti, termasuk ketika anak binaan
nantinya keluar dari panti tersebut. Beliau menjelaskan bahwa selama para anak binaan masih di panti ini maka menjadi kewajiban mereka untuk selalu mendampingi para anak
binaan dalam bimbingan keterampilan baik menjahit maupun otomotif serta yang terutama bimbingan sosial dan mental sebagai modal mereka nantinya keluar dari panti
untuk berbaur dengan masyarakat. Karena anak binaan berada didalam panti hanya 5 bulan saja tiap angkatan, jadi segalanya harus dilakukan semaksimal mungkin. Ketika
ditanyakan hal yang paling penting untuk dibenahi di panti tersebut, beliau menjawab sarana dan prasarana belajarnya dan juga kesadaran pegawai-pegawai lainnya yang di
panti untuk lebih aktif lagi dalam memberi pelayanan kepada warga binaan sosial.
5.1.3 Informan III