Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Whitney 1990 dan Nassar 1995 mengatakan kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh : 1. Masukan energi tinggi, pengunaan normal 2. Masukan energi normal, penggunaan rendah. Gambar 2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak Nasar, 1995

2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja

Menurut Hidayati dkk 2006, penyebab terjadinya obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multi faktorial yang diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Masukan Energi Metabolisme Balans Energi Kelebihan Energi Lemak Tubuh Penggunaan Energi Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan obesitas antara lain: jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis dan faktor genetik Salam, 1989 1. Jenis Kelamin Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal Arisman 2004. 2. Umur Obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obes pada saat remaja dan dewasa serta dapat berlanjut ke masa lansia Arisman, 2004. Menurut Dietz, ada empat periode kritis terjadinya obesitas, yaitu: masa prenatal, masa bayi, masa adiposity rebound dan masa remaja. Obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30 akan melanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten. Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit diatasi secara konvensional diet dan olahraga. Selain itu, obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada remaja Virgianto dan Purwaningsih, 2006. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Menurut Spear 1996, masa remaja adalah masa terjadinya perubahan yang dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama pada masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah dengan adanya suatu peningkatan kecepatan pertumbuhan. Lonjakan yang tiba-tiba ini berhubungan dengan perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan kebutuhan- kebutuhan khusus. 3. Tingkat Sosial Ekonomi. Obesitas yang terjadi pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah disebabkan karena tingginya makanan sumber karbohidrat, sementara konsumsi protein rendah. Penelitian di Midtown Manhattan menunjukkan bahwa status sosial ekonomi berbanding terbalik dengan obesitas, dimana 30 wanita obesitas berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, 16 dari tingkat menengah dan 5 dari tingkat sosial ekonomi yang tinggi Pi-Sunyer, 1994. Menurut Hidayati, dkk 2006 peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas. Virgianto dan Purwaningsih, 2006. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 4. Faktor Lingkungan Menurut Labuza 1991 penyebab utama obesitas adalah karena kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari pada yang digunakan. Pada 95 penderita obesitas, kelebihan konsumsi mungkin dihasilkan oleh beberapa faktor lingkungan. Penekan-penekanan terhadap makan dimulai sejak bayi, ketika seorang anak lahir ada dua hal yang selalu dipertanyakan: ”Apakah laki-laki atau perempuan dan seberapa besar bayi tersebut”. Bagi banyak orang lebih besar adalah lebih baik sehingga bayi dipaksa untuk makan berlebihan. Beberapa peneliti percaya bahwa pola pemberian makanan pada bayi dan anak dapat mendasari obesitas dimasa yang akan datang. Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan jajanan. Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaan dirinya Arisman, 2004. Sementara itu, televisi secara terus-menerus menekankan makanan-makanan dan snack kepada anak-anak dan orang dewasa, tanpa rujukan diet yang baik. Anak- anak banyak menghabiskan waktu di depan TV, sehingga dengan gencar dipengaruhi oleh iklan tentang makan ataupun pola makan yang tidak sehat. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Keluarga yang secara konstan menyiapkan snack di depan TV, kemungkinan 20-30 akan mengalami obesitas. Pengaruh faktor lingkungan bagi anak yang berasal dari keluarga gemuk lebih besar lagi, dimana 75 anak obesitas memiliki orang tua yang obesitas dan 80 anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa. Kehamilan juga dapat menjadi suatu masalah karena banyak wanita menemukan kesulitan untuk menghilangkan pertambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan. Kesenangan dan kenyamanan di sekeliling kita juga memberikan pengaruh terhadap obesitas. Jadi banyak faktor di lingkungan yang menekankan makanan dan makan Labuza, 1991. 5. Aktivitas Fisik Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang- orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk. Ada hubungan antara nonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain Herini, 1999. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah OR: 0,48 pada kelompok Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 yang mempunyai kebiasaan olahraga, sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan adanya penurunan berat badan dengan jogging OR: 0,57, aerobik OR: 0,59, tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan Hidayati dkk, 2006. Studi kasus yang dilakukan di SMU 3 Semarang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik remaja, semakin rendah kejadian obesitas. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya Virgianto dan Purwaningsih 2006. Penelitian terhadap anak di Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV ≥ 5 jam p er hari m empunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton TV ≤ 2 jam setiap harinya Hidayati dkk, 2006. Menurut hasil penelitan Hadi 2005 di Yogyakarta dan Bantul menunjukkan bahwa remaja dengan asupan energi normal 2.200 kkal per hari yang memiliki kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari mempunyai risiko obesitas sebesar 2,7 kali lebih besar daripada mereka yang menonton TV 3 jam per hari. Pada remaja yang asupan energinya tinggi ≥ 2.200 kkal per hari dan memiliki kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari , mempunyai risiko menderita obesitas 12,3 kali lebih tinggi daripada yang asupan energinya 2.200 kkal per hari dan waktu menonton TV 3 jam per hari. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 6. Kebiasaan Makan Pola Makan Menurut Davies, dkk 1995 pola makan dengan kalori berlebih dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya obesitas. Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kegemukan Salam, 1989. Berdasarkan hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul terlihat bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan kontribusi lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas Medawati dkk, 2005. 7. Faktor Psikologis Menurut Dariyo 2004, keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan adalah ketidakstabilan emosional yang menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi. Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka, depresi atau rangsangan dari luar Salam 1989. Bagi orang yang rajin makan pada saat dilanda stress, untuk sementara waktu dapat merasa tenang dan puas sehingga lupa akan tekanan psikologis yang dialaminya. Namun, jika keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol maka akan menyebabkan dampak negatif pada tubuh, terlebih jika makanannya mengandung Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 kalori, karbohidrat dan lemak yang tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan bertambahnya berat badan dan jika hal ini berlangsung cukup lama maka penderita stres ini akan menderita kegemukan Purwati dkk, 2005. 8. Faktor Genetik Menurut Whitney dkk, 1990 dan Hegarty 1996 genetik memegang peranan penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi tubuh seseorang. Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi 75-80, jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40 , sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil kurang dari 10. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa orang tua biologi dan anak-anak alamiah kandung cenderung sama dalam berat badan, tetapi tidak demikian dengan anak-anak yang diadopsinya. 9. Faktor Budaya Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style gaya hidup. Life style ini merupakan kondensasi dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan. Faktor-faktor yang merupakan asupan input bagi terbentuknya suatu life style keluarga ialah: penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan banyak lagi faktor sosiopolitik yang terkait Sediaoetama, 2006. Pengaruh budaya ternyata juga dapat menyokong kecenderungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan negara berkembang. Tingginya angka obesitas sangat erat hubungannya dengan proses modernisasi akulturasi dan meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok masyarakat. Modernisasi telah membawa konsekuensi negatif yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini dipercepat oleh kuatnya arus budaya asing yang disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Pola hidup kurang gerak sedentary lifestyles dan pola makan yang mengarah ke westernisasi seperti konsumsi makanan siap saji fast food telah menjadi secular trend bagi masyarakat kita. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya obesitas Hadi 2005. Menurut Budianto dkk, 1998 yang mengutip pendapat Mudjianto dkk, makanan fast food telah menjadi bagian perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota besar. Kemampuan dan daya tarik bisnis fast food ini terletak pada teknik promosi dengan menggunakan tokoh idola, hadiah, media campuran mixed media, penciptaan suasana, tempat dan cara pelayanan yang meningkatkan gengsi konsumen. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Selain faktor- faktor di atas menurut Purwati dkk 2005 masih ada beberapa faktor lagi yang dapat mempengaruhi obesitas, yaitu: 1. Metabolisme Basal Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat total tidur. Kecepatan metabolisme basal setiap orang berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya tinggi. 2. Enzim Tubuh Enzim adipose tissue lipoprotein memiliki peranan penting dalam mempercepat proses peningkatan berat badan. Enzim ini berfungsi untuk mengontrol kecepatan pemecahan triglisida dalam darah menjadi asam-asam lemak dan kemudian disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Ketika seseorang membutuhkan bahan bakar untuk oksidasi, diperlukan sejumlah energi dan tubuh akan memilih glikogen atau lemak sebagai sumber energinya. Menurut sejumlah penelitian, penggunaan glikogen akan menurunkan glukosa darah sehingga menyebabkan orang merasa lapar. 3. Hormon Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya akan menurun. Akibatnya kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Selain hormon tiroid, insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Seseorang yang mengalami peningkatan insulin juga akan mengalami peningkatan penimbunanan lemak. Gangguan produksi hormon juga berhubungan dengan obesitas, misalnya hipotiroidism dan hipopituitorism. Orang yang seperti ini biasanya telah mengalami kegemukan sejak kecil. 4. Efek Samping Obat Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa jenis obat yang dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh, sehingga orang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Apabila obat tersebut digunakan dalam waktu yang lama, seperti pada masa penyembuhan suatu penyakit, maka akan memicu terjadinya kegemukan. Nafsu makan yang meningkat dengan aktivitas yang sama tentu dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.

2.3. Risiko Kegemukan