Metode Penilaian Status Gizi Pola Makan

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 5. Gangguan endokrin, menarche lebih cepat terjadi, karena disamping faktor hormonal, untuk terjadinya menarche diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menarche akan terjadi lebih dini. 6. Obesitas yang berlanjut menetap sampai dewasa, terutama bila obesitas dimulai pada masa pra pubertas. Berdasarkan penelitian longitudinal seperti yang dinyatakan oleh Subardja 2005 bahwa 25-50 atau paling banyak 74 anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa. 7. Gangguan penyakit degeneratif dan peyakit metabolik, seperti: hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes militus, atritis, penyakit kandung empedu, hiperlipoproteinemia, penyakit hiperkolesterolemia, beberapa jenis cancer, gangguan fungsi pernafasan dan berbagai gangguan kulit Arisman, 2004. Penyakit-penyakit degeneratif ini akan menyebabkan menurunnya angka harapan hidup sehingga resiko kehilangan generasi lost generation suatu negara semakin meningkat Tarigan 2007.

2.4. Metode Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa dkk 2002, metode penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik, Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Semua metode penilaian status gizi memiliki keunggulan dan kelemahan, karena itu dalam penggunaannya diperlukan berbagai pertimbangan. Antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan dalam kegiatan dan program gizi dimasyarakat Supariasa dkk, 2002. Pada umumnya, penentuan kegemukan obesitas atas dasar antropometri adalah sebagai berikut Nasar, 1995 : 1. Hanya mengukur berat badan BB dan hasilnya dibandingkan dengan standar pada usia yang sama, yakni bila BB 120 disebut obesitas, sedangkan antara 110 – 120 disebut over weight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak dikaitkan dengan tinggi badan TB, sehingga tidak mencerminkan proporsi tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh, artinya pada BB yang sama seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang lainnya karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak lemak. 2. BB dihubungkan dengan TB, selain mencerminkan proporsi atau penampilan BBTB juga memberikan gambaran tentang massa tubuh tanpa lemak less body mass dengan cara menghitung BMI Body Mass Index yaitu BBTB 2 . Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BBTB dan IMT KATEGORI BB TB IMT Obesitas ringanderajat I 120 – 135 20 – 25 Obesitas sedangderajat II 135 – 150 25 – 30 Obesitas beratderajat III 150 – 200 30 – 40 Obesitas superderajat morbit 200 40 Sumber : Nasar 1995

2.5. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya Suhardjo, 2003. Menurut Khumaidi 1994 yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan alam, budaya, sosial, ekonomi dimana manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan belief terhadap makanan yang nilai-nilai kognitifnya berkaitan dengan Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psikomotor untuk memilih makanan sesuai sikap dan kepercayaan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan bagi anggota kelompok. Mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir selalu didasarkan pada status hubungan antar anggota, bukan atas dasar pertimbangan- pertimbangan gizi. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan, yaitu: faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan agama Khumaidi, 1994. Pelto dalam Suhardjo 2003, menyajikan kerangka model gaya hidup dan perilaku makan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut: Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan Pelto dalam Suhardjo 2003 Berdasarkan model di atas terlihat bahwa kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau Produksi Pangan dan Sistem Distribusi Sistem Sosial Ekonomi Politik Pendapatan Pekerjaan Pendidikan Identitas Suku KotaDesa Agama Ke- percayaan Pengetahu- an Kesehat- an Pengetahu- an Gizi Karakteristik Fisiologis Struktur Rumah Tangga Gaya Hidup Perilaku Konsumen Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan dan distribusi, serta sosial politik Almatsier, 2003. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu terutama di perkotaan menyebabkan perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan ekonomi juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik bagi masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas Almatsier, 2003. Pekerjaan orang tua juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan keluarga. Akibat banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, menyebabkan terjadinya peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji fast food dari luar rumah yang cara penyediaannya dilakukan dengan pemanasan tinggi serta waktu masak yang singkat. Makanan semacam ini cenderung tinggi lemaknya sehingga merugikan individu yang mengkonsumsinya Subardja, 2005. Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi jajanan adalah bahwa semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan jadi Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 dari jumlah total pengeluaran pangan. Sekitar seperlima pengeluaran pangan rumah tangga diperkotaan pada tahun 1996 dialokasikan untuk makanan jadi, sedangkan dipedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk makanan jadi termasuk fast food di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total pengeluaran pangan Budianto dkk, 1998. Menurut Subardja 2005 yang mengutip pendapat Kjeges, faktor sosial dimana pola makan anak berkembang, menjadi penting karena perilaku orang di lingkungan itu menjadi model bagi anak yang sedang berkembang. Jadi bagaimana seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu misalnya sayur- sayuran, dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang dewasa lain, saudara kandung maupun teman-temannya. Pada permulaan usia sekolah anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Anak sekolah biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disukainya Moehdji, 1992. Penilaian terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu dapat dilakukan dengan survey konsumsi makanan. Survey ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut Supariasa dkk, 2002. Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan dengan metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan, dietary history dan food frequency Cameron,1988 dan Supariasa dkk, 2002. 1. Mengingat makanan food recall adalah makanan yang dimakan oleh individu selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan food model dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga, kemudian dikonversikan kedalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk mengukur rata-rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang jumlahnya besar. 2. Estimated food record adalah pencatatan makanan yang dimakan food record oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan diperkirakan dengan ukuran rumah tangga. 3. Riwayat makan dietry history yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang diukur biasanya adalah selama enam bulan atau satu tahun yang lalu. Metode wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan kebiasaan makan. Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009.