2.4.4. Displasia Lambung
Displasia adalah perubahan neoplastik yang nyata pada epitel mukosa lambung yang belum menyusup ke lamina propia. Displasia ini
dikenal juga sebagai neoplasma intra-epitel.
1,3,4,5,16,18
Displasia epitel lambung dapat dijumpai pada kelainan lambung seperti gastritis atrofi dan metaplasia intestinal. Lesi-lesi ini dianggap
sebagai lesi pre-kanker. Dari beberapa penelitian akhir-akhir ini telah dinyatakan bahwa sebagian besar karsinoma lambung sering bersamaan
dan didahului oleh fase displasia. Displasia yang dijumpai pada sediaan biopsi mempunyai arti yang sangat penting dan memberi peringatan bahwa
ada kemungkinan displasia bersamaan dengan karsinoma, ini mengindikasikan pasien beresiko tinggi untuk berkembang menjadi
karsinoma.
1,3,4,5
Permasalahan yang sering dijumpai dalam mendiagnosa neoplasia intra-epitel lambung displasia yaitu sulit membedakannya dari perubahan
reaktif atau regeneratif yang dihubungkan dengan peradangan aktif dan karsinoma intra-epitel karsinoma in-situ serta karsinoma invasif..
1,3,4
Menurut sebagian penulis displasia sekarang dimasukkan dalam terminologi karsinoma in-situ. Menurut definisi, adenoma juga terdiri dari
epitel displasia. Secara konvensional, terminologi adenoma, digunakan
Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008.
untuk lesi yang polipoid atau sesile, sedangkan terminologi displasia digunakan untuk lesi datar yang difus dan makroskopisnya sulit dibedakan
dari mukosa sekitarnya.
5
Bila displasia terdiagnosa sebagai lesi berupa tukak atau polip, lesi tersebut dapat diangkat. Pada lesi yang berbentuk sedikit menonjol atau
tertekan depressed
, harus dibedakan terhadap karsinoma dini lambung Early Gastric Cancer
EGC. Bila displasia terdiagnosa pada tempat tertentu tapi tidak terlihat lesi, maka biopsi ulang harus segera dilakukan
untuk melakukan penelusuran. Displasia yang tidak terlihat pada pemeriksaan endoskopi, sering ditemukan setelah dilakukan reseksi
lambung.
1
Klasifikasi.
Berdasarkan morfologi, displasia terbagi atas 2 jenis yaitu displasia tipe I atau displasia adenomatous
adenomatous dysplasia dan displasia
tipe II atau displasia hiperplastik hyperplastic dysplasia
.
5
Displasia tipe I Adenomatous Dysplasia
. Lesi berbentuk villous atau rata flat. Gambaran mikroskopis, sel epitel kelenjar padat, inti
berbentuk cerutu bertingkat semu pseudostratified
; sitoplasma banyak dan amfofilik; kandungan musin di dalam sitoplasma hanya sedikit. Epitel di
sekitar lesi displasia dapat normal atau mengalami metaplasia intestinal.
Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008.
Pada displasia tingkat rendah
, perubahan sel hanya terjadi pada superfisial, lumen kelenjar bentuk tubulus sederhana tanpa percabangan
kompleks. Letak inti terbatas pada ½ basal sel, aktifitas mitosis sedikit. Sedangkan pada
displasia tingkat tinggi , tubulus sering mempunyai
gambaran iregular, bentuk cribriform dan budding. Inti menempati 50 volume sel, aktifitas mitosis banyak. Displasia tingkat tinggi diduga
beresiko menjadi karsinoma intestinal berdiferensiasi baik well-
differentiated intestinal carcinomas .
5
Displasia tipe II hyperplastic dysplasia
. Dijumpai sel goblet dan sel kolumner dengan sitoplasma yang pucat, inti membesar, bentuk bulat dan
vesikuler, anak inti menonjol. Displasia tipe II tingkat rendah dan tinggi dapat dibedakan secara lebih subjektif. Pada
tingkat tinggi, gambarannya
lebih kompleks, bentuk sel tidak teratur serta penyebaran kromatin yang tidak merata. Displasia tipe II mempunyai latar belakang sel yang
mengalami metaplasia tidak komplit. Sering dihubungkan dengan adenokarsinoma intestinal yang berdiferensiasi baik, displasia tipe II sulit
dibedakan dari perubahan regeneratif. Perubahan regeneratif sering bersamaan dengan inflamasi. Bila proses radangnya hebat, inti sel akan
menjadi sangat abnormal.
5
Diagnosa displasia lambung sangat bervariasi Menurut beberapa kepustakaan lama, pembagian displasia menurut sistem 3 tingkatan yaitu
ringan, sedang dan berat. Namun dalam membedakan displasia tingkat
Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008.
rendah terhadap perubahan reaktif atau regeneratif atipik terdapat kesulitan. Akhir-akhir ini displasia dinyatakan sebagai
equivocally neoplastic epithelium
. Namun masih terdapat perbedaan interpretasi diantara negara Jepang dan Barat. Ahli patologi Jepang mendiagnosa
kanker lambung dengan berdasarkan gambaran dan kompleksnya arsitektur sitologi. Sedangkan ahli patologi Barat mengharuskan adanya
invasif ke lamina propia dalam mendiagnosa suatu karsinoma intramukosa. Walaupun banyak sistem grading untuk displasia, namun dianjurkan hanya
menggunakan sistem grading 2 tingkatan yaitu high grade
dan low grade
. High grade
, dianggap sebagai sinonim karsinoma in-situ CIS, harus dibedakan dari karsinoma intra mukosa dimana basal membran sudah
tidak utuh lagi dan telah diinvasif sel-sel tumor. Konsep ini telah dimasukkan dalam rekomendasi yang dibuat oleh beberapa kelompok ahli
patologi yang dikenal dengan Klassifikasi Vienna, dimana biopsi lambung dikelompokkan dalam pelaporan sebagai berikut negatif untuk displasia,
indefinite untuk displasia, neoplasia non-invasif tingkat rendah, neoplasia non-invasif tingkat tinggi karsinoma in-situ, karsinoma intra mukosa dan
neoplasia invasif
1,5
Klasifikasi Padova, memiliki 5 kategori tapi kelompok displasi tingkat rendah dan displasia tingkat tinggi diperkenalkan sebagai kategori
kemungkinan invasif ” suspicious for invasion
”.
5
Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008.
Prognosa
Kemaknaan displasia lambung secara umum mulai diperhatikan. Displasia tingkat rendah, 19-50 kasus umumnya tidak progressif, 0-15
berkembang lambat menjadi displasia tingkat tinggi dan 38-75 kasus displasia mengalami regresi. Sebagian kasus displasia yang regresi,
tampaknya bukan kasus displasia yang sejati, tapi kemungkinan suatu regenerasi atipik yang salah ditegakkan diagnosa. Displasia tingkat rendah,
dilakukan follow-up terhadap hasil pengobatan dengan cara biopsi ulangan. Pada displasia tingkat tinggi, ditemukan 0-15 kasus yang
regresi, 14-58 menetap dan 25-85 berlanjut menjadi karsinoma invasif. Resiko kanker tampak pada saat diagonsa biopsi displasia yang tinggi
terutama pada individu dengan lesi makroskopis seperti polip atau tukak. Sekali diagnosa displasia tingkat tinggi ditegakkan, biasanya mempunyai
inikasi untuk menjalani reseksi secara endoskopi maupun gastrektomi.
5
2.4.5. Kanker Lambung