Kanker Lambung Helicobacter pylori Dan Lesi Pada Lambung

Prognosa Kemaknaan displasia lambung secara umum mulai diperhatikan. Displasia tingkat rendah, 19-50 kasus umumnya tidak progressif, 0-15 berkembang lambat menjadi displasia tingkat tinggi dan 38-75 kasus displasia mengalami regresi. Sebagian kasus displasia yang regresi, tampaknya bukan kasus displasia yang sejati, tapi kemungkinan suatu regenerasi atipik yang salah ditegakkan diagnosa. Displasia tingkat rendah, dilakukan follow-up terhadap hasil pengobatan dengan cara biopsi ulangan. Pada displasia tingkat tinggi, ditemukan 0-15 kasus yang regresi, 14-58 menetap dan 25-85 berlanjut menjadi karsinoma invasif. Resiko kanker tampak pada saat diagonsa biopsi displasia yang tinggi terutama pada individu dengan lesi makroskopis seperti polip atau tukak. Sekali diagnosa displasia tingkat tinggi ditegakkan, biasanya mempunyai inikasi untuk menjalani reseksi secara endoskopi maupun gastrektomi. 5

2.4.5. Kanker Lambung

Kanker lambung adalah tumor ganas epitel mukosa lambung dengan diferensiasi kelenjar. 4 Hampir 90-95 keganasan lambung merupakan adenokarsinoma. 1,3,4,5 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Epidemiologi Karsinoma lambung mempunyai insiden yang sangat bervariasi di dunia. Insiden tinggi terutama ditemukan pada negara Jepang, Kolumbia, Costa Rica dan Hungaria. Namun demikian pada sebagian besar negara di belahan dunia telah terjadi penurunan baik angka insiden maupun mortalitasnya. Karsinoma lambung masih merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Angka 5-year survival kurang dari 20. 1-5 Diperkirakan kasus baru pertahun sekitar 800ribu, dan 650ribu yang meninggal pertahun, 60 kasus tersebut ditemukan di negara berkembang. Daerah dengan angka insiden yang tertinggi 40100 ribu pada dijumpai di negara Asia Timur, Amerika Selatan dan Eropa Timur. Sedangkan angka yang rendah 15100 ribu dijumpai di Amerika Utara, Eropa Utara dan negara-negara di Afrika serta Asia Tenggara. Terdapat perbedaan 20 kali lipat angka insiden bila dibandingkan di negara Jepang terhadap populasi kulit putih yang berasal dari AS dan beberapa negara di Afrika. Adenokarsinoma jenis intestinal tampak lebih menonjol pada daerah yang beresiko tinggi, sementara jenis difus masih relatif lebih banyak di daerah resiko rendah. 1-5 Menurut Craanen et al 1992; Correa Chen 1994; Fuchs Mayer 1995, akhir-akhir ini ada bukti yang menyokong bahwa insiden Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. tumor pada bagian distal lambung telah berkurang, sementara kanker pada proksimal lambung bagian kardia meningkat, ini mungkin disebabkan karena meningkatnya Barrett’s esofagus. 1,35 Patogenesis Patogenesis karsinoma lambung sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil studi retrospektif yang dilakukan ahli patologi di Jepang, dijumpai adanya hubungan antara infeksi H.pylori terhadap kanker lambung. 1-3,5 Sebagian besar karsinoma lambung berkembang dari gastritis atrofi, namun berdasarkan data statistik perubahan epithel yang berpredisposisi menjadi ganas adalah metaplasia intestinal dan displasia epithel lambung pada foveolar. Tingkatan displasia epithel merupakan metode tampilan penting yang lebih akurat dan beresiko tinggi menjadi kanker. 1,4,5 Menurut Correa 1975, urutan peristiwa yang mengawali perkembangan karsinoma lambung yang berdasarkan identifikasi gambaran histopatologi dimulai dari gastritis kronik aktif yang mengarah ke gastritis atrofi kronik dan metaplasia intestinal, sel epithel ini dapat mengalami gangguan genomik dan fenotipe menjadi displasia yang diperkirakan merupakan dasar perkembangan menjadi karsinoma. 36-38 Karsinogenesis karsinoma lambung merupakan proses multistep yang kompleks, termasuk sejumlah kelainan genetika maupun di luar genetika. Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Gastritis yang merupakan peradangan pada mukosa lambung dianggap sebagai langkah awal perkembangan menjadi karsinoma. 1,2,4,5,35 H.Pylori infection Gastritis iNOS Gene Expression N ONOOH Cell Damage DNA, lipids, Nitrate Reductase Nitrite Diet, saliva Acid HCl N 2 O 3 Antimicroba l Nitrosamines CANCER Apoptosis Repair Mutation Atrophic gastritis Ascorbic Acid -Carotene Gambar 2.6. Skema patogenesis karsinogenesis pada lambung. 4 Selain genetika host, faktor lingkungan seperti infeksi bakteri Helicobacter pylorica juga merupakan salah satu resiko yang penting dalam karsinogenesis lambung. Akhir-akhir Helicobacter pylorica telah digolongkan WHO sebagai jenis karsinogen kelas I. 1-4,5,37,39 Respons host terhadap infeksi secara individu dipengaruhi oleh keragaman genetika sitokin terhadap inflamasi akan menambah resiko pada karsinoma lambung. Gen IL-1 Interleukin-1 yang berasal dari sel-sel PMN meningkatkan resiko karsinoma lambung pada pasien terinfeksi Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. H.pylorica . Ada 2 jenis fenotip molekul dengan jalur yang berbeda dari ketidakstabilan gen yang telah ditemukan pada karsinoma lambung yaitu: 1 Ketidakstabilan mikrosatelit tingkat tinggi karena gen “repair” DNA yang inaktif, dan 2. Ketidakstabilan kromosom atau intra-kromosom karena mutasi gen pengontrol pembelahan genetik selama mitosis yang berupa “ re-arrangement ”, delete atau bertambahnya kromosom. Keadaan ini akan merangsang aktifitas onkogen seperti: c-met, c-erbB-2, K-sam , atau menyebabkan tidak aktifnya gen “ suppressor tumor ” seperti p53, p16, APC , kelainan abnormal gen yang melibatkan proliferasi sel dan apoptosis cyclin D1, bcl-2, E2F-1, SC-1 , dan juga melibatkan aktifitas telomerase gen. 4,24,39

2.4.6. Kanker Dini Lambung EGC Early Gastric Cancer