Gastritis Atrofi Helicobacter pylori Dan Lesi Pada Lambung

2.4.2. Gastritis Atrofi

Gastritis atrofi adalah penipisan lapisan mukosa lambung yang ditandai dengan hilangnya kelenjar karena jejas mukosa yang berulang dan kronis. Insidens gastritis atrofi yang dihubungkan dengan H.pylori tidak terdeteksi pada anak-anak 0, namun pada remaja 13 dan orang dewasa 34. 24 Atrofi paling banyak ditemukan di antrum. Gambaran awal atrofi berupa fokus yang multipel Multifokal Atrophic Gastritis pada daerah peralihan antrum dan korpus di daerah kurvatura minor. Bila berlangsung kronis akan mengenai seluruh antrum, namun korpus hanya relatif sedikit. Hilangnya kelenjar dapat diakibatkan oleh erosi atau tukak pada mukosa yang disertai rusaknya lapisan kelenjar, proses radang kronik dan kerusakan yang terjadi sedikit demi sedikit “ piecemeal ”. Pada umumnya regenerasi dapat melalui berbagai jalur diferensiasi. Pada daerah yang mengalami regenerasi menghasilkan gambaran kelenjar metaplasia “ pseudo-pilorik ” pada korpus dan metaplasia intestinal. Prevalensi dan beratnya atrofi pada pasien gastritis meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Faktor makanan tertentu dapat mempengaruhi keadaan ini seperti konsumsi garam berlebihan, makanan diasap, nitrit, nitrosamin. Nitrosamin dapat dirubah menjadi nitrit, yang membantu kolonisasi an-aerobik bakteri ini dalam suasana hiprokhlorhidria lambung. Konsumsi sayuran dan buah-buahan antioksidan vitamin C, E, -karoten dan selenium dapat mencegah perkembangan gastritis atrofi. 1,5,14,23 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Diduga peralihan gastritis non-atrofi menjadi atrofi berhubungan dengan lamanya infeksi H.pylori dengan beratnya radang. Namun, jenis gastritis kronis lainnya gastritis autoimun atau gastritis reaktif tidak mempunyai efek yang sama. Penurunan prevalensi H.pylori pada lambung disertai peningkatan atrofi kelenjar terjadi karena alasan sebagai berikut: 1. H.pylori hanya dapat berkoloni pada epitel lambung, tidak pada metaplasia intestinal yang sering menyertai gatritis atrofi, sama seperti reseptor sel intestinal kurang spesifik untuk perlekatan H.pylori ; 2. Hipokhlorhidria akibat hilangnya sel parietal bertentangan untuk H.pylori karena untuk bertumbuh dibutuhkan lingkungan asam; dan 3. Asam glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel metaplastik merupakan lingkungan yang tidak sesuai untuk H.pylori bila dibandingkan glikoprotein netral yang dihasilkan oleh lapisan mukus normal. Dengan alasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bila H.pylori tidak ditemukan pada gastritis atrofi, bukan berarti meniadakan peranan infeksi sebagai penyebab gastritis. 23 Pada penelitian yang dilakukan pada tikus di laboratorium, infeksi H.felis dalam jangka panjang mengindikasikan peranan langsung dari infeksi. Gastritis atrofi pada manusia yang dihubungkan dengan H.pylori disebabkan oleh efek bakteri langsung maupun respon radang terhadap infeksi H.pylori . Kerusakan seluler diakibatkan oleh sitotoksin, hasil amonia atau protease, Reactive Oxygen Metabolites ROMs dan sel-sel radang lainnya. Reaksi imun yang timbul untuk melawan H.pylori mungkin Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. mempunyai reaksi silang cross reaction dengan antigen pada sel epitel kelenjar sehingga merusak sel tersebut. Refluks empedu mempercepat atrofi pada gastritis yang disebabkan oleh H.pylori . 23 Gambaran histologi kelenjar atrofi, ditandai dengan jarak antar kelenjar berjauhan, lumen kelenjar berdilatasi kistik, jaringan ikat retikulin pada lamina propia meningkat, serta disertai sebukan radang kronik. 1

2.4.3. Metaplasia Intestinal