Helicobacter pylori TINJAUAN PUSTAKA

berkompetisi dengan gastrin dalam mengikat gastrinreseptor CCK- dan dapat merangsang sel D untuk melepaskan somatostatin. 27 Pemotongan nervus vagus ke lambung akan menghilangkan respons sel parietal terhadap gastrin. Pengangkatan sel G secara antrektomi akan menghilangkan respons sel parietal. 27

2.2. Helicobacter pylori

Helicobacter pylori merupakan kuman batang gram negatif yang bersifat non-invasif, panjang 2-3µm, bertumbuh lambat; berbentuk kurva “S”, terdapat 4-6 flagela pada salah satu pole-nya; variasi bentuk Helicobacter pylori berupa kokoid dapat dijumpai pada pasien yang telah diberi terapi, tidak berspora, ukuran 3,5 x 0,5 m. Varian lain dari organisme ini dikenal sebagai H.heilmannii , kuman ini lebih jarang dijumpai 1 dari Helicobacter yang terisolasi, bentuknya lebih spiral. H.heilmannii dapat bereaksi silang terhadap H.pylori pada pewarnaan imunohistokimia. H.heilmannii juga dapat menimbulkan gastritis antrum, namun biasanya tidak seberat gastritis H.pylori . 1-3,8,14,19,21,26,27 Lokalisasi Helicobacter pylori di lambung Helicobacter pylori adalah bakteri micro-aerophile hanya membutuhkan sedikit oksigen, sekitar 5. sifat khas bakteri ini yaitu tidak Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. menginvasif mukosa lambung, hanya menempati permukaan epitel pada lapisan mukus lambung di daerah antrum. Helicobacter pylori tidak dapat ditemukan pada lumen lambung yang ber-pH 2, namun banyak terdapat pada lapisan mukus lambung yang berjarak 0-15µm dari sel epitel mukosa pH mendekati 7. Bentuknya yang spiral dan berflagela, memberi keuntungan pada organisme ini sehingga bakteri ini dapat berenang dari lumen ke arah permukaan sel epitel mukosa. Helicobacter pylori menghasilkan enzim musinase berfungsi untuk melisis musin dan mengakibatkan mukus berkurang dan viskositasnya menurun, sehingga mempermudah bakteri tersebut untuk melewati lapisan mukus menuju ke permukaan sel epitel mukosa . 8,18,19,26,27 Sumber energi yang dibutuhkan Helicobacter pylori berasal dari katabolisme protein dan lemak. Banyak enzim yang berperan di dalamnya termasuk enzim catalase, superoxide, dismute, oxidase, phospholipas dan proteases . Enzim urease yang dihasilkan Helicobacter pylori, dibutuhkan dalam proses kolonisasi di lambung. Urease merupakan antigen yang sering berperan dalam imunopatologi pada Helicobacter pylori . Enzim ini terdiri dari 2 sub-unit yaitu 30 dan 60kDa, terdapat pada permukaan tubuh bakteri. Aktifnya enzim urease ditandai dengan adanya konsentrasi urea pada lambung dan mukosa lambung. Urea diubah oleh enzim urease menghasilkan amonia dan karbondioksida. Aktifitas Helicobacter pylori pada biopsi jaringan lambung yang terinfeksi dapat diketahui dengan Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. pemeriksaan indikator-pH berupa perubahan warna menjadi alkali. Pemeriksaan ini mendasari pemeriksaan klinik dengan endoskopi. 8,19 Mengapa sebagian penderita carrier tidak menimbulkan gejala penyakit? Tidak semua penderita yang terdeteksi adanya Helicobacter pylori di dalam lambung dapat menimbulkan gejala penyakit asimptomatis. Beberapa faktor berhubungan langsung terhadap strain Helicobacter pylori yaitu perbedaan genetik vacA dan cag PAI cag Pathogeneicity islands ; polimorfik host mutasi TP53 yang mempromosi tampilan kuat IL-1b menimbulkan radang serta faktor lingkungan lainnya. 4,8,19 Genomik. Secara genetik H.pylori adalah heterogen, terdapat 1,5juta bp genom yang mengkode 1500 gen dengan GC relatif sedikit 39 dan AT- nya banyak; serta banyak strain gen yang spesifik 6-7 genom. H.pylori mempunyai jalur metabolik genom kecil yang terbatas dan tempat yang spesifik yang mengakibatkan kuman ini hanya bisa bertahan di lambung, sistem repair DNA terbatas karena angka mutasi gen tinggi dan protein pengatur yang sedikit, sehingga menyebabkan H.pylori hanya bertumbuh pada tempat yang terbatas. Perbedaan genetik Helicobacter pylori. Strain terdiri dari sekelompok gen yang disebut cag pathogenecity island yang dapat merangsang Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. terjadinya peradangan. Dalam tubuh satu host bisa dijumpai beberapa strain Helicobacter pylori yang berbeda. Salah satu strain mungkin lebih patogen dibandingkan strain yang lain. Strain Helicobacter pylori sering mengalami mutasi, baik berupa point mutasi, re-arrangment kromosom, maupun kombinasi keduanya. Sebagai contoh kasus yaitu dilakukan isolasi terhadap 199 strain H.pylori dari seorang pasien, isolasi strain tersebut diulang 6 tahun kemudian pada pasien yang sama. Dari hasil pemeriksaan dijumpai 3 lokus yang berbeda diantaranya. Ini menunjukkan angka mutasi yang tinggi. Strain jenis I menampilkan gen cagA dan vacA yang mengkode faktor penting dari virulensi dengan patogenisitas yang tinggi. Namun gen ini tidak ditemukan pada strain jenis ke-2. 4,8,19 Faktor Virulensi untuk kolonisasi mukosa lambung Yang termasuk faktor virulensi adalah motilitas dan daya kemotaksis; enzim urease untuk menyelamatkan bakteri dalam lumen lambung; perlekatan bakteri; VacA dan CagA serta sistem sekresi tipe-4 yang disekresi secara langsung ke dalam sitosol. Motilitas dan kemotaksis. Motilitas merupakan faktor yang penting, karena hanya Helicobacter pylori mutant yang dapat berkolonisasi. Pada mukosa binatang percobaan, Helicobacter pylori dengan mutant urease-negatif tidak dapat membentuk Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. koloni. Aktifitas urease H.pylori merupakan faktor kolonisasi utama. Diduga Helicobacter pylori menghasilkan enzim pada permukaan sel, namun organisme ini tidak dapat bekerja secara optimal pada pH asam. Pemecahan urea menjadi amonia oleh enzim urease yang dihasilkan H.pylori biasanya terjadi di dalam lumen lambung, amonia berfungsi untuk melindungi sekeliling sel yang alkali terhadap asam sehingga memudahkan bakteri melewati lingkungan lambung yang asam untuk mencapai daerah kolonisasinya. Permukaan lambung yang ditempatinya mempunyai pH yang relatif netral dibandingkan mukus lambung, organisme ini berlanjut menghasilkan urease dalam jumlah banyak untuk meningkatkan pertumbuhan organisme. Bentuk heliks dan daya motilitas merupakan seleksi dalam lingkungan mukus. Flagela penting dalam perpindahan bakteri dalam lumen. Bila bakteri berkontak dengan mukus maka bakteri tersebut akan “membor” masuk ke lapisan mukus menuju permukaan sel epitel mukosa lambung. Gerakan ini difasilitasi oleh kemotaksis. Faktor kemotaksis. Ion Arginin dan Bikarbonat yang dihasilkan mukosa lambung dikenal oleh reseptor spesifik Helicobacter pylori sehingga merangsang motilitas rotasi flagela untuk berenang menuju daerah tersebut. Flagela mengandung 2 jenis protein yaitu flagelin FlaA merupakan filamen utama dan FlaB. Flagelin adalah glikosilat dengan asam pseudaminic karbohidrat. 8,19,21,26 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Menghindari sistem imun bawaan. Helicobacter pylori menimbulkan peradangan ringan dan melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu lama dalam tubuh host. Peradangan ringan ini terjadi karena: 1. Flagelin merupakan perangsang lemah terhadap sel epitel lambung melalui TLR5 Toll-like Receptor 5; dan 2. LPS bakteri merupakan toksisitas yang sangat rendah 500 kali lebih rendah dibandingkan LPS E.coli untuk mengaktifkan TLR4. Keterbatasan peradangan ini sesuai dengan sifat peradangan kronik dan infeksi persisten, sehingga perkembangan penyakit berlansung lama. LPS lipopolysacharides dan Antigen yang mirip. Lipopolysacharides LPS terdiri dari O-polysaccharide dengan karbohidrat yang identik terhadap antigen golongan darah Lewis yang tertampil pada permukaan sel epitel lambung terdapat kemiripan. LPS merupakan imunogenik yang lemah. Dengan demikian sistem imun host tidak mampu mengenalinya Helicobacter pylori . 8,19 Perlekatan Helicobacter pylori terhadap host dan Antigen golongan darah. Pada pemeriksaan mikroskop elekron, perlekatan Helicobacter pylori dengan epitel lambung sangat kuat perlekatan “ pedastal ” mirip dengan E.coli yang diperantarai oleh afimbrial protein tunggal dengan Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. reseptor host yang sama sialyated glycolipids dan fucosylated lycoproteins Bila terjadi metaplasia intestinal atau atrofi kelenjar lambung, tidak akan dijumpai Helicobacter pylori . BabA2 adalah protein OM mirip porin, yang berikatan dengan antigen Lewis-B dan antigen H1 antigen O; antigen golongan darah tertampil pada sel epitel lambung juga eritrosit. P466 adalah strain khusus yang mengikat golongan darah O, sedangkan strain lainnya yang umum mengikat fucosylated antigen golongan darah A, B dan O. Dengan demikian golongan darah O lebih mudah menderita tukak lambung, karena strain bakteri berespons terhadap tukak lambung dengan mengenali antigen O. 19 LeB Lewis b antigen, yang berhubungan terhadap golongan darah O, adalah difucosylated dan dibentuk dengan tambahan Fuc branched fucose yang terletak di H1. Antigen ini terbatas pada fenotip golongan darah A dan B, hubungan antigen pada sistem golongan darah Lewis terbentuk pada bagian terminal N- acetylgalactosamine GalNac atau galactose Gal. Ini merupakan karbohidrat inti yang umum H1 untuk semua antigen kelompok darah, namun pada bagian terminal terdapat 2 frucose residu pada golongan darah O Lewis b Leb; 2 GalNAc’s pada golongan darah A A-Lewis b dan 2 Gal’s untuk goglongan darah B B- Lewis b. 8,19 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. SabA perlekatan afimbril lainnya, SabA menunjukan salah satu faktor yang penting selama interaksi lanjutan kedua terjadinya penyakit. Pada orang yang sehat, interaksi primer tampak diantara BabA2 dan Leb Lewis b antigen. Interaksi pertama ini mempengaruhi tampilan glicolipid pada host. Glycolipid ini adalah Slex sialyated Lewis x glycosophingolipids dan dikenal dengan perlekatan afimbril, SabA. Ini mengakibatkan perlekatan yang kuat antara bakteri terhadap sel host sehingga mengawali perkembangan penyakit. 8,19 Epidemiologi Infeksi Helicobacter pylori Helicobacter pylori merupakan bakteri patogen yang paling sering dijumpai di dalam lambung pada hampir setengah dari penduduk di dunia. Prevalensi infeksi beragam. Pada negara sedang berkembang terdapat perbedaan prevalensi yang menyolok. Keragaman ini dipengaruhi oleh keragaman etnik dan didukung oleh faktor budaya, genetik maupun faktor lingkungan yang berhubungan dengan faktor sosioekonomi. Banyak penelitian mendukung bahwa prevalensi yang terdapat di daerah dengan status sosioekonomi rendah, Helicobacter pylori telah menginfeksi penderita sejak masa anak-anak tanpa menimbulkan gejala, dan kemudian menjadi progresif pada waktu dewasa. Infeksi dapat ditularkan secara faecal-oral dan oral-oral . Di negara sedang berkembang, angka prevalensi pada anak-anak sekitar 70, dan menetap pada umur 30 tahun. 21 Pan- gastritis lebih banyak dijumpai di negara sedang berkembang yang sering Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. dihubungkan dengan meningkatnya kejadian tukak dan kanker lambung. Sebaliknya di negara maju, data yang diperoleh menunjukkan angka prevalensi yang lebih rendah yaitu anak-anak 5-15 dan 20-65 pada umur 30 tahun. Peradangan hebat pada daerah antrum sering dihubungkan dengan tukak duodenum. Pengobatan dengan menurunkan kadar keasaman di lambung atau vagotomi selektif lebih cendrung menimbulkan gastritis pada korpus lambung. Dari data ini, telah menyokong perbedaan ekologi Helicobacter pylori pada negara sedang berkembang dan negara maju. Faktor lingkungan beragam pada sebagian populasi ini adalah asam yang dihasilkan. 1,2,3,4,7,8,17,18,21 Kontaminasi peralatan endoskopi dan forsep biopsi terhadap Helicobacter pylori dapat terjadi setelah pemeriksan endoskopi terhadap pasien dengan Helicobacter pylori positif. Walaupun besarnya resiko belum diketahui, Helicobacter pylori yang ditularkan melalui endoskopi telah pernah dilaporkan oleh Jepang dan dikenal sebagai lesi mukosa lambung akut post-endoskopi . 21 Pengobatan dengan anti- Helicobacter pylori yang gagal akan menimbulkan kekambuhan infeksi yang berulang. Keadaan ini mendukung bahwa bakteri ini dapat tersembunyi dan terhindar dari pengobatan anti- Helicobacter pylori . Tempat yang mungkin merupakan tempat persembunyian yaitu plak gigi, alir liur maupun intraselular lambung. Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Diagnosa infeksi Helicobacter pylori Diagnosa infeksi Helicobacter pylori kadang-kadang sulit. Dalam mengidentifikasi H.pylori dikenal beberapa metode. Metode konvensional dalam mendiagnosa Helicobacter pylori dapat menggunakan beberapa cara, baik teknik invasif maupun non-invasif. Yang termasuk pemeriksaan invasif yaitu pemeriksaan endoskopik, biopsi untuk pemeriksaan histopatologi, kultur, Rapid Urease Tests , dengan metode molekuler yaitu Polymerase Chain Reaction PCR DNA, test cairan lambung, kadar urea amonium dan IgA. Pemeriksaan non-invasif, yaitu Urea Breath Test UBT, H.pylori stool antigen HpSA dan serologi IgG, IgA, PCR air liur, Serum C-bicarbonate dan Ekskresi urin NH 4 . tidak digunakan dalam klinis Teknik invasif Endoskopi. Endoskopi banyak dipergunakan untuk mengidentifikasi lesi lambung yang spesifik seperti tukak atau neoplasma. Gambaran makroskopis endoskopi tidak spesifik untuk mendiagnosa gastritis kronik atau infeksi H.pylori , kecuali pada anak-anak bila dijumpai gambaran berupa nodular pada mukosa antrum yang sangat spesifik untuk H.pylori , gambaran lesi ini jarang ditemukan pada orang dewasa. Sejak infeksi Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. H.pylori sering terdeteksi pada mukosa yang secara makroskopisnya normal, maka dibuat kriteria endoskopi oleh “ World Congress of Gastroenterology ” di Sydney dengan batasan nilai dan hubungannya dengan penemuan histopatologi. 25 Kultur. Pemeriksaan kultur merupakan baku emas Gold standard untuk berbagai penyakit infeksi, kecuali dalam diagnosa rutin infeksi H.pylori . 29 Pengisolasian H.pylori untuk kultur adalah teknik diagnosa berharga; jumlah bakteri yang sedikit dalam sediaan biopsi sudah dapat menghasilkan kultur positif. Untuk mencapai hasil optimal dibutuhkan ketelitian dalam persiapan dan transport sediaan tidak boleh kering. Media transport khusus contoh: brain-heart infusion broth diperlukan, dan disimpan pada suhu 4-7 o C, sediaan dipindah ke medium kultur dalam waktu beberapa jam. Hasil kultur positif setelah 3-5 hari. Pada umumnya pertumbuhan H.pylori di dalam media cair digunakan untuk mempelajari fisiologi bakteri. Penyimpanan H.pylori untuk jangka lama dibutuhkan media brain-heart infusion broth 10-20 glycerol, disimpan pada suhu - 70 - -80 o C. Walaupun kultur mempunyai spesifisitas 100, namun hanya didapat pada pusat laboratorium mikrobiologi. Sensitifitas teknik hampir 90 tergantung pada pemilihan isolasi, transport dan pertumbuhan bakteri. Dalam praktek, kultur dipergunakan untuk menguji sensitifitas antibiotika. Deteksi rutin H.pylori lebih mudah dengan pemeriksaan histologi dan Rapid Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Urease test yang merupakan diagnosa sederhana dan akurat. Kultur bakteri hanya digunakan untuk mempelajari virulensi dan gambaran kolonisasi dari berbagai strain H.pylori dan hubungannya dengan berbagai kelainan gastroduodenum. 25,26,29,33 Biopsi. Biopsi jaringan lambung dilakukan pada saat gastroduodenoskopi. Sediaan biopsi diambil dari antrum lambung. Biopsi selain untuk menentukan ada atau tidaknya gastritis, dapat juga digunakan untuk melihat proses peradangan yang disebabkan H.pylori . Untuk mengidentifikasi H.pylori dari sediaan jaringan biopsi dilakukan pemeriksaan histopatologi, kultur maupun “ Rapid Urease Test ”. 1,25,30,32 Persiapan biopsi . Faktor resiko yang sering terjadi pada biopsi adalah perforasi dan perdarahan. Pengambilan sediaan biopsi dianjurkan mencakup mukosa lambung dan bagian superfisial muskularis mukosa. Pada atrofi, biopsi seperti ini sulit, walaupun kadang berhasil juga dilakukan. Tindakan biopsi mukosa lambung paling sedikit dilakukan pada 2 tempat yang berbeda. H.pylori paling sering terdapat pada antrum, namun kemungkinan besar untuk mengidentifikasi juga dibutuhkan biopsi pada korpus. Sebab setelah diberi pengobatan, terutama dengan ” proton pump inhibitors ”, organisme dapat dibersihkan dari antrum namun mungkin masih menetap dalam jumlah sedikit di korpus. Jadi diharuskan membiopsi dari kedua tempat yaitu antrum dan korpus, untuk penilaian yang akurat Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. dari gastritis. Antrum dan korpus mempunyai fungsi dan abnormalitas yang berbeda dalam mempengaruhi resiko perkembangan penyakit tukak peptik dan keganasan. Menurut Bayerdorffer dkk. , 1. Untuk mencapai sensitifitas yang optimal , dianjurkan pengambilan biopsi paling sedikit pada 5 tempat, namun kadang biopsi yang dilakukan pada 2 daerah berbeda sudah memberi hasil adekuat. Klasifikasi gastritis berdasarkan sistem Sydney , dianjurkan pengambilan 2 biopsi pada antrum dan 2 biopsi dari korpus. Pada biopsi antrum, 1 dari dinding anterior dan 1 dari dinding posterior, dengan masing-masing jarak paling sedikit 2cm dari pyloro- duodenal junction . Biopsi mid-korpus diambil dari dinding anterior dan posterior. Daerah kardia dan insisura merupakan 2 tempat yang kadang- kadang dianjurkan, namun teknik endoskopi pada daerah kardia sulit dilaksanakan., tetapi bila berhubungan dengan kolonisasi H.pylori maka daerah ini biasanya sering dibiopsi. 2. Orientasi biopsi agar sediaan biopsi dapat dipotong secara tegak lurus terhadap permukaan mukosa. 1,5,25,30,32 Histopatologi. Identifikasi H.pylori pada pemeriksaan histopatologi biopsi dan hubungannya dengan kelainan patologi mukosa lambung merupakan penanganan yang integral bagi pasien dengan gejala gastrointestinal bagian atas. Standard pewarnaan histologi untuk menegakkan diagnosa biopsi lambung adalah pewarnaan Haematoxylin dan Eosin HE serta Giemsa . Pewarnaan Giemsa merupakan metode yang murah dan lebih Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. konsisten, H.pylori terwarnai biru keunguan dengan latar belakang biru terang. Dengan alasan bahwa pemeriksaan Giemsa yang dimodifikasi merupakan suatu metode yang cepat dan sederhana, maka teknik ini dipilih dalam praktek klinik rutin. Warren dan Marshall menganjurkan melakukan pemeriksaan dengan pewarnaan khusus Warthin-Starry silver impregnation bila ditemukan H.pylori. Menurut Potter dkk., dengan pewarnaan Giemsa dapat diidentifiksasi sebanyak 94 kultur yang positif dibandingkan dengan pewarnaan Warthin-Starry hanya 79. Pewarnaan lain yang digunakan untuk mengidentifikasi H.pylori yaitu Cresyl fast violet , pewarnaan Gimenez , acridine orange dan sebagainya. Pemeriksaan mikroskop elektron juga dapat memperlihatkan sejumlah bentuk morfologi H.pylori pada mukosa lambung, ini digunakan bila mempelajari patogenesis infeksi organisme ini. Namun teknik ini tidak menambah keakuratan diagnosa histopatologi. Teknik imunohistokimia yang berdasarkan antibodi monoklonal meningkatkan spesifisitas histologi bila dibandingkan dengan metode morfologi lainnya. Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dengan menggunakan metode pewarnaan Gram yang dimodifikasi memberi diagnosa yang cepat bila dilakukan pada bahan biopsi yang segar. Metode ini mempunyai sensitifitas 88-95 dan spesifisitas hampir 100. Pemeriksaan mikroskopi dengan zat kontras adalah metode lainnya, yang langsung dilihat tanpa menggunakan pewarnaan. 1,2,25,26,29,30,32 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Rapid Urease Tests . Prinsip pengujian ini berdasarkan aktifitas urease H.pylori dan ekologi lokasinya di mukosa lambung, yang melindungi bakteri ini terhadap kompetisi dengan bakteri lain. Aktifitas bakteri pada sediaan biopsi terdeteksi dengan peningkatan pH yang dihasilkan oleh ion amonia. Amonia merupakan hasil hidrolisis urea dengan reaksi sbb.: Urea + H 2 O å Amonia + CO 2 . Peningkatan pH menimbulkan perubahan indikator merah phenol pada media kultur dari warna kuning menjadi merah jambu atau merah. Metode ini berdasarkan Christensen’s 24 Urea broth namun dijumpai beberapa keragaman. Formulasi urease test beragam berdasarkan volume broth atau agar, konsentrasi urea dan phenol, serta pH dan suhu inkubasi optimum pada 45 o C. Perubahan warna mengindikasikan infeksi H.pylori sesuai dengan test yang digunakan CLO, Delta West; HUT, Astra dalam 30 menit pada sebagian besar pasien dengan H.pylori yang positif. Sebagian penulis melaporkan hasil didapat dalam 1 menit. Sensitifitas pemeriksaan ini berkisar 86-98 dengan spesifisitas 95-100. Beberapa jenis obat anti-aktifitas urease memberi hasil test negatif palsu. H.pylori tidak dapat terdeteksi bila dilakukan kurang dari 4minggu setelah pemberian terapi. Bila pemeriksaan eradikasi dengan menggunakan urease dan histopatologi, biopsi diambil dari daerah antrum dan korpus lambung. Aktifitas urease dalam lambung dapat diketahui dari sediaan aspirasi cairan lambung dengan mengukur konsentrasi ammonium. Keakuratan metode ini dapat digunakan untuk menentukan Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. perbandingan konsentrasi urea dengan amonium. Elektoda Amonia sensitif terhadap deteksi urease cepat, akhir-akhir ini pemeriksaan tersebut mengindikasikan keakuratan yang tinggi. 25,26,30,33 Teknik Non-invasif Urea breath test UBT UBT merupakan hidrolisis urea terlabel 13 C atau 14 C oleh urease H.pylori . Urea yang terlabel didapat melalui mulut dan pada lambung terinfeksi 13 C atau 14 C yang diubah menjadi CO 2 , terlarut dalam cairan lambung, diserap dari lambung masuk ke aliran darah dan diekspirasi melalui pernafasan. Analisa dari sejumlah CO 2 yang terlabel 13 C atau 14 C mengindikasikan berapa banyak urea yang terhidrolisis oleh H.pylori . Beberapa penulis menggunakan urea terlabel 14 C sebagai pengganti UBT karena kost yang rendah dan mudah didapat; sementara 13 C yang merupakan isotop “cold” radioaktif. Akhir-akhir ini, UBT 13 C merupakan metode pilihan karena aman dan penerapannya tidak terbatas, terutama pada anak-anak. Sedangkan UBT 14 C lebih mahal. UBT 13 C telah menjadi standard dalam European working party . Sensitifitas UBT 13 C 90-98 dengan spesifisitas 95. 25,26,30 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008. Serologi . Infeksi H.pylori merangsang respons imun lokal yang kuat pada mukosa dan sistemik. Respons imun lokal mukosa lambung yang menonjol adalah IgA, sedangkan antibodi di dalam sirkulasi adalah IgG IgG 1 , IgG 2 dan IgG 4 . Peningkatan kadar IgA dalam darah sistemik mengindikasikan gastritis kronik aktif yang berat. Peningkatan antibodi IgA tanpa disertai IgG jarang. Antibodi IgM dapat terdeteksi secara singkat setelah terpapar infeksi H.pylori akut. Teknik serologi didasari hemaglutinasi, aglutinasi bakteri, fiksasi komplemen dan imunofluoresens tidak langsung. Metode ini sekarang jarang digunakan sejak diperkenalkan metode ELISAs karena diagnosa lebih cepat, sederhana dan nilai akurasi diagnosa tinggi. Test ELISA lanjutan terutama IgG melebihi teknik serologi dalam menentukan jumlah titer antibodi. 25,26,33 Test Molekuler. PCR Polymerase Chain Reaction mampu mengisolasi dan mereplikasi DNA H.pylori dalam bahan biologi. Pemeriksaan ini berdasarkan teknik biologi molekuler, sangat sensitif, tidak memerlukan organisme hidup untuk mendeteksi infeksi namun hanya fragmen bagian organisme. Teknik ini telah digunakan untuk meneliti berbagai genetik strain H.pylori yang berbeda. Teknik PCR dapat diterapkan untuk biopsi lambung, air liur dan sediaan cairan lambung serta feses. 25,26,30,33 Betty : Tampilan Imunohistokimia COX-2 pada Lesi Gastritis, Pre-Kanker dan Kanker Lambung. USU e-Repository © 2008.

2.3. Gastritis Akut