menjelang usia lanjut. Peneliti berasumsi keadaan ini tidak dikeluhkan secara serius karena masih dianggap tabu atau mungkin masih merasa malu untuk
diketahui orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya pengetahuan responden tentang masalah seksual yang akan dihadapinya menjelang usia lanjut.
Keluhan yang dialami tiap-tiap wanita juga berbeda-beda dan menurut Peyer 1991 dalam Hanafiah 1999 bahwa keluhan-keluhan pada masa
klimakterium berkaitan erat dengan budaya dan gizi.
5.1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan pada 210 responden di kota Pematangsiantar yang mengalami keluhan klimakterik, tabel 4.4 dan tabel 4.5,
yang memanfaatkan pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan yang dialaminya hanya sebanyak 86 orang 44,3 sedangkan sebanyak 108 orang
55,7 mengatasi sendiri keluhan yang dialaminya. Sarana pelayanan yang banyak dikunjungi oleh responden adalah praktek
bidan, sebanyak 26 orang 30,2 diikuti dengan Puskesmas sebanyak 24 orang 27,9 , sarana ini menjadi sarana yang diminati mungkin dikarenakan oleh
lokasi dan kemudahan menjangkaunya serta biaya yang relative murah. Sarana pelayanan dengan urutan ketiga yang dikunjungi adalah rumah sakit 15,1 , hal
ini dimungkinkan karena mekanisme rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas terutama bagi para pengguna asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Jasa asuransi yang digunakan oleh responden yang mengalami keluhan klimakterik ada sebanyak 33 responden 38,4 sedang sebanyak 53 responden
61,6 tidak menggunakannya. Responden yang memanfaatkan jasa asuransi ditinjau dari status pekerjaan ibu, hanya sebanyak 27 responden 38,6 yang
memanfaatkannya. Sarana pelayanan kesehatan berikutnya yang dikunjungi oleh responden
adalah praktek dokter umum ada sebanyak 12 orang 14 diikuti dengan sarana praktek dokter spesialis syaraf, penyakit dalam dan obgyn dan spesialis penyakit
jantung sebesar 2,3 . Penggunaan sarana praktek dokter spesialis digunakan oleh ibu yang mengeluhkan gejala klimakterik ketika mereka merasakan keluhan yang
sangat mengganggu seperti jantung berdebar-debar, gangguan pada lambung dan rasa sakit pada pinggang. Keadaan yang dinilai ibu serius dan dapat mengganggu
aktivitasnya sehari-hari sehingga harus segera diatasi dengan pergi ke pelayanan spesialis guna mendapatkan penanggulangan sehubungan dengan keluhannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Lewin 1954 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 yang mengatakan bahwa individu bertindak melawan atau
mengobati penyakitnya, melibatkan empat variable kunci di dalam tindakan tersebut yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan
yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan
tersebut.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Jenis pelayanan yang didapat ketika responden pergi ke pelayanan kesehatan seperti pada tabel 4.8, jenis pelayanan yang terbanyak diberikan adalah
pengobatan 86,7, diikuti dengan pengukuran tekanan darah 88,9 , penimbangan berat badan 51,1 , pemeriksaan laboratorium 24,4 ,
pemeriksaan ECG 0,6 dan foto rongen serta USG masing-masing sebanyak 0,1 . Keadaan jenis pelayanan ini menunjukkan bahwa pelayanan yang
diberikan masih hanya sebatas prosedur pemeriksaan fisik dan pengobatan yang dilakukan secara umum saja, padahal responden ingin mendapatkan penjelasan
tentang apa sebenarnya yang sedang dia rasakan atau dihadapi. Jenis pemeriksaan yang diinginkan oleh responden untuk dapat mencegah
efek jangka panjang setelah menopause tabel 4.8 adalah pemeriksaan papsmear dan pemeriksaan laboratorium masing-masing ada sebanyak 38,9
menginginkannya diikuti dengan pemeriksaan massa tulang sebesar 22,2 , pemeriksaan jantung dan rheumatic masing-masing 0,2 .
Pemeriksaan papsmear sebaiknya dilakukan ketika ibu sudah berada pada usia 35 tahun ke atas dan pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara rutin untuk
dapat mendeteksi keganasan pada organ reproduksi secara dini begitu juga halnya dengan pemeiksaan laboratorium yang meliputi darah lengkap, ginjal dan hati
merupakan suatu pemeriksaan umum yang sewaktu-waktu dapat dilakukan. Berbeda halnya dengan pemeriksaan massa tulang densitometer yang
sebenarnya jauh lebih penting dilakukan pada wanita yang mempunyai faktor risiko osteoporosis oleh karena pasca menopause. Jenis pemeriksaan ini sangat
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
penting disosialisasikan pada wanita yang berisiko untuk dapat menekan prevalensi kejadian osteoporosis yang banyak menyerang wanita pascamenopause
Said, 2004. Responden yang pergi ke sarana pelayanan kesehatan tabel 4.10 yang
terbanyak adalah oleh karena kemauan sendiri 60,5 , karena saran keluarga anak, suami, saudara ada sebesar 24,4 dan saran teman , tetangga ada
sebesar 15,1 . Adanya kesadaran responden untuk pergi berobat atas kemauan sendiri,
merupakan hal yang positif untuk mewujudkan peningkatan kesehatan wanita, pada penelitian ini diperoleh data bahwa yang mempunyai kemauan sendiri untuk
berobat adalah mayoritas pekerja 45 orang atau 64,3, hal ini menunjukkan bahwa wanita telah menyadari pentingnya kesehatan dan rasa tanggung jawab
moral atas pekerjaannya. Dukungan dari keluarga anak, suami, saudara diharapkan menjadi faktor
yang lebih dominan dalam menyarankan responden untuk pergi berobat sebab status perkawinan dikaitkan dengan adanya perhatian dan dukungan yang didapat
dari masing-masing pasangannya. Alasan responden tidak ke pelayanan kesehatan sehubungan dengan
keluhan klimakterium yang dialaminya tabel 4.12 mayoritas alasannya adalah bahwa keluhan tersebut dapat diatasi sendiri 46,3 , ibu mengatasi keluhannya
dengan membeli obat di warung, meminum jamu, pergi ke tukang urut, alasan berikutnya adalah tidak mempunyai dana 31,5 , takut makan obat 8,3 ,
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
kelengkapan alat pemeriksaan 7,4 dan jarak tempuh ke fasilitas kesehatan 0,5.
Berbagai alasan yang dikemukan oleh 108 responden yang mengalami keluhan klimakterium dan tidak pergi ke pelayanan kesehatan untuk
mengatasinya, dapat menunjukkan secara tidak langsung bahwa mereka tidak mengalami keluhan klimakterium secara serius dan mengganggu bahkan dapat
mengatasi sendiri keluhannya sehingga tidak membutuhkan pelayanan kesehatan . Andersen dalam Notoadmodjo 2003 menyatakan bahwa keadaan status
kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan. Faktor
predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan.
Tidak semua wanita mengalami keluhan klimakterium yang berarti, diduga faktor sosial kultural ikut berperan terhadap munculnya gejala-gejala menopause,
pada masyarakat Asia umumnya gejala klimakterium tidak banyak dikeluhkan karena secara kultural orang-orang yang menjadi lanjut usia justru mendapatkan
kedudukan sosial yang terhormat dan aktivitas wanita juga dapat menekan pemunculan gejala tersebut Irawati, 2002.
Keadaan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Reitz 1993 dalam Azhar 2004 bahwa sekitar 16 dari wanita sama sekali tidak mengalami
keluhan berarti, fase ini dapat dilalui dengan tenang tanpa tanda dan gejala yang mengganggu dan 10 yang memasuki masa ini dengan keluhan yang serius.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
5.1.5 Aspek Pengetahuan