Status Obstetri Ginekologi Karakteristik Responden

menopause adalah akhir dari segalanya dengan berbagai alasan seperti tidak ingin disebut tua, tidak menarik lagi dan bahkan merasa tidak dapat membahagiakan pasangannya lagi. Masa menopause hanyalah sebuah titik awal lintasan perjalanan yang pasti dialami oleh semua wanita menuju perjalanan menjadi tua, dengan mengalami berbagai proses perubahan pada sistem reproduksi dan endokrin, perubahan ini akan dapat dilalui dengan baik tanpa gangguan yang berarti bila seorang wanita mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang dimunculkannya.

5.1.2. Status Obstetri Ginekologi

5.1.2.1. Usia Menars, hasil penelitian yang dilakukan pada responden berdasarkan usia pertama kali menstruasi menarchea, seperti pada tabel 4.2, usia menars merupakan suatu informasi yang sangat penting di dalam mengidentifikasi usia menopause karena perubahan hormonal yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Banyak faktor lain yang diduga berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan usia menopause. Wiknyosastro 1997, mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti ras, genetik dan usia menars diyakini berkaitan erat dengan usia menopause. Menurut Azhar 2004, wanita yang mendapatkan menars pada usia lebih muda akan lebih berpeluang untuk menopause pada usia lebih lanjut, dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa wanita yang mendapatkan menars pada usia 13 tahun atau kurang, memasuki masa menopause setelah usia lanjut Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009 yaitu di atas usia 48 tahun sedang yang mendapatkan menars setelah usia 13 tahun atau lebih, memasuki masa menopause lebih dini yaitu sebelum usia 48 tahun. 5.1.2.2. Riwayat Obstetri, hasil penelitian pada responden berdasarkan riwayat hamil, riwayat abortus dan paritas jumlah anak yang pernah dilahirkan, seperti pada tabel 4.2, Wiknyosastro 1997 mengemukakan bahwa faktor makanan yang dikonsumsi, status gizi, berat badan, paritas, penggunaan kontrasepsi, penyakit yang pernah di derita, obat-obatan hormonal, geografi dan musim, status perkawinan, sosiokultural, merokok dan aktivitas seksual dapat juga mempengaruhi usia menopause. Penelitian Velde et al 1998 mengemukakan bahwa wanita yang belum pernah melahirkan nulliparous mempunyai usia menopause lebih awal bila dibandingkan dengan wanita multiparous. Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kemuning Palembang terhadap 100 ibu yang berusia 45 – 55 tahun untuk melihat hubungan antara paritas dengan usia menopause, diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas lebih dari 5 lima berpeluang lebih besar mendapat menopause lebih dini sedang ibu dengan paritas kurang dari 6 enam mempunyai peluang mendapat menopause di atas usia 48 tahun, faktor paritas ini kemungkinan berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu yang lebih baik pada kelompok ibu dengan paritas lebih kecil Azhar, 2004. 5.1.2.3. Usia Menopause, hasil penelitian yang diperoleh pada responden berdasarkan usia menopause dan riwayat penyakit obstetrik ginekologi yang pernah dialami, seperti pada tabel 4.2, Stanford et al 1987 meneliti 983 wanita Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009 premenopause, 1091 wanita menopause bedah dan 143 wanita menopause alami menemukan bahwa usia menopause alami dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi seperti wilayah geografi, pendapatan, pendidikan dan status pernikahan. Rendahnya status sosial ekonomi, seperti diukur menurut penghasilan atau pendidikan berhubungan dengan berhentinya menstruasi lebih dini. Wanita yang tidak menikah lebih cepat menopause dibanding dengan wanita yang menikah, wanita nulliparous mengalami menopause 17,9 bulan lebih awal daripada wanita parous dan usia saat menopause berhubungan langsung dengan jumlah kelahiran hidup. 5.1.2.4. Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi, hasil penelitian pada responden dengan riwayat pemakaian kontrasepsi dan lamanya pemakaian kontrasepsi , seperti pada tabel 4.3, Wilopo 2006, mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal mengandung komponen estrogen dan progesterone yang dapat mencegah ovulasi dan mempengaruhi pertumbuhan dan pelepasan endometrium, mengentalkan lendir sehingga sulit dilalui oleh sperma serta dapat mengontrol siklus haid. Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi hormone estrogen dan progesterone dan pil hanya progesterone yang berisi hormone progesterone. Pil kontrasepsi COC = combined oral contraceptive berisi hormone estrogen dan progesterone. Keuntungannya dapat meredakan dismenorea dan menoragi, mengurangi risiko anemia, mengurangi risiko penyakit payudara jinak, meredakan Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009 gejala pramenstruasi, mengurangi risiko kehamilan ektopik, menurunkan kejadian kista ovarium, menurunkan kejadian penyakit radang panggul dan melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium Everett, 2007. Komponen estrogen dalam pil bekerja dengan menekan sekresi Follikel Stimulating Hormon FSH sehingga menghalangi muturasi follikel di ovarium. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vries 2001 menjelaskan bahwa pemakaian kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesterone dengan dosis yang tinggi 50 µg paling sedikit 3 bulan akan menekan konsentrasi FSH sehingga dapat menunda usia menopause. Keluhan klimakterium yang berkaitan dengan penurunan aktivitas ovarium yang ditandai dengan defisiensi estrogen sehingga dalam waktu jangka pendek menyebabkan timbulnya gejala klimakterium berupa gangguan vasomotorik dan keluhan somatic dan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular, osteoporosis, stroke, fraktur panggul Hanafiah, 1999; Baziad, 2003 ; Rachman et al, 2004. Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi gejala vasomotor pada wanita perimenopause serta mengurangi risiko kesehatan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup bagi wanita perimenopause, penggunaan kontrasepsi oral ini juga dapat mengurangi risiko jangka panjang terhadap kejadian kanker endometrial dan ovarium dan bahkan dapat mengatur siklus menstruasi ketika wanita mengalami ketidakteraturan siklus haid menjelang menopause Kuanitz 2001. Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009

5.1.3. Keluhan Klimakterik