biasanya meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi Inhibin akibat tidak tersedianya follikel dalam jumlah yang
cukup. Akibat rendahnya kadar estradiol, endometrium menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi Baziad, 2003.
2.1.2. Fisiologi Terjadinya Menopause
Seorang wanita memiliki 1 juta follikel primordial di ovariumnya, dimana pada masa pubertas tinggal berjumlah 300.000 – 400.000. Jumlah follikel ini akan
terus menurun selama masa reproduksi. Hanya sebanyak 300 – 400 follikel saja yang menjadi masak dan mengalami ovulasi pada masa reproduksi sedang yang
lainnya menjadi atresia sehingga akhirnya ovarium akan kehabisan follikel promordialnya Hanafiah, 1999.
Masa klimakterium dimulai dari terjadinya fluktuasi hormone reproduksi wanita, terutama estrogen yang ditandai dengan terganggunya haid. Haid menjadi
tidak teratur dan siklus-siklus anovulatoir meningkat. Fungsi ovarium terus menurun dan masa peralihan ini berlangsung sekitar lima sampai enam tahun.
Pada masa ini follikel yang masih tersisa di ovarium tidak lagi peka terhadap rangsangan hormone gonadotropin sehingga tidak lagi berkembang menjadi
masak. Dengan demikian produksi hormone estrogen makin lama makin berkurang.
Kadar estradiol pada masa pramenopause minimum sekitar 50-60 pgml dan maksimum sekitar 300 – 500 pgml maka pada masa pascamenopause hanya
sekitar 5 pgml. Progesteron pada masa pramenopause kadarnya minimum 0,5 –
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
1,0 ngml dan maksimal 10 - 20 ngml. Setelah menopause kadarnya hanya sekitar 0,5 – 1,0 ngml. Keadaan ini memberikan umpan balik pada hipotalamus dan
hipofisis, sehingga sekresi gonadotropin meningkat. Follicel Stimulating Hormone FSH meningkat lebih tinggi dari Lutainizing Hormone LH sampai 3-
4 kali normal sehingga rasio FSH atau LH lebih tinggi dari pada masa reproduksi. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk
mendiagnosis sindroma klimakteriun Baziad, 2003.
2.1.3. Sindrom Klimakterium
Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan estrogen dan progesterone sangat berkurang di dalam tubuh wanita. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya
keluhan-keluhan vasomotorik berupa hot flushes, vertigo dan keringat banyak. Keluhan konstitusional berupa jantung berdebar-debar, migraine, nyeri otot, nyeri
pinggang dan mudah tersinggung dan keluhan psikiastenik dan neurotic dapat berupa merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatic, susah tidur, merasa ketakutan,
konflik keluarga, gangguan di tempat kerja. Keluhan urogenital adalah sakit waktu bersetubuh, gangguan haid,
keputihan, gatal pada vagina, susah kencing, libido menurun, keropos tulang osteoporosis, gangguan sirkulasi Myocard Infarct, kenaikan kolesterol,
adepositas kegemukan dan gangguan metabolisme karbohidrat dapat juga terjadi Greandale, 1999.
Menurut Azhar 2004 yang mengutip pernyataan Reitz 1993 mengutarakan bahwa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh wanita yang
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
memasuki masa menopause tidaklah sama. Sekitar 16 dari wanita sama sekali tidak mengalami keluhan berarti dan 10 yang memasuki masa ini dengan
keluhan yang serius. Lebih dari 50 wanita di Negara industri maju merasakan dan mengeluh
tentang gejolak dan tanda yang timbul pada masa klimakterium. Gejala yang dirasakan lebih banyak berupa tanda-tanda vasomotor yang timbul sebagai akibat
turunnya hormon seks, terutama estrogen. Selain gejala di atas ditemukan juga gejala psikologik Lihat tabel 1.
Tabel 2.1. Gejala-gejala yang Bersifat Sementara pada Wanita Klimakterik Usia 45 – 54 Tahun
Gejala Vasomotor Gejala Psikologi
Semburan panas hot flush Keringat banyak terutama malam
Jantung berdebar palpitasi Susah tidur Insomnia
Pelupa Kurang percaya diri
Lemas Libido tidak ada
Sulit konsentrasi Sulit mengambilkeputusan
Kurang bertenaga Gampang tersinggung
Menurut Hanafiah 1999 yang mengutip pendapat ahli Flint, 1975 bahwa keluhan pada masa klimakterium berkaitan erat dengan budaya dan gizi.
Pada wanita Cina jarang dijumpai gejolak panas pada masa perimenopause, wanita Jepang menganggap menopause itu bukan peristiwa penting dan jarang
mengeluh pada masa perimenopause.Wanita Indonesia agaknya kurang mengeluh pada masa perimenopause, mungkin karena para orangtua di Indonesia mendapat
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
tempat yang terhormat dalam keluarga. Begitu juga perbedaan yang terdapat diantara mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Keluhan
mereka yang tinggal di daerah pedesaan kurang dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan.
Berat ringannya keluhan-keluhan yang dialami berbeda pada setiap wanita. Keluhan ini mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause dan
dengan meningkatnya usia keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. Berbagai keluhan yang dialami wanita berbeda satu dengan lainnya
walaupaun peristiwa menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis namun tidak semua wanita dapat beradaptasi dengan keadaan menopause tersebut.
Keluhan dan gejala klinik tersebut kurang atau tidak dihiraukan oleh sebagian besar wanita Indonesia, mereka menganggap bahwa keadaan tersebut lumrah
terjadi karena sudah tua sehingga tidak mencari pertolongan kepada dokter. Hal ini diduga dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah
karakteristik individu, berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa keluhan- keluhan yang dialami pada masa klimakterium berbeda pada tiap-tiap individu,
karena dipengaruhi oleh sosial budaya wanita tersebut Hanafiah, 1999. Keluhan vasomotorik berupa semburan panas Hot Flushes dirasakan
mulai dari daerah dada dan menjalar ke leher dan kepala. Kulit di daerah tersebut terlihat kemerahan dan mengeluarkan keringat, meskipun terasa panas, suhu
badan tetap normal. Keadaan ini akan diikuti dengan sakit kepala, perasaan kurang nyaman dan peningkatan frekuensi nadi. Lamanya semburan panas
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
berlangsung tiga menit dan dapat berfluktuasi antara beberapa detik sampai satu jam.
Keadaan ini terjadi oleh karena peningkatan pengeluaran hormone adrenalin dan neurotensin setelah ini terjadi penurunan sekresi hormone
noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperature kulit sedikit meningkat dan timbul perasaan panas . Sebagai akibat vasodilatasi dan
keluarnya keringat terjadi pengeluaran panas tubuh sehingga kadang-kadang wanita merasa kedinginan Baziad, 2003.
Hanafiah 1999, yang mengutip hasil penelitian Payer 1991 bahwa sebanyak 80 wanita Eropa dan Australia mengalami gejolak panas pada masa
perimenopause dan sekitar 20 saja wanita Asia yang mengalami. Hal ini dapat dipengaruhi oleh factor budaya dalam menanggapi rasa semburan panas sebagai
gangguan kecil saja dan yang lain merasakan sangat mengurangi kenyamanan hidupnya.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson 1990 yang dikutip oleh
Baziad 2003 adalah seperti suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis seperti mudah marah, perasaan sangat tegang. Keadaan
pikiran yang tidak menentu seperti khwatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, merasa tidak berdaya. Motivasi yaitu dorongan
untuk mencapai sesuatu seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, lari dari kenyataan, perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan sangat sensitif dan agitasi, reaksi- reaksi biologis yang tidak terkendali seperti berkeringat, gemetar, pusing,
berdebar-debar, mual, mulut kering. Keluhan psikis berupa mudah tersinggung, cepat marah dan merasa
tertekan serta perubahan fungsi kognitif berhubung dengan penurunan produksi sekresi steroid. Steroid sex sangat berperan terhadap fungsi sensorik dan kognitif
manusia Baziad, 1999. Gangguan haid sering terjadi pada klimakterium seperti oligomenorea atau
amenorea yang selalu diikuti oleh perdarahan banyak menorrhagia akibat korpus luteum yang insuffisien atau oleh karena proses ovulasi yang tidak sempurna atau
kegagalan ovulasi sehingga hormone progesterone sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran histopatologi endometrium yang hipertrofi dan atau
hyperplasia. Dengan rendahnya kadar progesterone, estrogen tidak cukup diimbangi maka estrogen yang bebas itu akan memacu pertumbuhan endometrium
secara berlebihan yang selanjutnya dapat berubah menjadi keganasan yang dikenal dengan karsinoma endometrium Hutapea, 1998.
Selain gejala efek jangka pendek diatas, banyak gejala efek jangka panjang yang dapat dialami oleh wanita menopause diantaranya adalah osteoporosis dan
perubahan-perubahan pada metabolisme lemak yang sering menjurus kepada penyakit kardiovaskular dan keadaan-keadaan ini dikategorikan pada keadaan
yang sangat berbahaya karena tidak jarang mengakibatkan kematian. Keadaan ini
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
merupakan resiko yang paling berat dialami wanita menopause dengan defisiensi estrogen jangka panjang Hutapea, 1998.
2.1.4. Terapi