BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN
TERHADAP PRODUK CACAT
A.
Upaya Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Terjadinya sengketa akibat adanya perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentu mengenai hal tertentu. Itulah pendapat orang pada umumnya jika
ditanya akan apa yang dimaksud dengan sengketa. Sengketa akan timbul apabila salah satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh pihak lain, sedangkan pihak lain
tidak merasa demikian. Menurut AZ. Nasution, S.H.
87
, sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk konsumen,
barang danatau jasa konsumen tertentu. Sedangkan Sidharta
88
menyatakan bahwa sengketa konsumen adalah sengketa berkenaan dengan pelanggaran hak-hak
konsumen. Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik keperdataan, pidana maupun tata negara.
UUPK tidak memberikan batasan yang jelas tentang apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata “sengketa konsumen” dijumpai pada beberapa
bagian dari UUPK, yaitu: 1.
Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi administrasi negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara pelaku
87
AZ.Nasution, Op.Cit., hlm. 221.
88
Shidarta, Op.Cit., hlm. 135.
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Pasal 1 Butir UUPK jo. Bab XI UUPK;
2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur
penyelesaian sengketa konsumen secara konsisten, yaitu Pasal 45 ayat 2 dan Pasal UUPK.
89
Pemahaman pengertian “sengketa konsumen” dalam kerangka UUPK dapat kita lakukan dengan menggunakan metode penafsiran:
Pertama, batasan konsumen dan pelaku usaha menurut UUPK, Berikut kutipan batasan keduanya:
“ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan” Pasal 1 Butir 2 UUPK.
“ Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik
Indonesia, baik
sendiri maupun
bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi” Pasal 1
Butir 3 UUPK. Kedua, batasan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
Pasal 1 Butir 11 UUPK mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “sengketa konsumen”, yaitu sengketa pelaku usaha dan konsumen. Pelaku usaha yang
dimaksud adalah: 1.
setiap orang atau individu; 2.
badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.
90
Selengkapnya Pasal 1 Butir 11 berbunyi: Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa
antara pelaku usaha dan konsumen. Jadi, sengketa sesama pelaku usaha adalah bukan sengketa konsumen, karena
itu ketentuan-ketentuan yang ada dalam UUPK tidak dapat digunakan untuk menyelesaikannya.
89
Yusuf Shofie, 2003, Op.Cit., hlm. 12.
90
Ibid.
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
Menurut UUPK, penyelesaian sengketa konsumen memiliki kekhasan. Karena sejak awal, para pihak yang berselisih, khususnya dari pihak konsumen,
dimungkinkan menyelesaikan sengketa itu mengikuti beberapa lingkungan peradilan, misalnya peradilan umum dan konsumen dapat memilih jalan penyelesaian di luar
pengadilan. Hal mana dipertegas oleh Pasal 45 ayat 2 UUPK tentang Penyelesaian Sengketa, yang mengatakan: Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh
melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
Dengan demikian berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat 2 UUPK dihubungkan dengan penjelasannya, maka dapat disimpulkan penyelesaian sengketa
konsumen dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut: a.
Penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa pelaku usaha dan kosumen tanpa melibatkan pengadilan atau pihak ketiga yang netral.
Penyelesaian sengketa konsumen melalui cara-cara damai tanpa mengacu pada ketentuan Pasal 1851 sampai Pasal 1864 Kitab melalui Undang-
undang Hukum Perdata. Pasal-pasal tersebut mengatur tentang pengertian, syarat-syarat dan kekuatan hukum dan mengikat perdamaian dading;
b. Penyelasaian melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen melalui
pengadilan mengacu kepada ketentuan-ketentuan peradilan umum yang berlaku;
c. Penyelesaian di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK.
91
Sebagaimana sengketa hukum pada umumnya, sengketa konsumen harus diselesaikan. Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan dengan menempuh
salah satu dari ketiga cara penyelesaian yang ditawarkan oleh Pasal 45 ayat 2
91
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 224.
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
di atas, sesuai keinginan dan kesepakatan para pihak yang bersengketa sehingga dapat menciptakan hubungan baik antara perusahaanpelaku usaha dengan konsumen.
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan Umum