Tanggung Jawab Produsen Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Produsen

Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan: 77 1 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum; 2 Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepetingan seluruh pelaku usaha; 3 Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa; 4 Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan; 5 Memadukan penyelenggarakan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang- bidang lainnya.

2. Tanggung Jawab Produsen

Menurut Natalie O`Connor; “Tanggung jawab produk, dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari kesalahan atau kesalahan barang yang merupakan tanggung jawab pelaku usaha pembuat produk tersebut”. 78 Dari pendapat yang dikemukakan Natalie di atas dapat dilihat secara umum bahwa Tanggung Jawab Produk adalah suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Tanggung jawab produk cacat berbeda dengan tanggung jawab terhadap hal-hal yang sudah dikenal selama ini. Tanggung jawab produk, barang dan jasa meletakkan beban tanggung jawab pembuktian produk itu kepada pelaku usaha pembuat produk produsen itu strict liability. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam perkara ini menjadi beban dan tanggung jawab pelaku usaha. 77 Nurmadjito, Op.Cit., hlm. 7. 78 Natalie O’Connor, Consumer Protection Under the Trade Practices Act: A Time For Change di dalam Inosentius Samsul Ed, Hukum Perlindungan Konsumen I, Jakarta: Pascasarjana FH-UI, 2001, hlm. 94. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Kerugian yang diderita oleh seorang pemakai produk yang cacat atau membahayakan, bahkan juga pemakai yang turut menjadi korban, merupakan tanggung jawab mutlak pelaku usaha pembuat produk itu sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dengan penerapan tanggung jawab mutlak produk ini, pelaku usaha pembuat produk atau yang dipersamakan dengannya, dianggap bersalah atas terjadinya kerugian pada konsumen pemakai produk, kecuali dia dapat membuktikan keadaan sebaliknya, bahwa kerugian yang terjadi tidak dapat dipersalahkan kepadanya. Pada dasarnya konsepsi tanggung jawab produk ini, secara umum tidak jauh berbeda dan konsepsi tanggung jawab sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1365 dan 1865 KUH Perdata. Perbedaannya adalah bahwa tanggung jawab produsen unuk memberikan ganti rugi diperoleh, setelah pihak yang menderita kerugian dapat membuktikan bahwa cacatnya produk tersebut serta kerugian yang timbul merupakan akibat kesalahan yang dilakukan oleh produsen. Perbedaan lainnya adalah ketentuan ini tidak secara tegas mengatur pemberian ganti rugi atau beban pembuktian kepada konsumen, melainkan kepada pihak manapun yang mempunyai hubungan hukum dengan produsen, apakah sebagai konsumen, sesama produsen, penyalur, pedagang atau instansi lain. Apa yang dimaksud dengan cacat produk? Di Indonesia cacat produk atau produk yang cacat didefinisikan sebagai berikut: “ Setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang”. 79 Dari batasannya ini dapat dilihat bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah pelaku usaha pembuat produk tersebut. Perkembangan ini dipicu oleh tujuan yang ingin dicapai dokrin ini yaitu: a. Menekan lebih rendah tingkat kecelakaan karena produk cacat tersebut. b. Menyediakan sarana hukum ganti rugi bagi korban produk cacat yang tidak dapat dihindari. Sesuatu produk dapat disebut cacat tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya karena: 1. Cacat Produk atau Manufaktur; 2. Cacat Desain; 3. Cacat Peringatan atau Cacat Instruksi. Cacat produk atau manufaktur adalah keadaan produk yang umumnya berada di bawah tingkat harapan konsumen. Atau dapat pula cacat itu demikian rupa sehingga dapat membahayakan harta benda, kesehatan tubuh atau jiwa konsumen. Cacat seperti tersebut di atas termasuk cacat desain, sebab kalau desain produk itu dipenuhi sebagaimana mestinya, tidaklah kejadian merugikan konsumen tersebut dapat terjadi. Cacat peringatan atau instruksi adalah cacat produk karena dilengkapi dengan peringatan-peringatan tertentu atau instruksi tertentu sebagaimana yang diutarakan di atas, termasuk produk cacat yang tanggung jawabnya secara tegas dibebankan pada produsen dari produk tersebut. Tetapi di samping produsen, dengan syarat-syarat tertentu, beban tanggung jawab itu dapat diletakkan di atas pundak pelaku usaha lainnya, seperti importir produk, distributor atau pedagang pengecernya. Jadi tanggung jawab produk cacat ini berbeda dari tanggung jawab pelaku usaha produk pada umumnya. Tanggung jawab produk cacat terletak pada tanggung jawab cacatnya produk berakibat pada orang-orang lain atau barang lain, sedang 79 AZ. Nasution, Op.Cit., hlm. 248. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 tanggung jawab pelaku usaha, karena perbuatan melawan hukum adalah tanggung jawab atas rusaknya atau tidak berfungsinya produk itu sendiri. 80 Hukum tentang tanggung jawab produk ini termasuk dalam perbuatan melanggar hukum tetapi diimbuhi dengan tanggung jawab mutlak strict liability, tanpa melihat apakah ada unsur kesalahan pada pihak pelaku. Dalam kondisi demikian terlihat bahwa ada gium caveat emptor konsumen bertanggung jawab telah ditinggalkan, dan kini berlaku caveat emptor pelaku usaha bertanggung jawab. Ketentuan yang mengatur hal tersebut, yaitu perbuatan-perbuatan pelaku yang berakibat menimbulkan kerugian dan atau membahayakan konsumen diatur dalam Pasal 4, 5, 7-17, 19-21 dan Pasal 24 sampai Pasal 28 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Istilah Product Liability Tanggung Jawab Produsen beru dikenal sekitar 60 tahun yang lalu dalam dunia perasuransian di Amerika Serikat, sehubungan dengan dimulainya produksi bahan makanan secara besar-besaran. Baik kalangan produsen producer and manufacture maupun penjual seller or distributor mengasuransikan barang-barangnya terhadap kemungkinan adanya resiko akibat produk-produk yang cacat atau menimbulkan kerugian terhadap konsumen. Produk secara umum diartikan sebagai barang yang secara nyata dapat dilihat, dipegang tangible goods, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Namun dalam kaitan dengan masalah tanggung jawab produsen Product liabillity produk bukan hanya berupa tangible goods tapi juga termasuk yang bersifat intangible seperti listrik, produk alami misalnya: makanan binatang peliharaan dengan jenis binatang lain, tulisan misalnya: peta penerbangan 80 Ibid., hlm. 250. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 yang diproduksi secara massal, atau perlengkapan tetap pada rumah real estate. 81 Selanjutnya, termasuk dalam pengertian produk tersebut tidak semata-mata suatu produk yang sudah jadi secara keseluruhan, tetapi juga termasuk komponen suku cadang. Berkenaan dengan masalah cacat defect dalam pengertian produk yang cacat defective product yang menyebabkan produsen harus bertanggung jawab dikenal tiga macam defect: 1. Productionmanufacturing defect, 2. Design defect dan, 3. Warning or instruction defect. Productionmanufacturing defect, yaitu apabila suatu produk dibuat tidak sesuai dengan persyaratan sehingga akibatnya produk tersebut tidak aman bagi konsumen. Design defect, yaitu apabila bahaya dari produk tersebut lebih besar daripada manfaat yang diharapkan olej konsumen biasa atau bila keuntungan dari desain produk tersebut kecil dari resikonya. Warninginstruction defect, yaitu apabila buku pedoman, buku panduan, pengemasan, etiket label, atau plakat tidak cukup memberikan peringatan tentang bahaya yang mungkin timbul dari produk tersebut atau petunjuk tentang penggunaannya yang aman. 82 Tentang pengertian product liability dapat dikemukakan sebagai berikut: 83 Menurut Hursh: product liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari produsen yang menghasilkan suatu produk atau dari irang atau badan yang bergerak dalam proses untuk menghasilkan suatu produk, atau orangbadan yang menjual produk tersebut. Perkins Coie menyatakan: Product Liability adalah tanggung jawab hukum dari produsen atau orang-orang yang terlibat dalam distribusi suatu produk kepada para pemakai produk yang terluka karena menggunakan produk tersebut. 81 H.E Saefullah, Op.Cit., hlm. 44. 82 Ibid, hlm. 46. 83 Ibid. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Konvensi mengenai penerapan hukum terhadap tanggung jawab produk Konvensi Hague, Pasal 3 menyatakan, konvensi ini berlaku pada orang-orang berikut ini: 1. Produsenpelaku usaha membuat pembuat jadi atau produk jadi atau produk komponenbagian; 2. penghasil produk alam; 3. Penyalur Produk; 4. Orang lain, termasuk orang yang memperbaiki dan orang yang bertugas di gudang, yang terkait dalam rangkaian komersial yang mempersiapkan distribusi suatu produk, tanggung jawab produk juga berlaku kepada agen atau para pekerja. Dengan demikian, yang dimaksud dengan product liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk producer, manufacture atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk processor, assembler atau orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut. Bahkan, dilihat dari konvensi tentang product liability di atas, berlakunya konvensi tersebut diperluas terhadap orangbadan yang terlibat dalam rangkain komersial tentang persiapan atau penyebaran dari produk, termasuk para pengusaha bengkel dan pergudangan. Demikian juga dengan para agen dan pekerja dari badan-badan usaha di atas. Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain konsumen, baik kerugian badaniah, kematian maupun harta benda. Jika masalah tanggung jawab produsen ini dikaitkan dengan teori prinsip tentang tanggung jawab, di mana prinsip tentang tanggung jawab ini merupakan prihal yang sangat penting dalam hukum tentang tanggung jawab. Di mana secara umum, prinsip-prinsip tenggung jawab ini dibedakan menjadi beberapa prinsip M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 tanggung jawab diantaranya: prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan liability based on fault, prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu bertanggung jawab persumption of liability, prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu tidak bertanggung jawab persumption of non liability, prinsip tanggung jawab berdasarkan tanggung jawab mutlak strict liability, dan prinsip tanggung jawab berdasarkan pembatasan tanggung jawab limitation of liability. Dari prinsip-prinsip tanggung jawab sebagaimana dikatakan di atas yang paling mendekati dengan masalah tanggung jawab produsen adalah prinsip tanggung jawab berdasarkan tanggung jawab mutlak strict liability. Prinsip tanggung jawab berdasarkan tanggung jawab mutlak ini secara khusus akan dibahas dalam pembahasan di bawah ini.

3. Tanggung Jawab Mutlak Strict Liability Principle