Tata Cara Persidangan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Produsen

2. Tata Cara Persidangan

2.1. Persidangan dengan cara konsiliasi Insiatif salah satu pihak atau para pihak membawa sengketa konsumen ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dalam hal ini hanya bersikap pasif dalam persidangan dengan cara konsiliasi sebagai pemerantara antara para pihak yang bersengketa, Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK menurut Pasal 28 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 BPSK hanya bertugas: a. Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; b. Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan; c. Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; d. Menjawab pertanyaan konsumen dan pelaku usaha, perihal peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen. 103 Menurut Pasal 29 Surat Keputusan Menperindang Nomor 350MPPKep122001, prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi ada 2 cara, yaitu: Pertama, proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak sedangkan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK bertindak pasif sebagai konsiliator. Kedua, hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 2.2. Persidangan dengan cara mediasi Cara mediasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau para pihak, sama halnya dengan cara konsiliasi. Keaktifan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sebagai pemerantara dan Penyelesaian Sengketa Konsumen 103 Pasal 28, SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 BPSK. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 PSK dengan cara mediasi, terlihat dari tugas Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, yaitu: a. Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; b. Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan; c. Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; d. Secara aktif mendamaikan konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; e. Secara aktif memberikan saran atau anjuran penyelesaian sengketa konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan konsumen. Berdasarkan Pasal 31 Surat Keputusan Menperindag Nomor 350MPPKep122001, prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara mediasi ada 2 cara, yakni: a. Proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak sedangkan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK bertindak pasif sebagai mediator. b. Kedua, hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 2.3. Persidangan dengan cara arbitrase Pada persidangan dengan cara ini, para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa yang terjadi. Proses pemilihan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK menurut Pasal 32 SK Menperindag M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Nomor 350MPPKep122001 dengan cara arbitrase dapat ditempuh melalui 2 dua tahap. 1. Para pihak memilih arbitor dari anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK; 2. Arbitor yang dipilih para pihak tersebut kemudian memilih arbitor ketiga dari anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dari unsur pemerintah sebagai Ketua Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Jadi, unsur pemerintah selalu dipilih untuk menjadi ketua Majelis. Prinsip tata cara Penyelesaian Sengketa Konsumen PSK dengan cara arbitrase, dilakukan melalui 2 dua tata cara persidangan yaitu melalui persidangan pertama dan persidangan kedua. Pertama, 1. Prinsip-prinsip pada persidangan pertama, yaitu: a. Kewajiban Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK memberikan petunjuk tentang upaya hukum bagi kedua belah pihak Pasal 33 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; b. Kewajiban Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk mendamaikan kedua belah pihak Pasal 34 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, dalam hal tercapai perdamaian, maka hasilnya wajib dibuatkan penetapan perdamaian oleh Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Pasal 35 ayat 3 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 c. Pencabutan gugatan konsumen dilakukan sebelum pelaku usaha memberikan jawaban, dituangkan dengan surat pernyataan, disertai kewajiban Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Pasal 35 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; d. Kewajiban Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para pihak asas audi et alteram partem Pasal 34 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, yaitu: 1. Kesempatan yang sama untuk mempelajari berkas yang berkaitan dengan persidangan dan membuat kutipan seperlunya Pasal 33 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; 2. Pembacaan isi gugatan konsumen dan surat jawaban pelaku usaha, jika tidak tercapai perdamaian Pasal 34 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. 2. Prinsip-prinsip pada persidangan kedua, yaitu: a. Kewajiban Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk memberikan kesempatan terakhir sampai persidangan kedua disertai kewajiban para pihak membawa alat bukti yang diperlukan, bila salah satu pihak tidak hadir pada persidangan pertama Pasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; b. Persidangan kedua dilakukan selambat-lambatnya dalam 5 lima hari kerja sejak hari persidangan pertama Pasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 c. Kewajiban Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK untuk memberitahukan persidangan kedua dengan surat panggilan kepada para pihak Pasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; d. Pengabulan gugatan konsumen, jika pelaku tidak datang pada persidangan kedua verstek, sebaliknya gugatan digugurkan, jika konsumen yang tidak datang Pasal 36 ayat 3 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Di Inggris, model penyelesaian sengketa arbitrase alternative arbitration schemes menyangkut sengketa pelaku usaha dan konsumen tidaklah selalu sebagai penyelesaian sengketa konsumen ideal ..it cannot always be said that arbitration is an ideal solution to consumer diputes. 104 Kritik tajam dikemukakan bahwa jawaban terhadap pengaduan konsumen the answer to the consumer complaint adalah klausula arbitrase dalam perjanjian konsumen. Sesuai dengan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sebagaimana dimaksud Pasal 52 huruf I Undang-Undang Pelindungan Konsumen UUPK jo Pasal 3 huruf I SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, waktu 21 dua puluh satu hari kerja ini, termasuk 10 sepuluh hari kerja yang telah dikemukakan pada butir 3c bab ini. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, isi putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK bersifat final dan mengikat 104 David Oughton dan Jhon Lowry, Textbook on consumer Law, London: Great Brittain, Blackstoone Press Ltd, 1997, hlm. 76-77. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Pasal 54 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK jo Pasal 42 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Kata “final” menurut Penjelasan Pasal 54 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK bahwa tdak ada upaya hukum banding dan kasasi atas putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Sedangkan ini putusan amar putusan dalam hal ini permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen PSK dikabulkan, antara lain berupa penjatuhan sanksi administratif maksimal Rp.200.000.000,- dua ratus juta rupiah Pasal 52 huruf m Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, Pasal 60 ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK jo. Pasal 37 ayat 5 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Dalam hal ternyata hasil Penyelesaian Sengketa Konsumen PSK dicapai melalui arbitrase, maka hasilnya dituangkan dalam bentuk putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK yang ditandatangani Ketua dan Anggota Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, di mana di dalamnya diperkenankan penjatuhan sanksi administratif Pasal 37 ayat 4 dan ayat 5 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Menurut 39 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 proses dikeluarkannya putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK hanya dilakukan dengan tahapan, yaitu Pasal 39 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001: M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 1. Didasarkan atas musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Maksimal jika hal itu telah diusahakan dengan sungguh-sungguh, ternyata tidak mencapai mufakat, maka putusan dilakukan dengan cara votingsuara terbanyak. Amar putusan BPSK menurut Pasal 40 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 hanya terbatas pada 3 tiga alternatif, yaitu: 1. Perdamaian, 2. Gugatan ditolak, atau 3. Gugatan dikabulkan. Jika gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha, dapat berupa sebagai berikut: 1. Ganti rugi atas segala kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau memanfaatkan jasa; 2. Pengembalian uang; 3. Pergantian barang danjasa yang sejenis atau setara nilainya; atau 4. Perawatan kesehatan danatau pemberian santunan Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK Pasal 12 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; 5. Sanksi administratif beruba penetapan ganti rugi maksimum Rp.200.000.000,- dua ratus juta rupiah Pasal 60 ayat 2 dan Pasal 52 huruf m Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK jo Pasal 3 huruf I, Pasal 14, dan Pasal 40 ayat 3 butir b SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK tidak mengatur dalam waktu berapa lama putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK diberitahukan kepada para pihak. Bila disepakati tidak diaturnya hal itu karena menyangkut salah satu “ketentuan teknis lebih lanjut tentang pelaksanaan tugas majelis”, maka Pasal 54 ayat 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK 105 memberi Menteri Perindustrian dan Perdagangan kewenangan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri. SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 merupakan salah satu Surat Keputusan Menteri yang dimaksud pada Pasal 54 ayat 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK. Pasal 41 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, 106 menentukan bahwa putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK diberitahukan secara tertulis kepada alamat para pihak dalam waktu paling lama 7 tujuh hari kerja sejak putusan dibacakan, namun ternyata Pasal 13 ayat 1 Menperindag Nomor 350MPPKep122001 menentukan lain, yaitu: pemberitahuan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dilakukan secara tertulis dan disampaikan ke alamat pelaku usaha dengan bukti penerimaan atau pengiriman, selambat-lambatnya dalam waktu 5 lima hari kerja terhitung sejak putusan ditetapkan. Hal itu tentu menimbulkan masalah hukum dalam praktek; tidak jelas mana yang dijadikan pegangan dalam pemberitahuan putusan Pasal 41 ayat 1 atau Pasal 105 Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK berbunyi: “Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas diatur dalam surat Keputusan Menteri”. 106 Yusuf Shopie, Op.Cit, hlm. 47. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 13 ayat 1 SK Menperindag tersebut. Apalagi dijadikan tolak ukur hari dan tanggal penandatanganan penerimaan putusan sebagai pegangan untuk menganggap pelaku usaha secara resmi telah menerima pemberitahuan putusan, 107 akan menimbulkan kesulitan dalam praktek, yaitu: jika pelaku usaha atau kuasa hukumnya tidak mau menandatangani penerimaan pemberitahuan putusan apakah dengan sikap pelaku usaha tersebut membawa konsekuensi putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK telah diberitahukan secara patut atau tidak patut. Menurut Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, pelaku usaha wajib melaksanakan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK itu dalam waktu paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak menerima putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dimaksud. Tidak terdapat penjelasan kata “menerima putusan” disitu berarti menyetujui atau sependapat dengan isi diktum putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Waktu 7 tujuh hari kerja di situ lebih terkait dengan pelaksanaan eksekusi putusan secara sukarela. 2.4. Alat Bukti dan Sistem Pembuktian Pasal 21 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, alat-alat bukti yang digunakan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, yaitu: 1. Barang danatau jasa; 2. Keterangan para pihak; 3. Keterangan saksi danatau saksi ahli; 4. Surat danatau dokumen; 5. Bukti-bukti lain yang mendukung. 107 Pasal 13 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Sistem pembuktian yang digunakan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud Pasal 19, Pasal 22 Pasal 23 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, yaitu: sistem pembuktian terbalik sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK jo Pasal 22 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Pendekatan dengan menggunakan sistem Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, maka sistem pembuktian yang digunakan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK juga sistem pembuktian terbalik. Sistem pembuktian terbalik dalam sistem hukum di Indonesia tidaklah sama sekali baru. Subekti mengemukakan bahwa persangkaan undang-undang: 108 Pada hakekatnya merupakan pembalikan beban pembuktian. Ia mencontohkan adanya 3 tiga kwitansi berturut-turut terakhir membebaskan debitur untuk membuktikan semua pembayaran angsurancicilan terdahulu, sebaliknya membebankan kewajiban kepada kreditur untuk menerima semua pembayaran tersebut. 109 Contoh yang bersifat kasuistik yang diketengahkan tersebut, dapat menjadi beban pertimbangan bagi Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK menyelesaikan Sengketa Konsumen yang diajukan kepadanya. Di dalam melakukan pemeriksaan dan penelitian sengketa konsumen Pasal 52 butir f jo Pasal 3 butir f, SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, terdapat 2 dua hal yang harus diperhatikan oleh Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, berdasarkan pasal 10 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; yaitu: 108 Alat bukti dalam perkara perdata menurut Pasal 164 HIRHerziene Indonesisch Reglement Pasal 283 RBgReglement Buitengewesten, yaitu: a bukti tulisan; b bukti dengan saksi-saksi; c persangkaan-persangkaan; d pengakuan; e sumpah. 109 Subekti, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: Badan Pembinaan Hukum Nasional dan Bina Cipta, 1982, hlm. 109. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 a. Penelitian dan pemeriksaan terhadap bukti surat, dokumen, bukti barang, hasil uji laboratorium, dan alat bukti lain yang diajukan baik oleh konsumen maupun pelaku usaha; b. Pemeriksaan terhadap konsumen, pelaku usaha, saksi, dan saksi ahli atau terhadap orang lain yang mengetahui adanya pelanggaran ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Kedua hal tersebut diperhatikan oleh Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dalam rangka menyelesaikan sengketa konsumen Pasal 11 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. 2.5.Contoh-contoh kasus produk cacat yang ditangani di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Kota Medan Kasus ditemukannya produk cacat berupa penjualan barang yang berbentuk Roti KacangTausan Besar di Buana Plaza Aksara, Medan. Kejadian itu ditemukan pada tanggal 25 Maret 2009, di mana Pihak I PertamaKonsumen dalam hal ini, Priadi Siahaan, Umur 27 Tahun, Pekerjaan pegawai swasta, Bertempat tinggal di Jl. Taduan Gg. Kabu-kabu No. 3 Medan, mengalami sakit perut dan mual-mual setelah mengkonsumsi roti kacang yang bermerek tausan besar tersebut dan menyebabkan Pihak I PertamaKonsumen tersebut mengalami kerugian materi maupun fisik yang menyebabkan Pihak I PertamaKonsumen itu tidak dapat beraktivitastidak kerja selama 2 dua hari. Ternyata setelah dilihat lebih lanjut terhadap roti tersebut, terdapat jamur. Padahal roti tersebut belum mengalami masa kadaluwarsa expired dan masih bisa dikonsumsi sampai tanggal 30 Mei 2009. Atas kejadian ini, Pihak I M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 PertamaKonsumen tersebut mengadukan kejadian tersebut ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Kota Medan dengan Formulir Pengaduan Konsumen Nomor 12P3KIII2009. Atas kejadian tersebut Pihak I PertamaKonsumen mengajukan jenis tuntutan ganti rugi yang diinginkan kepada Pihak II KeduaPelaku Usaha dalam hal ini Arie Dharmansyah, Jabatan Pimpinan PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA Tbk, Beralamat di Gedung Buana Plaza Jl. Aksara Medan. antara lain: Penggantian barangjasa yang sejenis atau setara lainnya, Perawatan kesehatan, Teguran kepada pelaku usaha, Moril, dll. Atas pengajuan tuntutan tersebut Pihak II KeduaPelaku Usaha mengambil langkah-langkah untuk bersepakat mengadakan perdamaian dengan Pihak I PertamaKonsumen pada tanggal 16 April 2009, dengan perincian sebagai berikut: 1 Pihak I Konsumen bersedia berdamai dalam pengaduannya No. 12PenBPSK-MDN2009 yang didaftarkan oleh Pihak I tertanggal 31 Maret 2009 pada Sekretariat BPSK Kota Medan Jalan Jend. A. Haris Nasution No. 17 Medan, prihal penjualan barang yang berbentuk Roti KacangTausan Besar yang dilakukan oleh pihak Pelaku Usaha. 2 Bahwa, pihak II dalam hal ini sebagai Pelaku Usaha bersedia: Memberikan kompensasi atas tuntutan konsumen yaitu mengganti biaya pembelian roti, biaya perobatan dan biaya pengganti tidak masuk kerja selama 2 hari sehingga berjumlah Rp. 471.000 empat ratus tujuh puluh satu ribu rupiah. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008

3. Ketentuan Proses Beracara di Peradilan Perdata