Kerangka Teori Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Produsen

kebenarannya secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Sebagai konsekuensi hukum dari pelanggaran yang diberikan oleh undang- undang tentang perlindungan konsumen dan sifat perdata dari hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen maka setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikan serta menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen. 8 Harkristuti Harkrisnowo membedakan berbagai perilaku yang merugikan konsumen yaitu merupakan perbuatan yang melawan hukum sebagai kasus perdata dan tindak pidana. Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan akses dan kemudahan bagi hak-hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dan sejumlah tuntutan yang menyangkut kepentingan konsumen dengan dirumuskan sistem pertanggungjawaban pelaku usaha product liability. 9 Oleh karena itu kualifikasi gugatan yang lazim digunakan secara konvensional didasarkan atas adanya dalil wanprestasi default dan perbuatan melawan hukum tortfault. 8 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 3. 9 Harkristuti Harkrisnowo, Perlindungan Konsumen dalam Kerangka Sistem Peradilan di Indonesia, Jakarta: Lokakarya Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Indonesia dengan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1996, hlm. 6. M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut: a. Kesalahan liability based on fault. b. Praduga selalu bertanggung jawab presumption of liability. c. Praduga selalu tidak bertanggung jawab presumption of non liability. d. Tanggung jawab mutlak stricht liability. e. Pembatasan tanggung jawab limitation liability. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1365, 1366 dan 1337 KUH Perdata, prinsip ini dipegang teguh. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukan. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, adanya unsur kesalahan mengharuskan terpenuhinya 4 empat unsur pokok, yaitu: a. Adanya perbuatan. b. Adanya unsur kesalahan. c. Adanya kerugian yang diderita. d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. Secara common sense, asas tanggung jawab ini didapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008 yang diderita orang lain. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab presumption of liability principle sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah, dengan demikian beban pembuktian ada pada si penggugat. 10 Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab adalah kebalikan dari prinsip di atas. Prinsip Praduga selalu tidak bertanggung jawab presumption of non liability hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Contoh dari penerapan prinsip adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabinbagasi tangan yang biasanya di bawah dan diawasi oleh si penumpang konsumen adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawaban. Prinsip tanggung jawab mutlak stricht liability sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut absolute liability. Prinsip ini adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk bertanggung, misalnya kondisi force majeure. Sebaiknya prinsip tanggung jawab absolut adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian.

2. Kerangka Konsepsi