C. Tanggung Jawab Produsen terhadap Produk Cacat dengan Perspektif
Hukum Perlindungan Konsumen
1. Peraturan Mengenai Produk
Walaupun tergolong doktrin baru, namun pengaturan mengenai produk cacat telah lahir dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khusus mengenai cacat
tersembunyi. Pengaturan mengenai pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh adanya cacat, khususnya cacat tersembunyi terdapat pada Pasal 1504
KUH Perdata, di mana pada Pasal tersebut mewajibkan penjual untuk menanggung kerugian yang ditimbulkan karena penggunaan produk yang dijualnya.
Menurut Pasal tersebut, faktor utama yang menentukan suatu cacat pada produk merupakan cacat tersembunyi adalah seandainya seorang pembeli mengetahui
adanya cacat tersebut, maka pembeli tersebut akan batal membeli barang tersebut, atau sekurang-kurangnya meminta pengurangan harga barang. Pertanggungjawaban
yang demikian ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang dibebankan kepada penjual dalam timbulnya kerugian yang disebabkan oleh digunakannya produk cacat
tersebut. Ganti kerugian yang diberikan hanya sebatas kerugian yang disebabkan oleh adanya cacat tersembunyi, dan bukan cacat yang memang kelihatan oleh si pembeli
Pasal 1505 KUH Perdata Mengenai ganti kerugian terhadap cacat tersembunyi dapat diperoleh konsumen dengan cara mengembalikan barangnya dengan menuntut
pengembalian harga pembelian barang tersebut atau tetap memiliki barang dengan menuntut pengembalian sebagian harga pembelian Pasal 1507 KUH Perdata.
Apabila penjual telah mengetahui mengenai cacat barang tersebut, maka produsen
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
diwajibkan mengembalikan harga pembelian yang telah diterimanya serta diwajibkan mengganti segala biaya, kerugian dan bunga kepada pembelian Pasal 1508 KUH
Perdata. Undang-Undang Perlindungan Konsumen sendiri juga mengatur mengenai
ganti kerugian terhadap produk cacat. Adanya produk cacat merupakan tanggung jawab pelaku usaha serta termasuk dalam perbuatan melanggar hukum yang disertai
dengan unsur tanggung jawab yang mutlak. Dalam UUPK diatur mengenai perbuatan-perbuatan yang berakibat menimbulkan kerugian dan atau membahayakan
konsumen yang diatur dalam Pasal 4, 5, 7 sampai dengan Pasal 17, Pasal 19 sampai dengan Pasal 21 dan Pasal 24 sampai dengan Pasal 28.
Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen: 1.
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 2.
Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian ganti dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah
tanggal transaksi.
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai unsur kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah mengatur mengenai produk cacat dengan beban pembuktian diserahkan kepada pelaku usaha, dengan demikian
maka konsumen dilindungi hanya untuk mendapatkan yang terbaik, prestasi berupa produk dengan kontraprestasi harga yang harus dibayarkan atas produk tersebut.
Namun, selalu menjadi pertanyaan, bagaimanakah penegakan hukum UUPK ini? Guidelines for Consumer Protection of 1985, yang dikeluarkan oleh Persatuan
Bangsa-Bangsa PBB menyatakan: “konsumen di manapun mereka berada, dari segala bangsa, mempunyai hak-hak dasar sosialnya”. Yang dimaksud hak-hak dasar
tersebut adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar dan jujur; Hak untuk mendapatkan ganti rugi; hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar manusia
cukup pangan dan papan; hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan; dan hak untuk mendapatkan pendidikan
dasar. PBB menghimbau seluruh anggotanya untuk memberlakukan hak-hak konsumen tersebut di negaranya masing-masing.
Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia, seperti juga yang dialami konsumen di negara-negara berkembang lainnya, tidak hanya sekedar bagaimana
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yaitu menyangkut pada penyadaran semua pihak, baik itu pengusaha, pemerintah maupun konsumen sendiri
tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman dimakandigunakan, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai reasonable. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang
serta peraturan-peraturan di segala sektor yang berkaiatan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk
mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik. Konsumen harus sadar akan hak-hak yang mereka punyai sebagai seorang
konsumen sehingga dapat melakukan sosial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, maka diharapkan upaya perlindungan konsumen di Indonesia yang selama ini dianggap kurang diperhatikan bisa menjadi lebih
diperhatikan. Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan peraturan perlindungan
konsumen yang direncanakan adalah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha di dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab.
M. Masril : Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggungjawab Produsen, 2009 USU Repository © 2008
Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:
77
1 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung akses dan
informasi, serta menjamin kepastian hukum; 2
Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepetingan seluruh pelaku usaha;
3 Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
4 Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang
menipu dan menyesatkan; 5
Memadukan penyelenggarakan,
pengembangan dan
pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-
bidang lainnya.
2. Tanggung Jawab Produsen