Perlindungan Yang Diberikan Bila Debitur Mengalami Kemacetan

yang diperjanjikan, selain itu keluarga nasabah terlindung dari penyitaan harta benda, karena pihak asuransi akan membantu meringankan beban tersebut dengan melunasi sisa pinjaman yang disesuaikan dengan daftar penyusutan polis. 126 Pihak asuransi membayar kepada kreditur jika nasabahdebitur meninggal dikarenakan sakit yang berkepanjangan sesudah masa pengembalian kredit pinjaman tentu dengan cara pengembalian uang pertanggungan kepada ahli waris apabila masa kontrak yang diperjanjikan masih berlaku. 127 Bank akan menagih kepada pihak asuransi untuk dibayarkan kepada nasabah setelah dipotong kewajiban-kewajibannya nasabah tersebut. Dan apabila ada sisanya uang pertanggungan tersebut akan diserahkan kepada ahli warisnya. 128

B. Perlindungan Yang Diberikan Bila Debitur Mengalami Kemacetan

Pembayaran Atas Kredit Pemilikan Rumah KPR Bank dalam memberikan kredit tidak pernah menginginkan bahwa kredit yang diberikan akan menjadi kredit yang bermasalah, dan untuk keperluan itu pihak bank akan melakukan segala upaya preventif yang mungkin dilakukan untuk mencegah agar kredit tidak bermasalah, namun tidak mustahil pada akhirnya kredit tetap juga bermasalah, bahkan keadaan kredit itu bukan saja sekedar tidak lancar atau diragukan 126 Wawancara dengan staf administrasi pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, tanggal 3 Juli 2007. 127 Ibid. 128 Wawancara dengan staf Account Officer pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk. tanggal 27 Juli 2007. melainkan akhirnya menjadi macet. Setelah itu, bank akan melakukan upaya-upaya represif. 129 Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet. Kredit macet adalah suatu keadaan di mana seseorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut wanprestasi atau ingkar janji. 130 Upaya-upaya represif yang mula-mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Setelah upaya yang dilakukan tersebut ternyata tidak berhasil juga menyelamatkan kredit itu, maka bank akan menempuh upaya penagihan. Untuk memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong diragukan atau macet, bank melakukan tindakan penyelamatan kredit agar kredit yang semula tergolong diragukan atau macet menjadi lancar lagi. Tindakan penyelamatan kredit oleh bank dicantumkan atau dituangkan dalam akad penyelamatan kredit. Bentuk dari penyelamatan kredit tersebut dapat berupa: 1. Penyelamatan kembali rescheduling, yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran danatau jangka waktunya. 129 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal. 293. 130 Gatot Supramono, Op Cit, hal. 92. 2. Persyaratan kembali reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, danatau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit-kredit. 3. Penataan kembali restructuring, yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut: a. Penambahan dana bank danatau; b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru; danatau c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali danatau persyaratan kembali. 131 Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak mungkin terselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya-upaya penyelamatan sehingga akhirnya kredit tersebut menjadi macet, maka bank akan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah atau macet itu. Penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur danatau penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya. Walaupun bank tidak mengharapkan terjadinya kredit bermasalah, seluruh pejabat bank terutama yang berkaitan dengan perkreditan harus memiliki pandangan dan persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah tersebut. Karena itu untuk menyelesaikan kredit bermasalah perlu menggunakan pendekatan sebagai berikut: 1. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit bermasalah. 2. Bank harus mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah. 131 Rachmadi Usman, Loc Cit, hal. 293-294. 3. Penanganan kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah juga harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin. 4. Bank tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafon kredit atau tunggakan-tunggakan bunga dan mengkapitalisasi tunggakan bunga tersebut atau yang lazim dikenal dengan praktek plafondering kredit. 5. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu. 132 Lembaga jaminan hak tanggungan dalam praktek pelaksanaannya tidak terlepas dari masalah atau hambatan, baik masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan, pembebanan maupun hambatan-hambatan debitur yang wanprestasi. Dalam pemberian kredit kepada masyarakat bank selalu melakukannya dengan prinsip kehatian-hatian dan seksama melakukan penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitur serta memperhatikan asas- asas perkreditan yang sehat. Dalam kebijaksanaan perkreditan, bank harus mengatur hal-hal pokok sebagai berikut: 1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. 2. Organisasi dan manajemen perkreditan. 3. Kebijaksanaan persetujuan kredit. 4. Administrasi dan dokumen-dokumen kredit. 5. Pengawasan kredit. 6. Penyelesaian kredit. 133 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur dalam mengajukan permohonan Kredit Pemilikan Rumah KPR, antara lain: 132 Ibid, hal. 296-297. 133 Budi Utami Raharja, Op Cit, hal. 101. 1. Warga Negara Indonesia. 2. Memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak. 134 Proses pemberian kredit tidak terlepas dari perjanjian kredit dengan pengikatan jaminan khusus mengenai hak tanggungan. Dalam butir 3 penjelasan umum Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakan hak tanggungan merupakan lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat harus memiliki ciri-ciri khusus antara lain mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Dengan demikian secara teoritis eksekusi hak tanggungan dapat dilaksanakan secara tepat dan cepat, akan tetapi dalam praktek tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit bermasalah yaitu: 1. Apabila nilai jaminan tidak mencukupi untuk melunasi pinjamannya karena dana yang diperoleh debitur tersebut dipergunakan untuk keperluan untuk usaha yang lain sehingga terjadi tunggakan-tunggakan kredit yang sangat lama yang mengakibatkan kredit macet. 2. Jaminan dan aspek legal mencukupi tetapi debitur tidak kooperatif, biasanya menghadapi permasalahan seperti ini pihak bank akan mengalami kesulitan yang besar seperti memanggil debitur untuk melakukan upaya-upaya penyelamatan. Menghadapi kondisi seperti ini biasanya jalan terakhir yang ditempuh oleh bank adalah melalui pengadilan, yang sekaligus disadari bahwa jalur ini akan memakan waktu dan biaya. 135 134 Syarat yang secara umum ada pada PT. Bank Central Asia, Tbk. Dan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk. Adapun syarat-syarat khusus antara lain adalah: 1 Fotokopi KTP calon debitur dan suamiistri. 2 Fotokopi NPWP bila ada. 3 Fotokopi Kartu Keluarga. 4 Fotokopi sertifikat. 135 Budi Utami Raharja, Loc Cit, hal. 101. Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 yang berbunyi: Pasal 8 ayat 1 Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan. Pasal 8 ayat 2 Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan Pasal 8 ayat 2 dikemukakan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan ditetapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis. 2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitur. 3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan yang ditetapkan Bank Indonesia. 4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan. 5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi. 6. Penyelesaian sengketa. 136 Meskipun penutupan asuransi jiwa dalam Kredit Pemilikan Rumah KPR hanya sebagai perjanjian tambahan, akan tetapi hal ini sangatlah penting. Tujuannya adalah untuk melindungi bank dan nasabah dari risiko yang terjadi di kemudian hari. Walaupun dengan adanya asuransi jiwa asuransi jiwa kredit dari pihak asuransi, pihak bank masih tetap menagih hutang kepada debitur karena asuransi jiwa dan kerugian untuk agunan: rumah, ruko, rumahtanah, sifatnya hanya untuk mengcover semua risiko-risiko yang terjadi pada debitur risiko meninggal duniacacat total tetap dengan cara pemutihan, kerugian dikarenakan bencana alam, kebakaran, dan lain-lain. Jadi tidak ada pengaruh antara bank dengan pihak asuransi apabila terjadi macet bayarnasabah tidak membayar hutangnya. 137 136 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenata Media, Jakarta, 2005, hal. 58-59. 137 Wawancara dengan Staf Dokumentasi Kredit pada PT. Bank Central Asia, Tbk., tanggal 5 Juli 2007.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA AHLI WARIS