BAB III PERLINDUNGAN PIHAK PENANGGUNG KEPADA
PIHAK KREDITUR
A. Perlindungan Yang Diberikan Bila Debitur Meninggal Dalam Jangka Waktu
Kredit Pemilikan Rumah KPR
Asuransi terjadi sejak tercapai kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, kemudian kesepakatan tersebut dibuat dalam bentuk akta yang disebut
polis. Sejak tercapai kesepakatan itu, tertanggung berkewajiban membayar premi dan penanggung menerima pengalihan risiko. Dengan kata lain, premi dibayar oleh
tertanggung, risiko atas benda beralih kepada penanggung. Apabila terjadi evenemen peristiwa tidak pasti yang mengakibatkan kerugian, penanggung akan membayar
ganti kerugian kepada tertanggung.
110
Evenemen adalah istilah yang diadopsi dari bahasa Belanda evenement, yang berarti peristiwa tidak pasti, bahasa Inggrisnya fortuitous event. Evenemen atau
peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan, tidak dapat dipastikan terjadi dan tidak diharapkan akan terjadi. Walaupun peristiwa itu sudah
pasti terjadi misalnya matinya orang, saat terjadinya itupun tidak dapat diketahui atau tidak dapat dipastikan. Jadi, sulitlah meramalkan terjadinya peristiwa itu. Bahkan
menurut pengalaman manusia normal pun sulit untuk memastikan terjadinya. Demikian juga, tidak seorang manusia normal pun mengharapkan terjadi peristiwa itu
110
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 113.
karena seorang manusia normal menyadari betul seandainya peristiwa itu terjadi pasti menimbulkan kerugian.
111
Jika peristiwa itu sudah diketahui sebelumnya bahwa itu pasti terjadi, atau sudah diketahui saat terjadinya tidak akan ada artinya bagi asuransi, sebab tidak akan
ada orang yang mau memikul risiko demikian itu. Kendatipun terjadi juga asuransi, maka asuransi itu batal Pasal 251 KUHD. Dengan demikian, apabila pengertian
evenemen itu dirumuskan, maka yang dimaksud dengan: ” Evenemen adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak
dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi. Jika terjadi
juga, mengakibatkan kerugian.”
112
Evenemen yang terjadi itu adalah di luar kekuasaan manusia, artinya tidak seorang pun manusia normal yang dapat mencegah atau menghalangi terjadinya
peristiwa itu. Terhadap evenemen inilah asuransi diadakan. Dalam hukum asuransi, evenemen yang menjadi beban penanggung
merupakan bahaya yang mengancam keselamatan benda asuransi atau objek asuransi yang berupa jiwa atau raga manusia. Selama belum terjadi bahaya yang mengancam
ini disebut risiko. Selama evenemen tidak terjadi, selama itu pula risiko menjadi beban penanggung sampai asuransi berakhir. Apabila evenemen itu sungguh-sungguh
terjadi, maka dia berubah menjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Oleh
111
Ibid.
112
Ibid, hal. 114.
karena itu, risiko yang menjadi beban penanggung berubah menjadi ganti kerugian yang wajib dipenuhi oleh penanggung. Antara evenemen dan kerugian yang timbul
harus ada hubungan kausal, artinya dengan terjadinya peristiwa tidak pasti itu, maka timbul pula kerugian. Jika peristiwa itu tidak terjadi, tidak akan ada kerugian.
Persoalan evenemen erat sekali hubungannya dengan persoalan ganti kerugian compensation. Tetapi tidak setiap kerugian loss akibat evenemen harus mendapat
ganti kerugian. Dengan kata lain, antara evenemen yang terjadi dan kerugian yang timbul ada hubungan kausal sebab akibat. Evenemen adalah sebab, dan kerugian
adalah akibat. Jika sudah dapat ditentukan bahwa evenemen yang terjadi itu dicantumkan dalam polis dan karenanya timbul kerugian, penanggung terikat untuk
membayar ganti kerugian.
113
Salah satu asas yang mendasari berlakunya hukum asuransi adalah asas keseimbangan indemnity principle.
114
Asas keseimbangan merupakan asas penting karena risiko yang dialihkan kepada penanggung diimbangi dengan jumlah premi
yang dibayar oleh tertanggung. Walaupun dapat diperjanjikan bahwa pembayaran premi tidak seimbang dengan risiko yang ditanggung oleh penanggung, tidak berarti
bahwa asas keseimbangan diabaikan. Kedua pihak yang mengadakan asuransi tetap harus berprestasi secara timbal balik. Prestasi timbal balik merupakan ciri yang
membedakan asuransi dengan perjanjian untung-untungan.
113
Ibid, hal. 116.
114
Ibid, hal. 118.
Asas keseimbangan mempunyai arti penting apabila terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian. Kerugian yang harus diganti itu seimbang dengan risiko yang
ditanggung oleh penanggung. Jika risiko atas benda asuransi hanya sebagian dialihkan kepada penanggung, penanggung berkewajiban membayar ganti kerugian
hanya sebagian pula dari kerugian yang timbul itu.
115
Akan tetapi pada prakteknya asas keseimbangan ini sangat sulit untuk dilaksanakan. Pada kenyataannya pihak tertanggung tidak diberi kesempatan untuk
ikut menyusun klausula-klausula yang akan tercantum di dalam perjanjian asuransi. Pihak tertanggung hanya mengikuti klausula baku yang tercantum dalam perjanjian
asuransi, sehingga kelihatannya pihak yang lebih kuat kedudukannya adalah pihak asuransi. Ini tentu bertentangan dengan asas keseimbangan. Hal ini mungkin
disebabkan karena asuransi ada diatur dalam KUHD, dimana KUHD berlaku pada tahun 1848 dan berlaku dengan asas kodifikasi sebagaimana kodifikasi BW dan WvK
di negeri Belanda Eropa.
116
Hal ini dapat dilihat pada saat terjadinya tertanggung mengajukan klaim. Dimana ada beberapa hal yang tidak dimasukkan oleh perusahaan asuransi di dalam
polis. Sehingga terkadang pihak tertanggung yang dalam hal ini juga dapat dikatakan sebagai konsumen merasa tertipu oleh perusahaan asuransi tersebut. Tapi terkadang
pihak tertanggung tidak menyadari bahwa dia yang menyebabkan permasalahan tersebut. Jika tertanggung ingin mengambil asuransi, hendaknya tertanggung lebih
115
Ibid, hal. 118.
116
J.B. Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, 2001, hal. 126.
banyak bertanya sebelum menyetujui asuransi tersebut bersifat aktif. Biasanya pihak asuransi memberikan jangka waktu kepada tertanggung untuk mempelajari isi
polis. Hal ini dapat menyebabkan batalnya pertanggungan, baik yang disebabkan oleh tertanggung maupun penanggung Pasal 251 KUHD.
Dalam hukum asuransi, asas keseimbangan berdasarkan nemo plus berlaku umum. Arti asas nemo plus adalah tidak menerima melebihi apa yang menjadi hak,
dan tidak memberi melebihi apa yang menjadi kewajiban. Dalam ilmu hukum asas ini diartikan tidak boleh memperkaya diri tanpa hak. Asas keseimbangan tidak dapat
dipisahkan dari asas kepentingan. Tanpa kepentingan tidak ada ganti kerugian. Membayar ganti kerugian kepada orang yang tidak berkepentingan dipandang sebagai
pelanggaran asas keseimbangan.
117
Apabila atas kepentingan yang sama, bahaya yang sama, dan untuk jangka waktu yang sama, diadakan lebih dari satu perjanjian asuransi, penanggung hanya
berkewajiban membayar klaim ganti kerugian sampai jumlah nilai kepentingan sesungguhnya. Asas keseimbangan bertujuan untuk mencegah orang yang ingin
berspekulasi mencari keuntungan yang tidak halal, dengan mengadakan berkali-kali asuransi supaya mendapat ganti kerugian melebihi nilai benda sesungguhnya. Jika
terjadi hal yang demikian, asuransi yang melebihi nilai benda atau kepentingan sesungguhnya itu batal atau sekurang-kurangnya tidak berlaku.
117
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 119.
Dalam KUHD tidak ada pasal-pasal yang menyatakan dengan tegas memuat asas keseimbangan. Tetapi ada beberapa pasal yang dapat dipegang sebagai pedoman
yang memuat asas kepentingan karena asas keseimbangan bergandengan dengan asas kepentingan. Pasal-pasal yang dianggap memuat asas keseimbangan antara lain
adalah: 1.
Pasal 250 KUHD Apabila tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas benda yang
diasuransikan, maka penanggung tidak berkewajiban membayar klaim ganti kerugian.
2. Pasal 252 KUHD
Apabila benda sudah diasuransikan dengan nilai penuh, maka asuransi kedua untuk jangka waktu yang sama dan bahaya yang sama tidak dibolehkan dengan
ancaman batal.
3. Pasal 253 KUHD
Asuransi yang melebihi nilai atau kepentingan yang sesungguhnya, hanya sah sampai jumlah nilai benda sesungguhnya. Jika tidak diasuransikan seluruh nilai
benda, maka dalam hal terjadi kerugian, penanggung hanya terikat seimbang antara bagian yang diasuransikan dengan bagian yang tidak diasuransikan.
4. Pasal 274 KUHD
Apabila nilai benda asuransi dicantumkan dalam polis, maka hakim berwenang memerintahkan kepada tertanggung supaya menetapkan nilai benda
sesungguhnya, sekadar oleh penanggung dikemukakan alasan bahwa nilai benda dianggap terlalu tinggi.
5. Pasal 277 KUHD
Apabila atas suatu benda diadakan beberapa asuransi dengan itikad baik, sedangkan asuransi pertama dengan nilai penuh, maka penanggung-penanggung
berikutnya dibebaskan.
6. Pasal 279 KUHD
Apabila tertanggung membebaskan penanggung-penanggung terdahulu, maka ia dianggap menggantikan kedudukan mereka untuk jumlah yang sama dan dalam
urutan yang sama.
7. Pasal 284 KUHD
Penanggung yang telah membayar kerugian kepada tertanggung memperoleh hak tertanggung terhadap pihak ketiga mengenai kerugian itu, tertanggung
bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga.
118
118
Ibid, hal. 120-121.
Berdasarkan ketentuan beberapa pasal KUHD yang tersebut di atas, dapat diketahui betapa pentingnya asas keseimbangan dalam asuransi. Dimana ada
kepentingan, di situ ada asas keseimbangan.
119
Asas keseimbangan mencegah anggapan bahwa asuransi adalah semacam perjudian dan pertaruhan.
Asuransi biasanya diadakan untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun. Jangka waktu ini biasa terdapat pada asuransi kebakaran, asuransi kendaraan
bermotor. Ada juga asuransi yang diadakan untuk jangka waktu yang lebih lama, misalnya 10-20 tahun atau lebih. Jangka waktu panjang ini biasa terdapat pada
asuransi jiwa. Jangka waktu asuransi tersebut ditetapkan dalam polis. KUHD tidak mengatur secara tegas jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu yang ditentukan
itu habis, maka asuransi berakhir. Lain halnya dengan asuransi di Inggris, asuransi yang ditentukan jangka waktunya tidak boleh melebihi 12 bulan. Asuransi yang
diadakan untuk jangka waktu melebihi 12 bulan adalah batal. Dalam polis dinyatakan terhadap evenemen apa saja asuransi itu diadakan.
Apabila sementara asuransi berjalan terjadi evenemen yang ditanggung dan menimbulkan kerugian, penanggung akan menyelidiki apakah benar tertanggung
mempunyai kepentingan atas benda yang diasuransikan itu. Di samping itu, apakah evenemen yang terjadi itu benar bukan karena kesalahan tertanggung dan sesuai
dengan evenemen yang telah ditetapkan dalam polis. Jika jawabannya benar, maka dilakukan pemberesan berdasarkan klaim tertanggung. Pembayaran ganti kerugian
119
Ibid, hal. 121.
dipenuhi oleh penanggung berdasarkan asas keseimbangan. Dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim tertanggung, maka asuransi berakhir.
120
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban risiko penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan
asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung
berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung, atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran
uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir. Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan
sejak meninggalnya tertanggung terjadi evenemen? Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-
masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dari
meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
121
Dalam asuransi jiwa, tidak selalu evenemen yang menjadi beban tertanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu
berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir. Tetapi dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan
120
Ibid, hal. 126.
121
Ibid, hal. 175.
mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak
jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada tertanggung.
Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD: ” Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi
ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut kecuali jika diperjanjikan lain. ”
Kata-kata bagian akhir pasal ini ”kecuali jika diperjanjikan lain” memberi peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal
ini, misalnya asuransi yang diadakan itu tetap dinyatakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu. Apabila asuransi jiwa itu gugur,
bagaimana dengan premi yang sudah dibayar, kepada penanggung tidak menjalani risiko? Hal inipun diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya.
Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan: ” Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi
hukuman mati, maka asuransi itu gugur. ” Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini? Menurut
Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung
melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dari badan tertanggung
asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu dua tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih supel lagi.
122
Asuransi jiwa yang dipakai dalam Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah Asuransi Kredit biasanya disebut Asuransi Jiwa Kredit
123
. Asuransi ini selain memberi proteksi jangka panjang bagi nasabah, asuransi ini juga sekaligus
menjembatani nasabah untuk melakukan pinjaman kredit di bank. Hal inilah yang merupakan kelebihan asuransi jiwa kredit. Dimana nasabahnya diberikan kemudahan
dengan menjaminkan polisnya untuk jaminan kredit di bank apabila terjadi meninggal dunia atau kecelakaan. Dengan catatan pihak penanggung hanya sebatas melunasi
sisa hutang dari nasabah saja dan klaim asuransi baru dapat dibayar bila si debitur telah meninggal dunia.
124
Tujuan dari asuransi jiwa adalah memberi proteksi kepada kreditur yang memberikan kreditpinjaman kepada debitur dalam bentuk asuransi jiwa berjangka
menurun.
125
Adapun proteksi tersebut adalah pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi bersedia menjaminmengembalikan pinjaman debitur jika ternyata debitur
meninggal dunia di dalam masa pengembalian kredit pinjaman atau sesuai dengan perjanjian bersama antara nasabah dengan bank dan asuransi dalam masa kontrak
122
Ibid, hal. 176.
123
Asuransi jiwa yang dipakai untuk menjamin pengembalian kredit nasabah debitur, maka disebutlah dengan istilah Asuransi Jiwa Kredit dan menurut H.M.N. Purwosutjipto dalam bukunya
yang berjudul Hukum Pertanggungan, asuransi jiwa kredit ini merupakan salah satu bentuk asuransi gabungan yang ada di Indonesia.
124
Wawancara dengan staf administrasi pada PT. Asuransi Jiwa Central Asia Raya, tanggal 2 Juli 2007.
125
Ibid.
yang diperjanjikan, selain itu keluarga nasabah terlindung dari penyitaan harta benda, karena pihak asuransi akan membantu meringankan beban tersebut dengan melunasi
sisa pinjaman yang disesuaikan dengan daftar penyusutan polis.
126
Pihak asuransi membayar kepada kreditur jika nasabahdebitur meninggal dikarenakan sakit yang berkepanjangan sesudah masa pengembalian kredit pinjaman
tentu dengan cara pengembalian uang pertanggungan kepada ahli waris apabila masa kontrak yang diperjanjikan masih berlaku.
127
Bank akan menagih kepada pihak asuransi untuk dibayarkan kepada nasabah setelah dipotong kewajiban-kewajibannya
nasabah tersebut. Dan apabila ada sisanya uang pertanggungan tersebut akan diserahkan kepada ahli warisnya.
128
B. Perlindungan Yang Diberikan Bila Debitur Mengalami Kemacetan