Mekanisme Pengaturan Klausula Asuransi Jiwa Dalam Kredit Pemilikan

perkreditan yang dikeluarkan oleh bank sentral. Dengan demikian bank dituntut untuk setiap waktu memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pengikatan agunan kredit telah diselesaikan dan akan mampu memberikan perlindungan yang memadai bagi bank. Perjanjian kredit bank, menurut serangkaian klausul dimana sebagian besar dari klausula tersebut merupakan upaya untuk melindungi pihak kreditur dalam pemberian kredit. Klausul merupakan serangkaian persyaratan yang digabungkan dalam upaya pemberian kredit ditinjau dari aspek finansial dan hukum. Dari aspek finansial, klausul melindungi kreditur agar dapat menuntut atau menarik kembali dana yang telah diberikan kepada nasabah debitur dalam posisi menguntungkan bagi kreditur apabila kondisi nasabah debitur tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan dalam aspek hukum, klausul merupakan sarana untuk melakukan penegakan hukum agar nasabah debitur dapat mematuhi substansi yang telah disepakati di dalam perjanjian kredit. 104

C. Mekanisme Pengaturan Klausula Asuransi Jiwa Dalam Kredit Pemilikan

Rumah KPR Perjanjian kredit bank memuat serangkaian klausul, dimana sebagian besar dari klausul tersebut merupakan upaya untuk melindungi pihak kreditur dalam 104 Budi Utami Raharja, Op Cit, hal. 77-78. pemberian kredit. Klausul merupakan serangkaian persyaratan yang diformulasikan dalam upaya pemberian kredit bila ditinjau dari aspek finansial dan hukum. Dari aspek finansial, klausula tersebut melindungi kreditur agar dapat menuntut atau menarik kembali dana yang telah diberikan kepada nasabah debitur dalam posisi yang menguntungkan bagi kreditur apabila kondisi nasabah debitur tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan bila ditinjau dari aspek hukumnya klausul merupakan penegakan hukum agar nasabah debitur dapat mematuhi substansi yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Jadi klausula tersebut merupakan suatu persetujuan atau janji oleh penerima kredit dalam suatu perjanjian untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan- tindakan tertentu. Selanjutnya klausul-klausul dikelompokkan dalam 6 enam fungsi meliputi: 1. Mencocokkan kredit yang digunakan dengan praktek bisnis yang baik. 2. Menyampaikan semua informasi bisnis yang relevan dan data pendukung lainnya kepada kreditur. 3. Melarang nasabah debitur untuk mengubah struktur kreditnya selain seperti yang diterima pada awal kredit tersebut disetujui. 4. Memelihara kondisi keuangan nasabah debitur. 5. Memelihara perlindungan atas jaminan. 6. Memaksakan perlindungan jaminan untuk kredit yang diberikan struktur kredit, dan kondisi-kondisi kredit bagi kepentingan kreditur. 105 Oleh karenanya klausul membebankan kewajiban-kewajiban kepada penerima kredit atau nasabah debitur yang bertujuan untuk melindungi kepentingan pemberi kredit. Klausul tersebut berusaha untuk melindungi nasabah debitur dan kondisi 105 Johannes Ibrahim, Op Cit, hal. 44. keuangannya agar tidak memburuk selama kredit diberikan. Jika suatu klausul tidak ditaati, kreditur punya hak untuk memberitahukan tentang kelalaian, tidak mencairkan kredit yang telah disetujui, atau mempercepat penyelesaian kredit itu. Interaksi antara klausul-klausul dalam perjanjian kredit mencakup: 1. Pelanggaran sebagai peristiwa kelalaian. Secara umum kelalaian merupakan kegagalan dari nasabah debitur untuk mematuhi klausul-klausul yang tercantum dalam perjanjian kredit atau dalam hal dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. 2. Pelanggaran terhadap syarat tangguh. Syarat tangguh merupakan suatu persyaratan yang secara signifikan harus dipenuhi oleh nasabah debitur sejak penandatanganan perjanjian kredit. Nasabah debitur harus menaati semua persyaratan yang diminta termasuk dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan dalam pencairan suatu kredit. Tidak dipenuhinya persyaratan oleh nasabah debitur memberi hak kepada kreditur untuk tidak merealisasikan kredit yang telah disepakati. 3. Persyaratan di luar perjanjian kredit. Persyaratan ini mencakup dokumen yang berkaitan dengan jaminan dan bukan jaminan. Bila nasabah debitur tidak melelngkapi maka ia dianggap tidak mengindahkan perjanjian kredit. 4. Klausul yang menyangkut pihak ketiga. Kreditur dapat mengelak untuk melanjutkan pemberian kredit yang telah disepakati jika ternyata nasabah debitur menggunakan fasilitas kredit yang diterimanya untuk kepentingan pihak ketiga yang menjadi mitra bisnisnya. 106 Dalam mempertimbangkan klausula-klausula yang mengikat nasabah debitur dalam perjanjian kredit, beberapa hal yang perlu diperhatikan dari sisi nasabah debitur adalah: 1. Nasabah debitur harus memperhatikan evaluasi atas klausula-klausula yang dibebankan terhadapnya dan memproyeksikan dengan kondisi keuangan, praktek bisnis dan kebutuhan pertumbuhan bisnis, dengan melakukan negosiasi untuk penghapusan klausul-klausul tertentu. 2. Dalam mengevaluasi akibat dari klausula-klausula yang bersifat membatasi, nasabah debitur perlu meminta penegasan dari kreditur. Klausul-klausul yang bersifat membatasi ini akan menutup ruang gerak nasabah debitur. 106 Ibid, hal. 45-46. 3. Tersedianya kreditur yang memberi dukungan dana bagi nasabah debitur. Dalam hal kreditur yang mendukung pendanaan lebih dari seorang, nasabah debitur tentunya perlu untuk mengkaji lebih lanjut hubungan yang ada di antara para krediturnya. Hal ini tentunya lebih sulit dibandingkan dengan apabila pendanaannya hanya berasal dari seorang kreditur saja. 4. Peluang untuk mengakhiri perjanjian. Klausul ini umumnya dihindari oleh kreditur, karena jika peluang untuk mengakhiri ini secara terbuka diberikan tentunya akan merugikan pihak kreditur. Kreditur dapat kehilangan nasabah debiturnya yang potensial. Akan tetapi kreditur harus memberikan klausul untuk mencapai solusi yang bijaksana. 5. Standar hubungan di antara kreditur dan nasabah debitur. Klausul hubungan antara kreditur dan nasabah debitur yang bersifat membatasi ruang gerak nasabah debitur tentunya harus dihindari. Misalnya, nasabah debitur harus selalu memelihara manajemen yang memuaskan bagi kreditur. 6. Referensi silang. Nasabah debitur harus bersikap hati-hati terhadap klausula- klausula yang tidak saja mendasarkan kepada hal-hal yang ada dalam perjanjian tetapi terhadap dokumen-dokumen lainnya. 7. Penggunaan kata-kata yang sifat tidak tergambar. Nasabah sepatutnya untuk menegosiasikan penggunaan kata-kata sifat yang memiliki fleksibilitas dan tidak tergambar. Misalnya, penggunaan kata-kata ”layak”, ”material”, ”penting”. Kata- kata ini dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan di kemudian hari bagi nasabah debitur. 8. Masa tenggang. Nasabah debitur menginginkan untuk merundingkan dalam sebuah pemulihan dimana kreditur mengijinkan untuk memperbaiki pelanggaran- pelanggaran yang dibuat oleh nasabah debitur dan tidak dengan segera menyatakan sebagai sebuah peristiwa kelalaian. Permintaan nasabah debitur dapat dinilai layak dan kreditur tidak memiliki hak secara seketika untuk mengumumkan hal tersebut sebagai kelalaian. 9. Fleksibilitas. Secara umum nasabah debitur harus memiliki fleksibilitas dalam merundingkan dana kredit yang diterimanya. Dana kredit harus memberikan manfaat bagi peningkatan kondisi keuangan dan aplikasi dalam kegiatan bisnis. 10. Pengalihan manajemen. Selama memperoleh fasilitas kredit dari kreditur, nasabah debitur terikat untuk tidak melakukan perubahan-perubahan manajemen, misalnya melakukan penggabungan atau konsolidasi tanpa memperoleh persetujuan dari pihak kreditur. 107 Perjanjian kredit pada umumnya berisikan klausula-klausula sebagai berikut: 1. Klausul-klausul tentang syarat-syarat penarikan kredit pertama kali. Klausula ini menyangkut beberapa hal: 107 Ibid, hal. 47-48. a. Pembayaran provisi, premi asuransi kredit, asuransi barang jaminan, dan biaya pengikatan jaminan. b. Penyerahan barang jaminan, dokumen, dan pelaksanaan pengikatan jaminan. c. Pelaksanaan penutupan asuransi barang jaminan, asuransi kredit dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko yang terjadi di luar kesalahan nasabah debitur ataupun kreditur. 2. Klausul-klausul tentang maksimum kredit. Klausul ini memiliki urgensi yaitu: a. Merupakan objek dari perjanjian kredit sehingga perubahan kesepakatan mengenai materi ini memiliki konsekuensi diperlukannya pembuatan perjanjian kredit. b. Merupakan batas kewajiban kreditur berupa penyediaan dana selama tenggang waktu perjanjian kredit, berarti batas hak debitur untuk melakukan penarikan pinjaman. c. Merupakan penetapan besarnya nilai agunan yang harus diserahkan, dasar perhitungan penetapan besarnya provisi. d. Merupakan batas dikenakannya denda kelebihan tarik. 3. Klausul-klausul tentang jangka waktu kredit. Klausul ini penting dalam beberapa hal, yaitu: a. Memberikan batas waktu bagi bank kapan harus menyediakan dana sebesar maksimum kredit, kapan tenggang waktu itu terlampaui sehingga memberikan hak tagih bagi bank untuk pengembalian kredit oleh nasabah debitur. b. Memberikan batas waktu dimana bank dapat melakukan teguran-teguran bila debitur tidak memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. c. Memberi waktu yang tepat bagi bank untuk melakukan analisa kembali dengan pertimbangan apakah fasilitas kredit tersebut dapat diperpanjang atau segera ditarik kembali. 4. Klausul-klausul tentang tujuan kredit dan bentuk kredit. Klausula ini penting dalam beberapa hal, yaitu: a. Klausul tujuan kredit diperlukan agar nasabah debitur mempergunakan kreditnya sesuai dengan yang disepakati dan diperjanjikan sebelumnya. Penggunaan tujuan kredit yang menyimpang akan mengakibatkan kesulitan untuk membayar kembali kreditnya. b. Klausul bentuk kredit diperlukan sesuai dengan tujuan kreditnya. Penentuan bentuk kredit yang tepat akan menciptakan tingkat efisiensi dari pemberian kredit. Misalnya kredit itu diberikan dalam bentuk investasi, modal kerja. 5. Klausul-klausul tentang bunga, kesepakatan biaya, dan denda kelebihan tarik. Klausula ini diatur secara tegas dalam perjanjian kredit dengan maksud memberikan kepastian mengenai hak bank untuk membebankan bunga biaya- biaya dan denda yang disepakati bersama. Bunga merupakan penghasilan bank, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang akan diperhitungkan dengan biaya dana untuk penyediaan fasilitas kredit tersebut. 6. Klausul tentang kuasa bank untuk melakukan pembebanan atas rekening pinjaman nasabah debitur. Klausul ini diatur secara tegas dalam perjanjian kredit dengan maksud bank dapat setiap saat membebankan bunga, biaya, atau benda pada rekening pinjaman atau rekening lainnya yang ditatausahakan pada bank tersebut. 7. Klausul yang berisikan pernyataan-pernyataan debitur atas fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan dan aset nasabah debitur pada saat kredit direalisasikan. 8. Klausul tentang syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh nasabah debitur sebelum bank menyediakan kredit untuk digunakannya. Klausul ini bertujuan agar nasabah debitur menggunakan kredit sesuai dengan tujuan yang disepakati dan untuk menghindari penyalahgunaan kredit. Dengan melengkapi persyaratan kredit yang diminta, bank melakukan tindakan untuk meminimalisir risiko kredit dan memantau penggunaan kredit sesuai dengan tujuan semula. 9. Klausul tentang agunan kredit. Klausul agunan kredit bertujuan agar pihak nasabah debitur tidak melakukan penarikan atau penggantian barang jaminan secara sepihak, tetapi harus ada kesepakatan dengan pihak bank. 10. Klausul tentang asuransi. Klausul asuransi berisikan pihak nasabah debitur wajib melakukan penutupan asuransi baik atas jiwanya sendiri maupun agunan kreditnya. 11. Klausul tentang berlakunya syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan hubungan rekening koran bagi perjanjian kredit yang bersangkutan. Klausul ini khusus bagi nasabah debitur yang memiliki kreditnya ditatausahakan melalui rekening koran atau giro. 12. Klausul yang berisikan tentang janji-janji nasabah debitur untuk melakukan hal- hal tertentu selama perjanjian kredit berlaku. Klausul ini terdiri dari berbagai hal yang harus ditepati oleh nasabah debitur selama fasilitas kredit yang diterimanya berjalan. 13. Klausul yang berisikan janji-janji nasabah debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit berjalan. Klausul ini terdiri atas berbagai macam hal yang mempunyai akibat yuridis dan ekonomis bagi kepentingan pengamanan bank selaku kreditur. Beberapa hal yang merupakan tindakan yang tidak diperkenankan untuk dilakukan oleh nasabah debitur adalah meminta kredit kepada pihak lain tanpa seijin bank. 14. Klausul yang berisikan janji debitur untuk menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan yang diminta bank. Klausul ini mewajibkan nasabah debitur untuk menyampaikan dalam tenggang waktu yang diperjanjikan. 15. Klausul yang berisikan memberikan hak secara sepihak kepada bank untuk mengakhiri kredit atas peristiwa-peristiwa yang ditentukan oleh bank serta sekaligus menagih kredit yang tersisa. 16. Klausul yang berisikan penyelesaian perselisihan di antara para pihak, baik melalui arbitrase. 17. Klausul yang berisikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang belum tertampung secara khusus di dalam klausul-klausul yang ada. 108 Klausul-klausul tersebut di atas dituangkan dalam akad kredit yang disebut dengan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR. 109 Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah tersebut biasanya dibuat secara notariil di hadapan notaris dan biasanya notaris mengikuti draft perjanjian yang telah dibuat oleh pihak bank. Klausul-klausul yang demikian ketatnya merupakan sikap bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit. Dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah debitur perlu kiranya peraturan tentang perkreditan direalisir sehingga dapat dijadikan panduan dalam pemberian kredit. Dan sisi lain, pengadilan yang merupakan pihak ketiga dalam mengatasi perselisihan antara bank dengan nasabah debitur dapat menilai apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua belah pihak kreditur dan debitur telah memenuhi sesuai dengan yang disepakati dan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan. Klausula baku yang ada pada perjanjian kredit dinilai melanggar asas kebebasan berkontrak. Dimana asas kebebasan berkontrak seharusnya memberikan kesempatan kepada para pihak yang membuat perjanjian tersebut in casu: bank dan nasabah debitur untuk bersama-sama menyusun klausula-klausula yang ingin mereka cantumkan di dalam perjanjian tersebut. Akan tetapi hal ini pada prakteknya tidak 108 Draft Perjanjian Kredit pada PT. Bank Central Asia, Tbk. 109 Pada PT. Bank Central Asia, Tbk., klausul-klausul tersebut dituangkan dalam Perjanjian Kredit. Tetapi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk., klausul-klausul tersebut hanya dituangkan dalam Surat Pengakuan Hutang yang dilegalisasi oleh Notaris. mungkin dilakukan karena mempertimbangkan konsep 4 P dan 5 C pada pemberian kredit dan hal ini juga dilakukan karena pertimbangan para pihak saling membutuhkan di dalam bisnis yang mereka jalankan.

BAB III PERLINDUNGAN PIHAK PENANGGUNG KEPADA