Klausula Wajib Asuransi Jiwa

BAB II PENGATURAN KLAUSULA WAJIB ASURANSI JIWA DALAM

PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH KPR

A. Klausula Wajib Asuransi Jiwa

Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata ”asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata ”asuransi” diberi imbuhan ”per-an”, maka muncullah istilah hukum ”perasuransian”, yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Istilah aslinya dalam bahasa Belanda adalah verzekering atau assurantie. Sukardono Guru Besar Hukum Dagang menerjemahkannya dengan ”pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umum dipakai dalam literatur hukum. Sedangkan istilah asuransi sebagai serapan dari istilah assurantie Belanda, assurance Inggris banyak dipakai dalam praktik dunia usaha business. 57 Hidup manusia umumnya diakui sangat tinggi nilainya. Itulah sebabnya makin banyak permintaan akan asuransi jiwa. Dua kemungkinan darurat yang dihadapi setiap orang dalam hidup adalah mati terlalu dini atau hidup terlalu lama. Orang mungkin hidup terlalu lama sehingga melampaui produktivitas keuangannya kemampuannya menyediakan kebutuhan ekonominya. Kemungkinan darurat pertama 57 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 5-6. adalah kematian fisik. Asuransi jiwa merupakan alat keuangan untuk menyediakan dana bagi pemeliharaan ahli waris dan harta peninggalan seseorang yang sudah meninggal. Kemungkinan darurat kedua adalah kematian ekonomi. Asuransi atau pertanggungan sebagai lembaga peralihan resiko merupakan suatu manifestasi dari usaha manusia untuk mengalihkan risiko yang seharusnya ditanggungnya sendiri kemudian dialihkan ke pihak lain melalui suatu perjanjian asuransi, yang dalam kegiatan ini disebut risk management manajemen risiko. 58 Asuransi jiwa juga merupakan suatu alat sosial dan ekonomi. Ia merupakan cara sekelompok orang untuk dapat bekerja sama memeratakan beban kerugian karena kematian sebelum waktunya premature death dari anggota-anggota kelompok itu. Organisasi asuransi memungut kontribusi dari masing-masing anggota, menginvestasikannya dan menjamin keamanan dan hasil bunga minimum, dan mendistribusikan untungnya benefits kepada ahli waris anggota yang meninggal. Apa yang disebut ”asuransi jiwa” itu lebih realities dinamakan ”asuransi kematian”, namun kebiasaan telah memberinya nama asuransi jiwa yaitu perjanjian untuk perlindungan terhadap kerugian keuangan karena kematian. Titik perhatian asuransi jiwa adalah hidup manusia. Asuransi jiwa menyediakan lembaga bagi orang-orang untuk dapat secara sistematis menciptakan jaminan keuangan bagi keluarganya danatau bagi perusahaannya. 58 Mark R. Greene, Risk And Insurance, 3 rd Edition, South-Western, Publishing Co., Cincinnati, Ohio, 1973, page 72. Dalam asuransi jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian death. Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Risiko yang mungkin timbul pada asuransi jiwa terutama terletak pada ”unsur waktutime”, oleh karena sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil risiko tersebut, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa. 59 AsuransiPertanggungan Jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup pengambil asuransi dengan penanggung, dimana penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi, sedangkan penanggung mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang yang jumlahnya telah ditetapkan pada saat ditutupnya asuransi yang didasarkan atas hidup dan matinya seseorang yang ditunjuk. Sifat dasar asuransi jiwa, adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan pendapatan yang disebabkan oleh kematian, maupun usia lanjut. Proteksi tersebut dapat diperoleh dari perusahaan asuransi jiwa. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menyebutkan bahwa perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang dipertanggungkan. Perbedaan yang esensial antara asuransi jiwa dan asuransi lainnya yang dirancang terutama untuk melindungi terhadap suatu peril tertentu adalah bahwa 59 A. Abbas Salim, Dasar-Dasar Asuransi Principles of Insurance, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 25. asuransi jiwa mempunyai fungsi tambahan yaitu fungsi akumulasi tabungan, kecuali asuransi jiwa berjangka terminsurance. Sebagian premi yang telah dibayarkan untuk asuransi jiwa oleh tertanggung merupakan dana investasi yang akan diserahkan oleh pihak penanggung kepada pihak tertanggung. Jadi, peranan ganda dari asuransi jiwa adalah perlindungan dan investasi atau tabungan. 60 Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1, Asuransi Jiwa: ”Asuransi atau Pertanggungan Jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Asuransi atau Pertanggungan Jiwa diatur dalam Buku I Bab X Pasal 302 sampai dengan Pasal 308 KUHD. Namun tidak satupun dijumpai yang memuat rumusan definisi asuransi jiwa. Asuransi Jiwa ini termasuk ke dalam golongan asuransi yang jenisnya lain daripada asuransi kerugian yaitu yang disebut schadeverzekering di dalam beberapa literatur seperti oleh Vollmar. 61 Secara luas sommenverzekering itu dapat diartikan sebagai suatu perjanjian di mana satu pihak mengikatkan dirinya untuk membayar sejumlah uang secara sekaligus atau periodik, sedang pihak lain mengikatkan dirinya untuk membayar premi dan pembayaran uang itu adalah tergantung kepada mati atau hidupnya 60 Herman Darmawi, Op Cit, hal. 73. 61 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Pokok-Pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran, dan Jiwa, Op Cit, hal. 91. seseorang tertentu atau lebih. Salah satu dari perjanjian itu ialah apa yang disebut lijfrente di dalam KUH Perdata. Perbedaan lijfrente dari asuransi jiwa ialah bahwa di dalam suatu asuransi jiwa, premi itu dibayarkan tertanggung pada umumnya secara periodik di dalam tenggang waktu bertahun-tahun lamanya dan yang sebaliknya akan menimbulkan hak atas pembayaran sejumlah uang secara sekaligus dari penanggung. Sedang pada lijfrente, pemberian uang yang seperti premi itu adalah sekaligus untuk dapat menerima pembayaran sejumlah uang secara periodik. 62 Ke dalam asuransi jiwa ini, janganlah pula diberi pengertian bahwa hal itu sama seperti suatu perjanjian di mana terhadap suatu pembayaran premi diperjanjikan sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya, dibayar setelah berlakunya beberapa tahun. Sebab di dalam pengertian ini sama sekali kehidupan dan kematian seseorang itu tidaklah mempunyai pengaruh, sehingga hal ini tidak sesuai dengan hakekat dari asuransi jiwa. Peristiwa yang terdapat di dalam asuransi jiwa itu ialah kematian. Akan tetapi kematian itu adalah suatu peristiwa yang telah dapat ditentukan akan terjadi, sebab semua orang harus mati, ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi. Hanya saatnya kematian itulah yang tidak dapat dipastikan. Sedang faktor peristiwa tidak tertentu itu di dalam asuransi kerugian pada umumnya adalah suatu peristiwa yang menurut pengalaman manusia tidak dapat diharapkan akan terjadinya. Pada 62 Ibid. asuransi jiwa, kematian ini adalah suatu peristiwa yang diharapkan pada setiap orang akan terjadi, hanya waktunya yang tidak dapat dipastikan. 63 Oleh karena itulah pengertian peristiwa yang tidak tertentu seperti yang disebutkan di dalam Pasal 246 KUHD itu, di dalam asuransi jiwa hanyalah terdapat dalam arti ”apabila penanggung mengikatkan dirinya untuk membayar, kalau peristiwa kematian itu terjadi di dalam waktu yang lebih pendek daripada waktu hidup yang mungkin terpanjang dari tertanggung. Di dalam asuransi kerugian pada umumnya kepentingan itu adalah merupakan suatu syarat yang harus ada bagi tiap-tiap tertanggung. Akan tetapi di dalam asuransi jiwa faktor ini adalah merupakan suatu syarat yang tidak diharuskan. Sebab di dalam asuransi jiwa itu, di samping penanggung dan tertanggung kita masih mengenal pihak lain sebagai pihak lain sebagai pihak terhadap siapa pembayaran dari jumlah-jumlah yang dipertanggungkan itu kemudian hari akan diberikan kalau kematian telah terjadi, dan orang inilah yang disebutkan orang yang berkepentingan. Jadi walaupun di dalam perjanjian dari asuransi jiwa itu sebagai pihak lawan dari penanggung ialah tertanggung dengan siapa penanggung mengadakan perjanjian itu, sebagai orang yang hidupnya dipertanggungkan, atau sebagai tertanggung yang terhadap kematiannya diikatkan suatu penggantian kerugian, namun yang menerima pembayaran kerugian itu atau yang berkepentingan atas penggantian kerugian itu adalah orang lain. 64 63 Ibid, hal. 92. 64 Ibid, hal. 92-93. Selanjutnya dapat dikemukakan, bahwa kalaupun ada kepentingan seseorang atas meninggalnya orang yang atas jiwanya diadakan asuransi, tetapi kepentingan itu adalah tidak dapat dinilai dengan uang. Jadi tidak sesuai dengan Pasal 268 KUHD. Bagi seorang isteri dan anak-anaknya, kematian seorang ayah yang selama hidupnya adalah orang yang mencari nafkah, kematian ayah itu tidak dapat diperkirakan betapa beratnya. Tetapi bagi seseorang yang mendapatkan sejumlah uang karena matinya seseorang keluarganya yang jiwanya dipertanggungkan, sedangkan selama hidupnya, orang itu tidak menjadi tanggungan orang yang sudah mati itu maka pembayaran sejumlah uang dari penanggung itu berarti hanya sebagai kemujuran yang tiba-tiba saja. Maka itulah sebabnya asuransi jiwa itu sebenarnya tidak dapat dimasukkan ke dalam pengertianhakekat ”asuransi” sehingga dia digolongkan ke dalam suatu asuransi yang sifatnya sebenarnya atau tidak sesungguhnya merupakan asuransi. Pertama-tama asuransi jiwa itu bermaksud sebagai tanggungan atas suatu risiko dari peristiwa kematian yang terlalu cepat dari seseorang yang mempunyai mata pencaharian. Tapi di samping itu juga sebenarnya untuk menanggung risiko dari masih tetap tinggal hidup setelah lewatnya waktu-waktu di mana seseorang itu masih dapat diperkirakan mempunyai mata pencahariannya. Si tertanggung membayar premi selama bertahun-tahun, mempunyai mata pencaharian yang baik dan mempertanggungkan baik dirinya maupun keturunannya. Dengan demikian terkumpullah suatu modal dalam suatu waktu di mana si tertanggung memerlukannya. 65 Kalau disadari, dapatlah dimengerti bahwa di samping asuransi jiwa itu mempunyai unsur yang penting seperti ”mengalihkan risiko”, juga masih mempunyai unsur lain yang penting yaitu unsur ”menabung”. Hal ini adalah mungkin, oleh karena pembayaran atau penggantian sejumlah uang oleh penanggung itu cepat atau lambat, sekarang atau kemudian, akan pasti terjadi atau dilaksanakan. 66 Kebanyakan perjanjian asuransi itu diadakan oleh tertanggung atas hidupnya sendiri. Bilamana sampai pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian asuransi jiwa itu si tertanggung masih hidup maka dia sendirilah yang menerima pembayaran itu dari penanggung, akan tetapi apabila dia meninggal dunia sebelum saat yang ditentukan itu maka yang menerima pembayaran itu ialah orang lain yang ditunjuk sebagai orang yang berkepentingan. Di dalam KUHD mulai dari pasal 302 sampai dengan pasal 308 di dalam Buku I Titel 10 Bagian ke 3 diaturlah tentang Asuransi Jiwa itu secara singkat sekali. Di dalam pasal pertama yaitu pasal 302, undang-undang memberikan gambaran tentang apa yang dimaksud dengan perjanjian asuransi jiwa yaitu bahwa jiwa seseorang dapat dipertanggungkan untuk keperluan orang yang berkepentingan dengan itu, baik untuk selama hidupnya, maupun untuk sesuatu waktu yang ditentukan dalam perjanjian. 65 Ibid, hal. 94. 66 Ibid, hal. 95. Yang penting dari bunyi pasal itu ialah bahwa asuransi itu selalu diadakan dalam suatu jangka waktu, yang ditentukan di dalam perjanjian asuransi itu sendiri, akan tetapi juga dapat untuk waktu selama hidupnya dan hal ini menurut bunyi pasal itu tidak dapat ditetapkan dalam perjanjiannya itu. Sehingga, kemungkinan untuk mengadakan asuransi itu untuk selama hidup oleh undang-undang tidak secara tegas- tegas diberikan. Selanjutnya di dalam pasal 303 terdapat suatu ketentuan yang dapat menimbulkan suatu kejanggalan. Dari ketentuan itu ternyata bahwa tidak dilarang untuk mengadakan asuransi atas jiwa seseorang di luar pengetahuan atau persetujuan orang yang dipertanggungkan jiwanya itu. 67 Asuransi jiwa adalah asuransi dimana jiwa seseorang dipertanggungkan. 68 Asuransi jiwa ini ada bermacam-macam bentuk dan isinya, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk asuransi jiwa yang saling bertentangan: a Asuransi hidup dan asuransi mati b Asuransi biasa dan asuransi rakyat c Asuransi perorangan dan asuransi kumpulan d Asuransi dengan pemeriksaan dokter dan asuransi tanpa pemeriksaan dokter e Asuransi dengan pembagian laba dan asuransi tanpa pembagian laba f Asuransi jiwa tunggal dan asuransi jiwa ganda g Asuransi wajib dan asuransi sukarela 69 2. Perbedaan-perbedaan asuransi jiwa menurut unsur-unsurnya: a Pure Endowment b Anuitas yang terdiri dari: 1 Anuitas pasti annuity certain 2 Anuitas jiwa life annuity c Asuransi jangka waktu term insurance yang terdiri dari: 1 Asuransi ekawarsa 67 Ibid, hal. 94. 68 H.M.N. Purwosutjipto, Op Cit, hal. 201. 69 Ibid. 2 Asuransi seumur hidup d Asuransi jangka waktu dengan santunan menurun decreasing term insurance e Asuransi jangka waktu dengan santunan meningkat increasing term insurance 3. Bentuk-bentuk asuransi gabungan yang ada di Indonesia: a Asuransi dwiguna b Asuransi dwiguna hari tua c Asuransi anekaguna d Asuransi anekaguna hari tua e Asuransi dwiguna dengan bonus khusus f Asuransi dwiguna hari tua dengan bonus khusus g Asuransi pensiun h Asuransi dana beasiswa i Asuransi dana beasiswa ideal j Asuransi dana haji k Asuransi jiwa kredit l Asuransi dwiguna perlindungan ganda m Asuransi dwiguna perlindungan ganda hari tua n Asuransi dwiguna seumur hidup o Asuransi dwiguna remaja p Asuransi dwiguna suami istri q Asuransi triguna r Asuransi kelangsungan belajar s Asuransi jiwa mahasiswa t Asuransi jiwa pembangunan rumah 70 Secara pokok asuransi jiwa dapat dibedakan atas: 1. Asuransi jiwa berjangka term insurance Asuransi jiwa berjangka atau term insurance yaitu: penanggung memberikan jaminan ganti rugi santunan jika tertanggung meninggal dunia dalam jangka waktu perjanjian pertanggungan sedang berjalan. 2. Asuransi dwiguna endowment insurance Pada asuransi dwiguna ini apabila tertanggung meninggal dunia pada saat perjanjian pertanggungan sedang berjalan maupun berakhirnya perjanjian asuransi, maka penanggung akan memberikan uang santunan kepada ahli warisnya. 71 70 Ibid, hal. 202. 71 Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, FH-USU, Medan, 1996, hal. 37. Di samping pembagian asuransi tersebut di atas, asuransi jiwa juga dapat dibedakan atas: 1. Asuransi jiwa medikal adalah asuransi yang memberikan surat keterangan dokter dimana dokter yang memeriksa kesehatan calon tertanggung disediakan oleh pihak asuransi sendiri. 2. Asuransi jiwa non medikal adalah asuransi di mana yang memberikan surat keterangan tentang kesehatan calon tertanggung adalah dokter di luar perusahaan asuransi. 72 Produk-produk yang ada pada PT. Asuransi Jiwa Central Asia Raya adalah: 1. Individu, yang terdiri dari: a Beasiswa Ananda b Whole Life c Eksekutif Century d Protecta Raya e HCP Satria f CARina 2. Korporasi, yang terdiri dari: a Prevensia b Asuransi Kecelakaan c Asuransi Kredit Asuransi Jiwa Kredit d Asuransi Jiwa Berjangka Menurun e Program Kesejahteraan Karyawan f Cash Free Insurance 3. Direct Marketing, yang terdiri dari: a Carseri b Sakura c Triple Safe d Medi Shield e CAR Sero 4. DPLK 5. Premi Online, yang terdiri dari: a Beasiswa Ananda b Whole Life c Protecta Raya PA d Hospital Cash Plan HCP e Asuransi Berjangka BJK f Central Eksekutif 72 Ibid, hal. 39. g Dana Carity 73 Produk-produk yang ada pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera adalah: 1. Produk Individu, yang terdiri dari: a Eksekutif b Anuitas Eksekutif c Eksekutif Platinum d Dana Siswa e Dana Abadi f Dana Dwiguna g Swakadana h Bringin Sehat Keluarga i Bringin Sehat j BRIprotek+ k BRIvesta plus l Investama m Prospens+ n Omega-80 o Bringin Link 2. Produk Korporasi, yang terdiri dari: a Asuransi Perawatan Kesehatan b Program Kesehatan Pensiun c Asuransi Kesejahteraan Hari Tua d Asuransi Kecelakaan Diri e Asuransi Jiwa Berjangka f Asuransi Jiwa Kredit g Asuransi Resiko Jabatan 3. Bancassurance, yang terdiri dari: a Kecelakaan Diri b Bringin Proteksi c Credit Shield d Unit Link-Provest e Unit Link-Provestara 4. DPLK 5. Syariah 74 73 www.car.co.id tanggal 02 Juli 2007. 74 www.bringinlife.co.id tanggal 02 Juli 2007. Dalam asuransi jiwa yang dipertanggungkan adalah jiwa seseorang untuk keperluan seseorang yang berkepentingan, baik untuk suatu waktu tertentu yang diperjanjikan atau untuk seumur hidup tertanggung. Berdasarkan ketentuan di atas, maka polis asuransi jiwa harus memuat: 1. Hari diadakan asuransi 2. Nama tertanggung 3. Nama orang yang jiwanya diasuransikan 4. Saat mulai dan berakhirnya evenemen 5. Jumlah asuransi 6. Premi asuransi 75 Tetapi mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama sekali bergantung pada persetujuan antara kedua pihak yang mengadakan asuransi Pasal 305 KUHD. 76 Pada perjanjian asuransi jiwa pihak-pihak yang bersangkutan tidak hanya selalu dua pihak saja tetapi bisa lebih dari dua pihak yaitu: 1. Penanggung Pihak yang berhak atas pembayaran premi dan berkewajiban membayar sejumlah uang jika terjadi kematian atau peristiwa lain atau berakhirnya masa asuransi. 2. Tertanggung Orang yang jiwanya dipertanggungkan, artinya bahwa pembayaran sejumlah uang yang sudah diperjanjikan itu digantungkan pada mati hidupnya orang tersebut. 3. Penikmat atau pengambil asuransi Orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau ahli waris tertanggung yang berhak menikmati santunan apabila tertanggung meninggal dunia. Jadi penikmat muncul apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung. Karena tertanggung tidak mungkin dapat menikmati santunan kalau sudah meninggal. Tetapi apabila tertanggung masih hidup sampai asuransi berakhir tanpa evenemen maka tertanggung berhak menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar oleh 75 Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 171. 76 Ibid. penanggung. Dalam asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga penikmat harus dicantumkan dalam polis asuransi. 4. Tertunjuk Orang atau siapa saja yang dapat, ahli waris atau pihak ketiga yang dalam polis memang ditunjuk sebagai orang atau pihak yang berhak menerima pembayaran sejumlah uang dari penanggung. 77 Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 empat syarat yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Yang dimaksud dengan sepakat mereka yang mengikatkan dirinya adalah sesuai persesuaian kehendak antara kedua pihak pihak penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian. Persesuaian kehendak itu biasanya diikuti dengan perbuatan penawaran atau penerimaan penawaran. Jadi perjanjian itu harus sesuai dengan memuat unsur-unsur penawaran dan penerimaan penawaran, yaitu penawaran oleh satu pihak pihak penanggung dan penerimaan dari pihak lain pihak tertanggung sampai pada syarat- syarat dari penutupan perjanjian asuransi. Pada perjanjian asuransi tercipta tatanan hubungan hukum antara para pihak. Tatanan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Sudikno Mertokusumo, tatanan yang diciptakan oleh hukum baru menjadi kenyataan apabila 77 Ibid, hal. 173. kepada subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak ”hak”, sedang di pihak lain ”kewajiban”. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak. 78 Dalam Pasal 246 KUHD terdapat bagian kalimat ”dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi”. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban pokok yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak- tidaknya asuransi tidak berjalan. Sebagai perjanjian timbal balik, asuransi bersifat konsensual, artinya sejak terjadi kesepakatan timbullah kewajiban dan hak kedua belah pihak. Tetapi asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah dipenuhi. Dengan kata lain, risiko atas benda beralih kepada penanggung sejak premi dibayar oleh tertanggung. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ada tidaknya asuransi ditentukan oleh pembayaran premi. Premi merupakan kunci perjanjian asuransi. 78 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1991, hal. 39. Dalam asuransi jiwa di samping terdapat pihak penanggung dan tertanggung, juga terdapat pihak penikmat. Tertanggung adalah seseorang yang jiwanya dipertanggungkan, berkewajiban membayar premi atau uang pertanggungan secara sekaligus atau periodik dan berhak menerima polis serta berhak menerima sejumlah uang santunan jika terjadi evenemen meninggalnya si tertanggung. Akan tetapi uang santunan tidak dibayar dan asuransi menjadi batal apabila tertanggung bunuh dirimelakukan percobaan bunuh diri dan dijatuhi hukuman mati. Hal ini sesuai dengan Pasal 307 KUHD. Selain itu perusahaan asuransi juga mencantumkan kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan batalnya asuransi di luar daripada yang ada pada Pasal 307 KUHD, yaitu: 1. Apabila tertanggung berada di bawah pengaruh atau diakibatkan oleh alkohol, obat bius, atau penyakit jiwagila. 2. Apabila tertanggung sengaja menghadapimemasuki bahaya-bahaya yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan, kecuali dalam usaha menyelamatkan diri. 3. Apabila tertanggung terlibatikut dalam penerbangan selain dari pesawat penumpang komersial. 4. Apabila kematian tertanggung disebabkan karena melahirkan bagi wanita. 79 Penanggung adalah perusahaan asuransi jiwa, memberikan jasanya dalam penanganan risiko, berhak menerima premi dan berkewajiban memberikan santunan kepada si tertanggung ataupun penikmat yang ditunjuk pada saat si tertanggung meninggal dunia ataupun setelah berakhirnya masa pertanggungan. 80 79 Wawancara dengan pihak PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera, tanggal 09 Agustus 2007. 80 Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 173. Sedangkan penikmat adalah orang yang ditunjuk oleh si tertanggung tanpa berkewajiban membayar premi dan namanya tertera di dalam polis. Santunan yang diberikan kepada penikmat meskipun ia dengan matinya tertanggung tidak menderita kerugian apapun tidak menimbulkan kewajiban membayar premi. 81 Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban risiko penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung, atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir. 82 Asuransi jiwa yang dipakai dalam Kredit Pemilikan Rumah KPR biasanya adalah asuransi kredit. Akan tetapi pada umumnya biasa disebut asuransi jiwa kredit. Hal ini disebabkan karena asuransi jiwa dipakai untuk menjamin pembayaran kredit kepada kreditur. Asuransi jiwa kredit adalah suatu sistem proteksi yang dapat menjamin masa depan kreditur jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. 83 81 Ibid, hal. 174. 82 Ibid, hal. 175. 83 www.car.co.id tanggal 2 Juli 2007. Salah satu tujuan asuransi jiwa ini adalah memberi proteksi kepada nasabah apabila meninggal maka pihak asuransi akan membayarkan kepada bank untuk melunasi hutang nasabah tersebut. Alasan asuransi jiwa ini menjadi klausula wajib yang harus ada dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah karena pihak bankkreditur mempunyai kepentingan terhadap kelangsungan hidup debitur guna menjamin pengembalian hutang kepada kreditur. Hal ini sesuai dengan salah satu asas asuransi yaitu asas kepentingan. 84 Menurut penelitian biasanya pihak bank hanya memakai perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank hanya yang mempunyai coorporateperjanjian kerjasama dengan bank tersebut. Hal ini disebabkan karena pihak bank tidak mau direpotkan oleh prosedur-prosedur yang ada pada perusahaan asuransi jiwa pada umumnya. 85 Penelitian juga dilakukan pada salah satu perusahaan asuransi jiwa murni asuransi jiwa bukan asuransi jiwa kredit. Perusahaan asuransi jiwa tersebut bisa saja menerbitkan banker’s clause dengan beberapa persyaratan, antara lain: 1. Para penerima manfaatyang ditunjuk untuk menerima pembayaran santunan, harus mengetahui dan menyetujui bahwa polis asuransi jiwa tersebut akan diagunkan untuk menjamin pembayaran Kredit Pemilikan Rumah KPR. 2. Setelah itu tertanggung dan penerima manfaat harus membuat surat pernyataan di hadapan notaris yang berisi bahwa mereka bersama-sama telah mengetahui dan 84 Wawancara dengan staf Dokumentasi Kredit pada PT. Bank Central Asia, Tbk. tanggal 3 Juli 2007. 85 Ibid, tanggal 4 Juli 2007. menyetujui bahwa asuransi tersebut akan dipergunakan untuk menjamin pengembalian Kredit Pemilikan Rumah KPR dan masing-masing pihak tidak ada yang keberatan. Tetapi di dalam prakteknya, hal ini belum pernah terjadi pada perusahaan asuransi jiwa pada umumnya. 86

B. Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR