Faktor Kebijakan Hukum Masa Depan Tentang Pelepasan Hak Atas Tanah

Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik danatau non tanaman, danata fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, u benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial eko nomi sebelum terkena pengadaan tanah. 54 Ganti Rugi sebagaimana yang di buat dalam Pasal 12 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 adalah Ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk: a. Hak atas tanah. b. Bangunan. c. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

B. Faktor Kebijakan Hukum Masa Depan Tentang Pelepasan Hak Atas Tanah

Masyarakat Pencabutan hak atau pembebasan hak ini akan menimbulkan konflik antara pemerintah atau yang membutuhkan tanah dengan masyarakat yang empunya tanah disebabkan karena pelaksanaan ganti kerugian yang dilakukan dengan musyawarah yang semu dan cenderung manipulatif karena kondisi pada saat terjadinya musyawarah, masyarakat tidak mempunyai posisi runding bergaing position yang seimbang. Secara psikologis masyarakat berada di bawah tekanan pihak pengusaha, Penentuan bentuk dan besarnya ganti rugi dianggap oleh masyarakat tidak layak, dalam arti bahwa ganti kerugian itu tidak dapat digunakan untuk mempertahankan 54 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 pasal 1 ayat 11 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 ting n pertanahan yang berlaku selama ini, adalah sangat sentralistik dan pel eharusnya politik pertanahan yang sentralistik dan otoriter ini di arahkan ke politik onsif, dengan nuansa demokratis. Pelaksanaan ket the itu tidak hanya berkembang dengan logika kat kesejahteraan sosial ekonominya, bahkan tingkat kesejahteraan sosial ekonominya menjadi lebih buruk jika dibandingkan keadaan sebelum tanahnya di cabut atau dibebaskan haknya. Berkenaan dengan kenyataan tersebut, maka kebijakan dan tindakan pemerintahan yang bermaksud untuk mewujudkan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yang konsekuensinya akan mengurangi atau meniadakan hak atas tanah dan hak-hak lain yang ada diatasnya dari warga masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat akan mempengaruhi hak-hak asasi dan hak-hak keperdataan masyarakat khususnya yang haknya dicabut atau dibebaskan. Oleh karena itu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pencabutan atau pembebasan hak atas tanah harus mengakomodasi perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak keperdataannya. Kebijaka aksanaan pencabutan, pembebasan hak atas tanah cendrung otoriter dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan tidak mengakomodasi kepentingan warga masyarakat dan hak-hak asasinya. Setelah reformasi ini, diharapkan kebijakan pertanahan yang bersifat sentralistik ini sudah tidak bisa lagi dipertahankan s pertanahan yang desentralistik dan resp entuan perundang-undangan tidak hanya bersandar kepada hukum apa adanya the law that is, tetapi harus merespon keadaan sosial atau hukum yang seharusnya law that ought to be . Hukum Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 tertutup tetapi harus dapat mengambil nilai-nilai baru dari masyarakat dengan memperbaharui peraturan yang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keadaan dewasa ini. Perubahan kebijakan mengenai pencabutan pembebasan tanah, harus segera demokratis. Adanya ketegasan dalam peraturan perundang-undangan untuk dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dan mengakomodasi tentang jaminan untuk kesejahteraan agar tidak menjadi lebih miskin dari sebelum tanahnya 55 dilakukan dengan paradigma politik pertahanan yang disentralistik, renponsif dan melibatkan masyarakat, baik yang terkena dampak, maupun kelompok kepentingan perlindungan hak dan kepentingan masyarakat, termasuk hak untuk mendapat dibebaskan. . Pen C gertian Kepentingan Umum Pada hakekatnya, belum ada defenisi yang sudah di kenalkan mengenai pengertian kepentingan umum namun secara sederhana dapat ditarik kesimpulan atau pengertian bahwa kepentingan umum dapat saja dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan sosial yang luas. Tetapi rumusan secara demikian tidak ada batasnya terlalu umum. Untuk dapat menolong kita mendapatkan suatu rumusan terhadapnya, kiranya dijadikan pegangan sambil menanti pengentalannya yakni kepentingan umum adalah termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dengan rakyat, dengan memperhatikan segi sosial, politik, psikologis, dan Hankamnas atas dasar azas-azas pembangunan nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan nusantara”. 56 55 Syafuddin Kalo Op.Cit. Halaman 142 56 Syafuddin Kalo Op.cit Halaman 38-40 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 Dalam Perpres 36 Tahun 2005 disebutkan, kepentingan umum meliputi 21 jenis, yaitu jalan umum, jalan tol, rel kereta api, saluran air minumair bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi, waduk, bendungan, bendung, irigasi, dan bangunan pera ana olahraga, stasiun penyiaran radio, televisi dan sarana pend dan Kepolisian, lembaga pem gkan Keppres No 55 Tahun1993. Namun nyatanya objek kepe ataupun pipanisasi dan pengadaan jaringan telepon. Objek-objek tersebut sudah jelas dike ek hingga keluarnya Perpres ini iran lain, rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat. Selain itu, pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal, peribadatan, pendidikan atau sekolah, pasar umum, fasilitas pemakaman umum, fasilitas keselamatan umum, pos dan telekomunikasi, sar ukungnya. Kepentingan umum juga termasuk kantor pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan negara asing, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan atau lembaga internasional di bawah naungan PBB, fasilitas TNI asyarakatan dan rumah tahanan, rumah susun sederhana, tempat pembuangan sampah, cagar alam dan budaya, pertamanan, panti sosial, dan pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik. Perlu disampaikan ada satu poin penting dalam Perpres, bahwa sengketa tentang pengambil alihan hak atas tanah ternyata tidak bisa diselesaikan melalui jalur hukum karena presiden mempunyai kewenangan untuk mencabut hak atas tanah. Perpres ini juga mengatur perluasan objek pembangunan untuk kepentingan umum bila dibandin ntingan umum juga didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dikelola swasta dan menghasilkan keuntungan. Sebut saja seperti jalan tol yang pengelolaannya ada di tangan PT Jasa Marga lola secara mandiri oleh swasta. Perluasan obj Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 disinyalir merupakan tindak lanjut dari infrastructur summit yang diadakan beberapa 57 waktu lalu sudah jelas pula keuntungannya untuk siapa. Dalam Perpres No 36 Tahun 2005 ditetapkan pada 3 Mei Tahun 2005. Perpres itu memakai titel Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum namun sebagian substansi utamanya berkaitan dengan pencabutan tanah. Pada titik inilah perpres ini menjadi penting diperhatikan karena potensial disalahgunakan. Apabila kita mengamati dengan saksama, perpres ini tidak berbeda jauh dengan Keppres No 55 Tahun 1993, hanya beberapa bagian yang berubah terutama dalam hal pencabutan hak atas tanah, ganti rugi, dan perluasan kepentingan umum. Apalagi kalau dikaitkan dengan ketentuan yang tersebut di dalam Undang- Undang No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Undang-Undang yang mensyaratkan bahwa jika ada materi hukum yang berkaitan dengan HAM maka hal tersebut harus diatur dalam Undang-Undang. Logika hukum yang dipakai dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2004 terutama pasal 8 haruslah diperhatikan secara sungguh-sungguh, karena peraturan hukum yang mengakibatkan tercabutnya hak asasi manusiahak warga negara maka pemerintah seharusnya bekerja sama dengan wakil rakyat yang merepresentasikan warga negara. Karena jika peraturan dibuat sepihak maka kecenderungan untuk disalahgunakan akan sangat besar. Terlepas dari permasalahan tentang wadah hukum maka materi dari peraturan presiden ini hampir sama dengan Keppres No 55 Tahun 1993 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan 57 www.google.http. Hukum online.com. 16 Maret 2009 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 pembangunan untuk kepentingan umum. Yang jadi soal perpres ini juga tidak menjabarkan apa yang dimaksud dengan kepentingan umum dan bahkan mereduksi defin isi kepentingan umum Keppres No 55 Tahun 1993 dengan menyatakan bahwa kepentingan umum adalah kepentingan sebagian masyarakat bukan lagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Batasan-batasan dari kepentingan umum seharusnya dibuat, misalnya dengan memasukkan ciri-ciri kepentingan umum seperti, benar program pembangunan dimiliki oleh pemerintah, dikelola oleh pemerintah, dan tidak untuk mencari keuntungan serta tidak bisa dikonversi dengan alasan apa pun juga selain untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Dalam peraturan presiden penjelasan kepentingan umum hanya diterangkan melalui kegiatannya, seperti pembangunan jalan umum, jalan tol, rumah sakit umum pendidikan atau sekolah dan lain-lain. Fakta menunjukkan, ada cukup banyak tanah yang dicabut atas dasar kepentingan umum tetapi pada beberapa waktu atau dekade kemudian terjadilah peralihan peruntukan tanah dimaksud. 58 Belum lagi ada kemungkinan ada para pembonceng yang memanipulasi pengambilalihan tanah melalui proses pencabutan. Pemberlakuan secara terburu-buru atas peraturan presiden ini akan menimbulkan sejumlah persoalan, karena latar belakang, substansi, dan format, serta potensi negatif dari implementasi Perpres No 36 Tahun 2005. Bisa saja pemberlakuan perpres itu sedikit ditangguhkan untuk kembali ke Keppres 55 Tahun 1993, untuk mendorong terbentuknya Undang-Undang tentang Perolehan Tanah untuk Kegiatan Pembangunan yang pasti, perpres ini 58 www.google.http. Adilkah Hak Atas Tanah dicabut. Com.14 April 2009 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 muncul sebagai bagian dari kebijakan awal pemerintah untuk mengakselerasikan program pembangunan yang membutuhkan lahan dalam jumlah yang cukup luas. Tent 90 hari kalender bagi pelaksanaan musyawarah terhitung dari undangan pertama musyawarah, ujur Aburizal. Pengadaan lahan bagi pembangunan kepentingan umum ini dilakukan dengan pelepasan atau penyerahan hak tanah atau pencabutan hak atas tanah, untuk melakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, maka hal itu dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan hak tanah, sementara pencabutan hak atas tanah diatur berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda di Atasnya. Persoalan tentang tanah dalam pembangunan adalah persoalan yang menarik dan sekaligus unik meningkatkan u saja kebijakan ini berkaitan dengan kebijakan pasca-infrastructure summit. Yang pasti kebijakan pencabutan tanah ini juga potensial membuat problematika baru karena sebagai substansinya memang potesial menciptakan masalah. Tidak ada mekanisme yang bisa mengeliminasi potensi penyalahgunaan yang secara interen tersebut di dalam perpres dimaksud. Penerbitan Perpres No 36 Tahun 2005 bertujuan agar pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan transparan melalui partisipasi publik, akuntabel, dan menghormati hak-hak atas tanah. Menurut Aburizal, perpres ini memberi landasan bagi penyusunan jadwal pembangunan kepentingan umum yang lebih terukur sehingga memberi kepastian pembangunan. Dalam perpres ini diamanatkan rentang waktu penyelesaian pengadaan lahan yang memungkinkan waktu paling lama 59 59 www.google.http. Tanah Warga.com. 28 April 2009 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 pembangunan nasional sangat membutuhkan tanah tetapi kebutuhan tersebut tidak terlalu mudah untuk dipenuhi, hal yang demikian sudah disadari oleh semua pihak dan dalam konteks dengan peraturan baru ini tampak dengan jelas dari kesadarannya yang menyatakan: Dalam praktek pelaksanaan pembebasan tanah baik yang menyangkut pengadaan tanah Baik menyangkut pengadaan tanah bagi kepentingan pembangunan untuk karena kekurang beresan peraturan ataukah karena ketidaksiapan aparat atau hanya sebuah akses yang memang lumrah terjadi. Tetapi a. Bahwa pembangunan nasional, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum, memerlukan bidang tanah yang cukup dan untuk itu pengadaannya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. b. Bahwa pelaksanaan pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan mamperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah. c. Bahwa atas dasar pertimbangan tersebut pengadaan tanah untuk kepentingan umum diusahakan dengan cara musyawarah langsung dengan para pemegang hak atas tanah. kepentingan umum maupun pembebasan tanah untuk kepentingan swasta selalu menimbulkan keributan dan masalah sehingga banyak yang mempersoalkan apakah hal ini terjadi disebabkan apapun alasannya yang umumnya dirugikan oleh keadaan tersebut adalah rakyat, Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 sehingga perlu diadakan usaha perbaikan yang sudah dimulai dengan pembenahan kelembagaan dan sekaligus dengan penertiban persoalan dan kelembagaan dan sekaligus dengan penertiban personal dan sekarang mulai usaha perbaikan ini noda- noda hitam yang selama ini selalu terdapat dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan tidak akan ada lagi dimasa mendatang. Berdasarkan alasan tersebut maka keberadaan keputusan Presiden No 55 Tahun 1993 dapat ditinjau dari berbagai aspek, namun dalam tulisan ini hanya dapat dibatasi pada beberapa hal: a. Bagaimana keberadaannya dalam kaitannya dalam usaha pembaharuan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. hanya dibatasi untuk kepentingan umum apakah konsep yang diajukan dalam kepentingan umum. berkenaan dengan kelembagaan yang terlibat dalam proses pengadaan tanah yang dilakukan dengan kelembagaan yang kita kenal pada masa lampau. penyempurnaan prosedural yang harus ditempuh dalam rangka pengadaan seberapa jauh usaha-usaha penyempurnaan ini telah dilakukan dibandingkan e. Persoalan yang paling kontroversial dan paling banyak menjadi bahan dalam peraturan ini juga diadakan beberapa penyempurnaan. Apakah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan pembebasan tanah dan b. Bagaimana landasan dan sekaligus pembatasan dasar pengadaan tanah yang peraturan baru ini sudah mencakup semua aspek dari apa yang dinamakan c. Dalam peraturan ini diadakan beberapa perombakan institusional yang yang dimaksud. Sampai seberapa jauh sebenarnya perombakan kelembagaan d. Selain perombakan kelembagaan, peraturan ini juga mengadakan beberapa tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum sampai dengan prosedur yang ditempuh pada masa lalu. perbincangan ialah perbincangan ialah mengenai ”Ganti kerugian” yang Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 penyempurnaan ini akan lebih menguntungkan bagi masyarakat atau 60 sebaliknya atau hampir sama saja dengan masa-masa sebelumnya. Hukum sebagai dasar kehidupan bermasyarakat adalah aturan yang diciptakan oleh anggota masyarakat itu sendiri berdasarkan hasil dari kontrak sosial. Hukum berfungsi mengatur perilaku anggota masyarakat dalam berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya agar hidup teratur, adil, serta aman dan tenteram. Dalam hal ini hukum berfungsi sebagai sarana kontrol sosial untuk mempertahankan status quo dalam hal anggota masyarakat menginginkan suatu keadaan yang memang diinginkan. Namun karena masyarakat selalu mengalami perubahan, termasuk perubahan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu, hukum tak hanya sebagai sarana kontrol sosial untuk mempertahankan aturan-aturan yang telah ada, melainkan juga sebagai a tool of social engineering. Hukum selain difungsikan sebagai ketentuan- ketentuan tentang bagaimana manusia harus berperilaku agar hidup teratur, adil, serta aman dan tenteram dalam masyarakat yang selalu berubahberkembang, hukum dapat difungsikan sebagai alat untuk mengendalikan warga masyarakat oleh penguasa. Hukum dapat menjadi alat yang potensial bagi pemerintahan yang bersifat tirani. Masalah lain adalah jika hukum dikaitkan dengan kekuasaan, ada yang berpendapat bahwa hukum yang jelek seperti apa pun di tangan penguasa yang baik akan menghasilkan pelaksanaan hukum yang baik dalam arti sesuai dengan kehendak anggota masyarakat. Apalagi jika hukumnya baik dan di tangan penguasa yang baik, H.Abdurrahman. Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembengunan Untuk kepentingan Umum Indonesia.Bandung, 60 PT.Citra Aditya Bakti. 1996 Halaman 103 dan 105 Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 Berkaitan dengan Peraturan Presiden Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang diberlakukan sejak 3 Mei 2005 perlu dicermati secara saksama. Apakah perpres tersebut memberikan aturan-aturan yang harus diikuti oleh anggota masyarakat agar hidup teratur, adil, aman dan tenteram, serta dapat memajukan masyarakat, atau berisi aturan-aturan yang dipakai sebagai alat untuk mengendalikan anggota masyarakat untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum tanpa memperhatikan kepentingan khusus. Semua tahu bahwa dalam pembangunan diperlukan bidang-bidang tanah, kadang bidang tanah yang diperlukan sudah ada pemegang haknya atas tanah tersebut, baik individu maupun kelompok yang biasa disebut hak komunal atas tanah atau hak ulayat. Pengorbanan pemegang hak atas tanah untuk melepaskan haknya demi kepentingan umum sangat perlu dihargai, mengingat tanah bukan saja bernilai ekonomis bagi pemegang haknya, tetapi dapat juga magis-religius. Pengaturan tentang pencabutan hak atas tanah, baik tanah milik individu maupun tanah milik komunal jelas diperlukan. Namun aturan itu tentunya tak hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja. Ditetapkannya Perpres No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum pada 3 Mei 2005 sebagai pengganti Keputusan Presiden Keppres No 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum ternyata telah mendapat kritikan dari berbagai pihak. Dikhawatirkan perpres tersebut Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 lebih kejam daripada keppres yang menurut pengalaman dijalankan secara kejam. Akan lebih banyak menimbulkan konflik akibat penggusuran paksa lahan-lahan penduduk demi terlaksananya pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam perpres tersebut kekuasaan presiden sangat besar, yakni presiden berhak mencabut hak atas tanah yang dimiliki seseorang atau kelompok jika tak diperoleh kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dan pengembangan Kompas, 1852005. Ketakutan akan terjadinya pencabutan hak atas tanah secara sewenang-wenang selain berdasarkan pengalaman pelaksanaan Keppres Nomor 55 Tahun 1993, juga karena ketentuan dalam perpres itu sendiri, seperti yang sudah disampaikan oleh Yayasan LBH Indonesia dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Kelompok Studi Pembaharuan Agraria dan Elsam Siaran Pers Bersama, 9 Mei 2005 atau Maria SW Sumardjono Kompas, 1152005. Pencabutan hak atas tanah untuk digunakan bagi kepentingan umum dalam rangka pembangunan tentunya akan dapat diterima oleh warga negara Indonesia siapa pun apabila pencabutan tersebut tidak merugikan pemilik hak atas tanah, dalam arti seperti yang diungkapkan oleh Maria SW Sumardjono Kompas, 2992005. Pengadaan tanah disebut adil apabila kepada pemegang hak diberikan ganti kerugian yang dapat memulihkan kondisi sosial ekonominya minimal setara dengan keadaan sebelum pembebasan tanah dan pihak yang memerlukan tanah dapat memperoleh tanah sesuai dengan rencana dan memperoleh perlindungan hukum. Apabila pencabutan hak atas tanah membuat pemegang hak menjadi lebih buruk kondisi sosial ekonominya dari keadaan sebelum Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 pembebasan tanah, maka tentunya menimbulkan kesengsaraan bagi pemegang hak. Kesengsaraan tersebut dapat dirasakan dalam segi sosial ekonominya, dapat juga dirasakan dalam segi magis-religius. Apakah penguasa manusiawi apabila seseorang yang telah berjasa pada orang banyak dengan melepaskan hak atas tanahnya untuk pembuatan jalan tol misalnya harus menjadi gelandangan karena ganti ruginya tidak dapat memulihkan kondisi sosial ekonominya, apalagi jika tanah tersebut merupakan sumber kehidupan dan tempat tinggal sekelompok orang masyarakat. Jika dasar pembuatan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum didasarkan pada ketentuan UUD 1945 tersebut di atas, tentunya kita tidak perlu khawatir akan terjadi otoriterianisme dalam soal pertanahan. Apalagi jika penguasa menjalankan kekuasaan yang dibebankan kepadanya berdasarkan hukum yang ada dan tunduk pada hukum tersebut. Karena ketentuan dalam UUD merupakan kontrak sosial rakyat Indonesia, meperhatikan dan menimbang opini-opini yang lahir dalam masyarakat berkaitan dengan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tersebut adalah suatu hal yang bijak. Adalah tindakan yang bijak mencabut hak atas tanah demi pembangunan untuk kepentingan umum tanpa memberikan rasa sakit pada subyek seseorang atau kelompok orang yang memiliki hak atas tanah tersebut akan memberikan rasa adil, aman dan tenteram bagi subyek tersebut. Dalam hal tanah hanya bernilai ekonomis, pelepasan hak atas tanah untuk pembuatan jalan tol, misalnya demi kepentingan umum, penggantian atas tanah tersebut dapat dilakukan atas pertimbangan ekonomi, yakni orang yang mele ah di tempat lain dengan paskan hak atas tanah diganti uang atau tan Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009 mempertimbangkan bahwa kondisi ekonominya minimal seperti sebelum hak atas tanahnya dilepaskan. ru Dalam Konsep Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Paradigma baru tentang pemulihan sosial ekonomi warga masyarakat yang terkena proyek pembebasan, yaitu perlu adanya upaya untuk memulihkan kegiatan ekonomi mereka dengan memperhitungkan kerugian yang dialami oleh warga yang terkena dampak pembebasan tanahnya, bagi warga masyarakat yang sebelumnya tanah adalah merupakan aset yang berharga sebagai tempat usaha, bertani, berkebun dan sebagainya, terpaksa kehilangan aset ini, karena mereka dipindahkan ketempat permukiman yang baru. Pemulihan lokasi pemukiman yang baru bagi warga Dalam hal tanah mempunyai makna yang lebih luas lagi, yakni tanah sebagai benda magis- religius, benda yang melandasi kehidupan komunal tradisional, benda yang tidak dapat dimiliki secara pribadi dan permanen, serta benda sebagai media cadangan bagi sumber kehidupan generasi mendatang, maka penggantian atas pencabutan hak atas tanah demi pembangunan untuk kepentingan umum perlu dicari cara menyembuhkan rasa sakit secara bersama antara pemegang hak, pihak yang memerlukan tanah, dan pemerintah. Siapa pun di tanah tercinta ini, akan rela melepaskan hak atas tanahnya demi pembangunan untuk kepentingan umum. 61

D. Paradigma Ba