F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1.
Kerangka Teori
“Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta
yang dapat menunjukkan ketidak benarannya”.
6
Menurut M. Solly Lubis, yang berpendapat menyebutkan bahwa: Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah sebelum diambil
rumusan landasan teori, yang menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau
permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang membuat kerangka berpikir dalam
penulisan
7
.
Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Karena penelitian ini
merupakan penelitian hukum yang diarahkan secara khas ilmu hukum, maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami jalan penyelesaian ganti rugi tanah
yang diatur dalam undang-undang. Pengadaan tanah boleh dikatakan identik dengan kebutuhan tanah, hanya di bedakan antar sifatnya yang aktif dan pasif.
Titik tautnya adalah tanah jika kita berbicara menyangkut pembangunan dan kehidupan. “Tanah adalah suatu benda bernilai ekonomis, sekaligus magis-religio-
kosmis menurut pandangan bangsa Indonesia, ia pula yang sering memberi getaran didalam perdamaian dan sering pula menimbulkan goncangan dalam masyarakat, lalu
ia juga yang sering menimbulkan sendatan dalam pembangunan”.
8
6
JJJ M.Wuisman, dengan penyunting M. Hisman. Penelitian Ilmu-ilmu sosial,jilid 1 fakultas ekonomi universitas indonesis, Jakarta 1996 halaman 203
7
M. Solly Lubis, Filsafat ilmu dan penelitian, Bandung, Mahar Madju, 1994 Halaman 80
8
John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika Jakarta 1987 cetakan
pertama Halaman 23
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Istilah penyediaan tanah terdapat dalam ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pembebasan tanah dan istilah pengadaan tanah terdapat dalam Permendagri No 2
Tahun 1985 Tentang Tata cara pengadaan tanah untuk keperluan proyek pembangunan diwilayah kecamatan. Dalam peraturan yang disebut terakhir,
begitupun dalam surat pengiriman peraturan tersebut dari Menteri Dalam Negeri kepada pejabat-pejabat didaerah, tanggal 2 Agustus 1985 No. 5904280AGR
Tentang Pengadaan Tanah. Sehingga penulis menaruh perhatian lebih banyak terhadap kedua istilah
tersebut satu dan lain juga karena disebut-sebut istilah pengadaan melainkan penyediaan pada hakekatnya belum ada defenisi yang sudah dibuktikan mengenai
pengertian kepentingan umum namun secara sederhana dapat ditarik kesimpulan atau pengertian bahwa kepentingan umum dapat saja dikatakan untuk keperluan,
kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan sosial yang luas.
9
Untuk dapat menolong kita mendapatkan suatu rumusan terhadapnya kiranya dijadikan pegangan sambil menanti pengentalannya, yakni kepentingan umum adalah
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi sosial, politik, psikologi dan hankamnas atas
pembangunan nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan nusantara.
a. Menurut hukum adat yang akan diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Dengan cara lain yaitu dengan suatu penetapan pemerintah dengan syarat-
syarat dan cara yang ditetapkan dengan ketentuan pemerintah. c.
Dengan ketentuan Undang-Undang.
10
“Salah satu cara pemberian hak milik melalui peraturan pemerintah yaitu dengan cara retribusi tanah menurut ketentuan landreform sebagaimana dalam PP No
224 Tahun 1961”,
11
demikian pula dengan pendaftaran tanah di Indonesia menurut
9
Ibid Halaman 31
10
Ibid, Halaman 40
11
Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, Fakultas
Hukum USU press 1998 Cetakan Pertama Halaman 79
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
azas specialitas tanah yang didaftarkan itu harus jelas-jelas diketahui dan nyata ada lokasi tanahnya dan juga menganut azas publisitas, antaranya setiap orang dapat
mengetahui sesuatu bidang tanah milik itu siapa, bagaimana luasnya dan apakah ada beban atasnya dan juga menganut azas negatif artinya pemilikan sesuatu bidang tanah
yang terdaftar atas nama seseorang tidak berarti mutlak adanya sebab dapat saja dipersoalkan siapa pemiliknya melalui pengadilan negeri
12
. Menurut ketentuan pasal 20 Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria yang berbunyi:
a. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah dengan mengikat ketentuan pasal 6.
13
b. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Dapat diketahui bahwa pada dasarnya hak milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia tunggal saja, dan tidak dapat dimiliki oleh warga negara
asing dan badan hukum, baik yang didirikan di Indonesia maupun yang didirikan diluar negeri dengan pengecualian badan-badan hukum tertentu yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963. Ini berarti selain warga negara Indonesia tunggal, dan badan-badan hukum yang ditunjuk dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 yang terdiri dari:
12
A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria. Bandung Alumni, 1984, Halaman 61
13
Pasal 6 UUPA, Menyebutkan semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
a. Bank-bank yang didirikan oleh negara selanjutnya disebut Bank Negara
b. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan
atas Undang-Undang No 79 Tahun 1985 Lembaran Negara Tahun 1985 No. 139
c. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh menteri pertanianagraria setelah
mendengar menteri agama d.
Badan-badan sosial yang di tunjuk oleh menteri pertanianagraria setelah mendengar menteri kesejahteraan sosial.
Tidak ada pihak lain yang dapat menjadi pemegang hak milik atas tanah di Indonesia, dengan ketentuan yang demikian berarti setiap orang tidak dapat dengan
begitu saja melakukan pengalihan hak milik atas tanah. Ini berarti undang-undang pokok agraria memberikan pembatasan peralihan hak milik atas tanah. Agar hak
milik atas tanah dapat dialihkan, maka pihak terhadap siapa hak milik atas tanah tersebut hendak dialihkan haruslah merupakan orang perorangan warga negara
Indonesia tunggal, atau badan-badan hukum tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tersebut.
13
Dapat dikatakan bahwa pendaftaran hak milik atas tanah merupakan suatu yang mutlak dilakukan bahkan terhadap setiap bentuk peralihan, hapusnya maupun
pembebanan terhadap hak milik juga wajib didaftarkan. Sehubungan dengan pendaftaran tanah ini perlu diketahui bahwa sebelum berlakunya Undang-Undang
Pokok Agraria, sistem pendaftaran tanah yang diberlakukan adalah registration of deed. Dengan registrasion of deed dimaksudkan bahwa yang didaftarkan adalah akta
yang membuat perbuatan hukum yang melahirkan hak atas tanah hak kebendaan atas
13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-Hak Atas Tanah Prenada Media, Jakarta 2004,
Halaman 31-32
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
tanah, termasuk didalamnya hak eigendom hak milik sebagaimanan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Sistem registration of deed ini diatur dalam ketentuan overschrijvings
ordonnantie 1834 yang merupakan ketentuan yang berlaku sehubungan dengan pendaftaran benda tidak bergerak yang diatur dalam kitab undang-undang hukum
perdata. Ketentuan pasal 620 kitab undang-undang hukum perdata, yang memberikan aturan mengenai pendaftaran benda tidak bergerak tidak pernah berlaku dan
diberlakukan sama sekali sampai dengan ketentuan tersebut dicabut dengan berlakunya undang-undang pokok agraria.
14
Pada dasarnya setiap orang maupun badan hukum membutuhkan tanah. Karena tidak ada aktifitas orang ataupun badan hukum apalagi yang disebut kegiatan
pembangunan yang tidak membutuhkan tanah. Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan pemerintah tidak bisa ditawar ataupun ditunda, terlebih lagi
didalam dasar negara pancasila dinyatakan bahwa kepentingan umum itu harus dipandang porsinya lebih besar dan didahulukan dari kepentingan individu. Demikian
juga pihak swasta yang melaksanakan upaya pengembangan dan peningkatan usahanya, baik yang bernuansa untuk kepentingan umum maupun juga membutuhkan
tanah. Belum lagi banyaknya anggota masyarakat yang nekat menduduki dan menguasai tanah tanpa alas hak yang sah bahkan dengan cara-cara yang terencana
dan sengaja melakukan kekerasan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu semakin cepat roda pembangunan berputar maka semakin
luaslah tanah yang dibutuhkan. Dimana wilayah yang padat penduduknya, secara logis disitu pulalah kegiatan pembangunan yang lebih luas dilaksanakan. Dengan
14
Ibid Halaman 85
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
demikian pengambilan tanah-tanah yang lebih luaspun yang sudah dimilikidikuasai oleh masyarakat tidak terelakkan akan menjadi korban.
Hak seseorang atas tanah semestinya harus dihormati, dalam pengertian tidak boleh orang lain melakukan tindakan yang melawan hukum untuk
memilikimenguasai lahan tersebut. Seyogianya jika ada hak seseorang atas tanah harus didukung oleh bukti hak dapat berupa sertipikat, bukti hak tertulis non
sertipikat danatau pengakuanketerangan yang dapat dipercaya kebenarannya. Jika penguasaan atas tanah dimaksud hanya didasarkan atas kekuasaan, arogansi atau
kenekatan semata, pada hakekatnya penguasaan tersebut sudah melawan hukum. Tegasnya berdasarkan hukum tidak dapat disebut bahwa yang bersangkutan
mempunyai hak atas tanah itu atau dengan kata lain, penguasaan yang demikian tidak boleh ditolerir dan semestinya yang berwenang dengan segala wewenang yang ada
padanya harus segera menggusurnya dari tanah tersebut. Karena jika berlarut-larut masalahnya semakin rumit untuk diselesaikan dan pengaruhnya sangat meluas
komplikatif dan berdampak tidak baik destruktif dimasa datang. Masalah ini semakin meningkat akhir-akhir ini karena jumlah penduduk Indonesia sebagai petani
yang membutuhkan lahan untuk diolah warga.
15
Jika pemerintah dengan berbagai jajarannya memerlukan sebidang tanah yang penggunaannya untuk kepentingan negara danatau umum dapat menempuh cara
yang bersesuaian dengan status tanah yang diperlukan itu. Jika tanah tersebut tanah negara yang bebas cukup dengan mengajukan permohonan hak.
15
Tampil Anshari Siregar, Mempertahankan Hak Atas Tanah Medan 2007 Halaman 2
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Tetapi jika tanah negara tidak bebas dengan kata lain tanah tersebut telah dikuasai dan diusahai oleh orangbadan hukum lain tanpa alas hak yang sah, maka
akan bertambah kewajiban sipemohon untuk membebaskannya, jika pemohonnya dikabulkan. Selain itu hal yang positif diatur dalam peraturan presiden pengadaan
tanah adalah upaya pencegahan spekulasi sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yakni apabila tanah telah ditetapkan
sebagai lokasi pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan surat keputusan penetapan lokasi oleh BupatiWalikota atau Gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
16
Maka tidak mengherankan apabila Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tanggal 3 Mei 2005 telah direvisi oleh pemerintah dengan menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tanggal 5 Juni 2006.
17
Sebagaimana perbuatan hukum yang biasa dilakukan sehari-hari dalam ganti rugi, tukar-menukar dan lain-lainnya yaitu pihak yang memerlukan tanah
menyampaikan maksudnya untuk mendapatkan tanah tersebut. Jika pemilik tanah setuju maka yang memerlukan tanah dapat mengajukan penawaran sehingga tercapai
harga yang disepakati. Selanjutnya dengan dilengkapi administrasi yang benar maksudnya Jika tanahnya tanah negara cukuplah diterangkan dalam suatu surat ganti
rugi biasanya tidak disebut surat jual beli sekalipun hakikatnya jual beli, disamping ditandatangani para pihak diperlukan saksi-saksi sedikitnya 2 dua orang yang
memenuhi syarat hukum dan yang terpenting diketahuidisetujui oleh LurahKepala
16
Mumammad Yamin Lubis dan Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung 2008, Halaman 331
17
Ibid, Halaman 332
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
desa setempat, serta dan sangat lebih baik jika tandatangan camat disertakan kalau tidak dapat juga melalui Notaris. Bagi tanah-tanah negara, pengalihan penguasaannya
dapat sekaligus dilakukan bersama-sama dengan pendaftaran tanahnya, jika hal ini ditempuh berdasarkan kesepakatan pihak-pihak dan kepastian hukum yang dicapai
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hanya peralihan berdasarkan pembayaran ganti kerugian saja.
Jika tanahnya harus melalui tawar-menawar dan untuk mendapat persetujuan kepemilikan, maka pengalihan haknya dilakukan dengan cara musyawarah antara
individu kepala keluarga yang memiliki tanah tersebut dengan Panitia Pengadaan Tanah Silangit Siborong-borong. Jika halnya itu telah selesai maka secara hukum
resmilah pengalihan hak atas tanah dimaksud menjadi milik Pemda setempat yang dijadikan sebagai Bandar udara Silangit Siborong-borong Tapanuli Utara. Pengalihan
tanah tersebut baik si pemilik apalagi pihak yang memerlukan harus memperhatikan rencana tata ruang RUTR yang berlaku.
18
“Sebagaimana telah dikemukakan dalam rangka melaksanakan proyek-proyek pembangunan, tanah merupakan salah satu sarana yang amat penting dan dibutuhkan
karena semakin meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan tanah semakin meningkat pula, sedangkan persediaan tanah sangat terbatas”.
19
18
Ibid Halaman 79-80
19
I wawan suandra Hukum Pertanahan Indonesia rineka cipta 1994, Halaman 11
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Pada azasnya, jika diperlukan tanah atau benda-benda lainnya kepunyaan orang lain untuk sesuatu keperluan haruslah terlebih dahulu diusahakan agar tanah itu dapat
diperoleh dengan persetujuan yang empunya, misalnya melakukan ganti rugi dan tukar-menukar. Penaksiran untuk ganti kerugian dilakukan oleh panitia penaksir
dalam melaksanakan pencabutan atas hak tanah, kepada pemilik tanah dan atau benda yang haknya dicabut diberikan ganti kerugian yang layak. Ganti kerugian yang layak
itu didasarkan atas nilai nyatasebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan, harga yang didasarkan atas nilai nyatasebenarnya itu mesti sama dengan harga umum
tetapi sebaliknya harga tersebut tidak pula harga murah, oleh karena itu untuk menentukan harga yang layak tersebut maka dibentuk panitia penaksir.
20
Dengan menilai secara khusus kedudukan tanah dan hak seseorang yang terkait pada tanah-haknya, bagaimana kuat hubungan hukum antara keduanya serta pengaruh
hubungan kosmis-magis-religius menurut hukum adat bangsa kita, maka pada hakikatnya sudah dapat dipikirkan bagaimana caranya kita dapat menyehatkan tata
cara dan sistem dalam rangka melaksanakan cara-cara dan sistem dalam rangka melaksanakan pembebasan hak atas tanah bagi kepentingan pemerintah. Hal-hal
dasar yang menjadi ganjalan dalam menetapkan harga dasar tanah rasanya tidak terlalu sulit untuk diatasi, asalkan sistemnya dapat dimantapkan secara sungguh-
sungguh, dan konsekuen melaksanakannya, di bawah suatu kendali terpadu. Sistem ini harus terkontrol secara transparan dan jitu, sebab sepanjang menyangkut tarif dan
uang harus diketahui umum dan terbuka tidak ada yang harus dirahasiakan.
20
Ibid. Halaman, 18
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Disitu harus berlaku juga internal kontrol, eksternal kontrol dan sosial kontrol, secara bersilang dan transparan. Seandainya secara interdepartemental harga dasar
tanah dapat dipertimbangkan bersama dengan sistem yang bulat, dan kebawah dapat diterapkan terkoordinasi serta terkontrol secara bersama, maka keluhan-keluhan
selama ini dapat diatasi dan nilai tanah sungguh dapat diletakkan pada tempat yang sebenarnya. Masih ada satu hal juga merupakan ganjalan bertalian dengan
interprestasi dan sikap para pejabat yang duduk dalam panitia pembebasan hak atas tanah yakni tentang defenisi harga tanah dan uang ganti rugi. Tetapi akan duduk
bersama dan menetapkan defenisinya dulu dari semua yang mereka hadapi dan akan diwujudkan. Akan tetapi apabila semua sudah memahaminya dengan satu bahasa,
barulah mereka bangkit dan bekerja secara aktif.
21
Maksud diadakannya kegiatan tim analisa dan evaluasi adalah untuk menemukan kejelasan kriteria pemberian ganti kerugian. Dengan kriteria yang lebih
jelas, diharapkan dapat menghilangkan kerancuan, dan dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan dengan jelas penggunaan uang pesangon. Disamping
itu juga untuk menemukan kejelasan kriteria untuk menetapkan ganti kerugian yang layak bagi sipemilik tanah atas dasar pencabutanpelepasan hak atas tanah untuk
kepentingan umumpembangunan. Maka kegiatan analisa dan evaluasi mengenai ganti kerugian dan pemberian uang pesangon dalam proses penyerahan hak atas tanah
akan meliputi pembahasan baik mengenai materi hukumnya maupun aparatur hukum serta sarana dan prasarananya, terutama yang menyangkut permasalahan:
a. Ganti kerugian karena pencabutan hak atau pelepasan hak untuk kepentingan
umum. b. Uang pesangon waktu penggusuranpengosongan penghunipenggarap tanah
secara liar.
21
John Salindeho, Manusia, Tanah, Hak dan Hukum Jakarta, Sinar Grafika 1994,
Halaman 50-51
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Untuk pembayaran ganti kerugianpesangon yang membebani negara, penyusunan perencanaan anggaran adalah proses sebelum jumlah dana yang
dibutuhkan dalam penyediaan anggaran adalah proses sebelum jumlah dana yang dibutuhkan dalam penyediaan anggaran untuk pembayaran ganti kerugianpesangon
kepada yang berhak disetujui oleh DPRDPRD dalam suatu Undang- undangperaturan daerah. Sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Keputusan Presiden
Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Panitia Pengadaan Tanah dibentuk oleh gubernur kepala
daerah Tingkat I, antar lain bertugas:
a. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian atas tanah yang haknya
akan dilepaskan atau diserahkan. b. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi
pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk danatau besarnya ganti kerugian.
c. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan uang ganti kerugian kepada para
pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada diatas tanah.
d. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Berdasarkan ketentuan Pasal 8 sebagaimana telah disebut diatas maka dalam proses
penyusunan perencanaan anggaran untuk dapat ditetapkan dalam APBNAPBD pemerintahan pusatdaerah cq. Pemimpin proyek dalam
pembangunan proyek pemerintahBUMN dapat meminta informasi data mengenai besarnya dana yang akan dibutuhkan dalam penyediaan dana
mengenai besarnya dana yang dibutuhkan dalam penyediaan dana untuk diusulkan dalam penyusunan RAPBNRAPBD sebagai pembayaran kepada
yang berhak. Sehingga dengan demikian apabila terjadi dalam pelaksanaan pembayaran ganti kerugian kekurangan dana, pembebasan tanah untuk
pembangunan menjadi terhambat, pemimpin proyek terlepas dari tanggung jawab kesalahan dalam perencanaan.
22
Dalam suatu sengketa ataupun perkara pastilah terdapat 2 atau lebih, yang satu dan yang lain mungkin saling melakukan hubungan hukum yang dapat melanggar
hak ataupun kewajiban antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Maka bila terjadi permasalahan akan dilakukan dengan cara penyelesaian ke Pengadilan Negeri,
apabila sepakat untuk mengakhiri perkara tersebut secara berdamai, sengketa
22
Moh. Hasan Wargakusumah, Analisis dan Evaluasi Tentang Ganti Rugi dan Pemberian Uang Pesangon dalam proses penyerahan hak atas tanah. Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen
Kehakiman, 1994.Halaman 2,5 dan 18
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
perbedaan pendapat dan perdebatan yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan. Keadaan seperti ini biasanya berakhir
dengan putusnya jalur komunikasi yang sehat sehingga masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan nasib ataupun kepentingan pihak lainnya.
Jika dilacak lebih jauh, Kepres ini didasarkan atas pasal 4 ayat 1 UUD 1945 mengenai kekuasaan pemerintah yang dimiliki oleh presiden eksekutif, dan UU No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria terutama pasal 18, UU No. 51 Perpres Tahun 1960 serta UU No. 20 Tahun 1961. Satu hal lagi yang harus
diperhitungkan perundangan pencabutan hak atas tanah ini juga seharusnya merujuk pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia karena soal
pencabutan ini berkaitan dengan persoalan hak asasi manusia dan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Undang-Undang. Untuk itu timbul
pertanyaan, apakah persoalan ini dapat diatur hanya melalui ketentuan perundangan yang berbentuk PERPRES saja padahal substansinya menyangkut awal penting
mengenai hak asasi, khususnya, pasal 27 UU tentang hak asasi yang mengatur mengenai kebebasan bertempat tinggal.
Dalam pasal 9 ayat 3 undang-undang tersebut, menyatakan tentang cara-cara untuk menuntut ganti kerugian, rehabilitasi dan pembebanan ganti kerugian, yang
sabagai mana dikatakan “diatur lebih lanjut dengan undang-undang”. Hal ini berarti bahwa harus ada undang-undang pelaksanaannya, karena apa yang tercantum dalam
Undang-Undang No 14 Tahun 1970 sesungguhnya hanya mengatur tentang pokok- pokoknya saja sabagai dasar hukum. Didalam Bab I tentang ketentuan umum pasal 1
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
butir ke 22 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, memberikan suatu batasan mengenai apa yang dimaksud dengan ganti kerugian.
Berlakunya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum,
pengadaan tanah atau istilah yang dipakai saat ini adalah pembebasan tanah untuk keperluan pemerintah, ketentuan-ketentuan mengenai Tata cara Pembebasan Tanah,
untuk proyek berskala kecil diatur dalam Permendagri Nomor 2 Tahun 1985 salah satu kasus yang sering terjadi pada setiap pembebasan tanah pada umumnya berupa
penetapan besarnya ganti kerugian. Dalam Penetapan besarnya Ganti Kerugian dalam Kepres No. 55 Tahun 1993 maupun PermenagKepala BPN No. 1 Tahun 1994
ditegaskan bahwa penentuan besarnya ganti kerugian ditetapkan oleh panitia dengan
berpedoman pada harga umum setempat dengan mengadakan secara musyawarah
dengan para pemilikpemegang hak atas tanah danatau bendatanaman yang ada diatasnya.
23
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum Pasal 2 ayat 1 Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, ayat 2 Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan
23
H. Aminuddin Sale Hukum Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum, Total Media 2007 Halaman 170
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara ganti rugi, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati
secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dan dalam Pasal 3 Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan
berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah. Pasal 5 Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, meliputi : Jalan umum dan jalan tol, rel
kereta api di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah, saluran air minumair bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi, waduk, bendungan,
bendungan irigasi dan bangunan, pengairan lainnya, pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul
penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana, tempat pembuangan sampah, cagar alam dan cagar budaya, pembangkit, transmisi, distribusi tenaga
listrik.
24
Menyimak sejarah perkembangan Alternatif Dispute Resolution ADR dinegara tempat pertama kali dikembangkan Amerika Serikat, pengembangan ADR
dilatar belakangi oleh kebutuhan sebagai berikut:
24
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
a. Mengurangi kemacetan dipengadilan. Banyaknya kasus yang diajukan ke
pengadilan menyebabkan proses pengadilan sering kali berkepanjangan sehingga memakan biaya yang tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang
memuaskan. b.Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa.
c. Memperlancar serta memperluas akses ke pengadilan
d. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang
menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak dan memuaskan.
Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan benturan kepentingan conflict of interest di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh konkret
antara perorangan dengan perorangan, perorangan dengan badan hukum, badan hukum dengan badan hukum dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, guna kepastian hukum yang diamanatkan UUPA, maka terhadap kasus pertanahan dimaksud antara lain dapat diberikan responsreaksipenyelesaian kepada
yang berkepentingan masyarakat dan pemerintah, berupa solusi melalui Badan Pertanahan Nasional dan solusi melalui Badan Peradilan. Solusi penyelesaian
sengketa tanah dapat ditempuh melalui 2 cara yaitu :
1. Solusi melalui BPN Badan Pertanahan Nasional
Kasus pertanahan itu timbul karena adanya klaimpengaduankeberatan dari masyarakat peroranganbadan hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan
terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional, serta keputusan Pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tersebut. Dengan adanya klaim tersebut, mereka ingin
mendapat penyelesaian secara administrasi dengan apa yang disebut koreksi serta merta dari Pejabat yang berwenang untuk itu. Kewenangan untuk melakukan
koreksi terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan SertifikatSurat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah, ada pada Kepala Badan
Pertanahan Nasional. Kasus pertanahan meliputi beberapa macam antara lain mengenai masalah status tanah, masalah kepemilikan, masalah bukti-bukti
perolehan yang menjadi dasar pemberian hak dan sebagainya. Setelah menerima berkas pengaduan dari masyarakat tersebut di atas, pejabat yang berwenang
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
menyelesaikan masalah ini akan mengadakan penelitian dan pengumpulan data terhadap berkas yang diadukan tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sementara apakah pengaduan tersebut dapat diproses lebih lanjut atau tidak dapat. Apabila data yang disampaikan secara langsung ke Badan
Pertanahan Nasional itu masih kurang jelas atau kurang lengkap, maka Badan Pertanahan Nasional akan meminta penjelasan disertai dengan data serta saran ke
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat letak tanah yang disengketakan.
Bilamana kelengkapan data tersebut telah dipenuhi, maka selanjutnya diadakan pengkajian kembali terhadap masalah yang diajukan tersebut yang meliputi segi
prosedur, kewenangan dan penerapan hukumnya. Agar kepentingan masyarakat perorangan atau badan hukum yang berhak atas bidang tanah yang diklaim
tersebut mendapat perlindungan hukum, maka apabila dipandang perlu setelah Kepala Kantor Pertanahan setempat mengadakan penelitian dan apabila dari
keyakinannya memang harus distatus quokan, dapat dilakukan pemblokiran atas tanah sengketa. Kebijakan ini dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 14-1-1992 No 110-150 perihal Pencabutan Instruksi Menteri Dalam Negeri No 16 Tahun 1984. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa apabila Kepala Kantor Pertanahan setempat hendak melakukan tindakan status quo terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan
sertifikatSurat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah, harusnya bertindak hati- hati dan memperhatikan asas-asas umum Pemerintahan yang baik, antara lain
asas kecermatan dan ketelitian, asas keterbukaan fair play, asas persamaan di dalam melayani kepentingan masyarakat dan memperhatikan pihak-pihak yang
bersengketa. Terhadap kasus pertanahan yang disampaikan ke Badan Pertanahan Nasional untuk dimintakan penyelesaiannya, apabila dapat dipertemukan pihak-
pihak yang bersengketa, maka sangat baik jika diselesaikan melalui cara musyawarah. Penyelesaian ini seringkali Badan Pertanahan Nasional diminta
sebagai mediator di dalam menyelesaikan sengketa hak atas tanah secara damai saling menghormati pihak-pihak yang bersengketa. Berkenaan dengan itu,
bilamana penyelesaian secara musyawarah mencapai kata mufakat, maka harus pula disertai dengan bukti tertulis, yaitu dari surat pemberitahuan untuk para
pihak, berita acara rapat dan selanjutnya sebagai bukti adanya perdamaian dituangkan dalam akta yang bila perlu dibuat di hadapan notaris sehingga
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Pembatalan keputusan tata usaha negara di bidang pertanahan oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional berdasarkan adanya cacat hukumadministrasi di dalam penerbitannya. Yang menjadi dasar hukum kewenangan pembatalan keputusan
tersebut adalah Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No 3 Tahun 1999. Dalam praktek selama ini terdapat peroranganbadan
hukum yang merasa kepentingannya dirugikan mengajukan keberatan tersebut langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Sebagian besar diajukan
langsung oleh yang bersangkutan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional dan
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
sebagian diajukan melalui Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat dan diteruskan melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi yang bersangkutan.
2. Melalui Badan Peradilan
Apabila penyelesaian melalui musyawarah di antara para pihak yang bersengketa tidak tercapai, demikian pula apabila penyelesaian secara sepihak dari Kepala
Badan Pertanahan Nasional tidak dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka penyelesaiannya harus melalui pengadilan. Setelah melalui
penelitian ternyata Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan oleh Pejabat Badan Pertanahan Nasional sudah benar menurut hukum dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku, maka Kepala Badan Pertanahan Nasional dapat juga mengeluarkan suatu keputusan yang berisi menolak tuntutan pihak ketiga yang
berkeberatan atas Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkan oleh Pejabat Badan Pertanahan Nasional tersebut. Sebagai konsekuensi dari penolakan
tersebut berarti Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkan tersebut tetap benar dan sah walaupun ada pihak lain yang mengajukan ke pengadilan
setempat. Sementara menunggu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, dilarang bagi Pejabat Tata Usaha Negara yang terkait mengadakan mutasi
atas tanah yang bersangkutan status quo. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya masalah di kemudian hari yang menimbulkan kerugian bagi pihak-
pihak yang berperkara maupun pihak ketiga, maka kepada Pejabat Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan yang terkait harus menerapkan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, yaitu untuk melindungi semua pihak yang berkepentingan sambil menunggu adanya putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde. Kemudian apabila sudah ada putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti, maka Kepala
Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang bersangkutan mengusulkan
permohonan pembatalan suatu Keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan yang telah diputuskan tersebut di atas. Permohonan tersebut harus
dilengkapi dengan laporan mengenai semua data yang menyangkut subjek dan beban yang ada di atas tanah tersebut serta segala permasalahan yang ada.
Kewenangan administratif permohonan pembatalan suatu Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah atau Sertifikat Hak Atas Tanah adalah menjadi
kewenangan Kepala Badan Pertanahan Nasional termasuk langkah-langkah kebijaksanaan yang akan diambil berkenaan dengan adanya suatu putusan hakim
yang tidak dapat dilaksanakan. Semua ini agar diserahkan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk menimbang dan mengambil keputusan lebih lanjut.
25
25
www.Google.http Penyelesaian sengketa Pertanahan di Indonesia Com. tgl 22 Februari 2009
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
Dalam Pasal 1 angka 10 dan alenia ke-9 dari penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa,
dikatakan bahwa Alternatif penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Dengan kata lain
Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 5
lima cara alternatif penyelesaian sengketa yaitu: 1.
Konsultasi “Act of consulting or conferring e.g. patien with doctor, client with lawyer.
Deliberation of person on some subject. Yang maksudnya adalah suatu perbuatan yang merupakan konsultasi atau berunding, seperti halnya seorang pasien dan
dokter, seorang klien dan pengacara, hanya memberikan pertimbangan terhadap maksud-maksud tertentu”.
26
Berarti dalam konsultasi, sebagai suatu bentuk pranata alternatif penyelesaian sengketa, peran dari konsultan dalam
menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang ada tidaklah dominan sama sekali, konsultan hanya memberikan pendapat hukum, selanjutnya keputusan diambil
oleh para pihak sendiri.
26
Henry Cambel Black, Black’s Law Distionary 6 ed, st Paul MN, West publishing co. Halaman 58
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
2. Negosiasi
Maksudnya negosiasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dengan permohonan yang berbeda untuk mencapai suatu kesepakatan yang
menyeluruh melakukan perundingan dan melepaskan atau memberikan kelonggaran. “Menurut H.M.G.Ohorella dan H.Amiruddin Sale menyatakan:
Negosiasi perundingan adalah ababila kedua belah pihak yang bersengketa berunding, berhadapan dan sepakat bertindak mengambil keputusan dalam
menyelesaikan sendiri sengketa mereka tanpa campur tangan pihak ketiga.
27
” Adapun Munir Faudy memberikan defenisi negosiasi yaitu: Negosiasi bisa
dilakukan berkenaan dengan transaksi maupun perselisihan. Pada prinsipnya negosiasi suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi diantara para
pihak. Negosiasi dilakukan baik karena telah ada sengketa diantara para pihak, maupun hanya karena belum ada kata sepakat disebabkan belaum pernah
dibicarakan masalah tersebut.
28
Dari literatur hukum diketahui bahwa pada umumnya proses negosiasi merupakan
suatu lembaga Alternatif penyelesaian sangketa yang bersifat informal, meskipun adakalanya dilakuakan secara formal. Tidak ada suatu kewajiban bagi para pihak
untuk melakukan pertemuan secara langsung pada saat negosiasi dilakukan tidak harus dilakukan oleh para pihak sendiri. Kesepakatan tertulis tersebut menurut
ketentuan pasal 6 ayat 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa wajib didaftarkan dipengadilan
negeri dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak ditandatangani, dan
27
H.M.G.Ohorella dan H.Amiruddin Sale, Arbitrase di Indonesia, Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Pada Masyarakat Di Pedesaan di Sulawesi Selatan, Ghalia, Jakarta 1995, Halaman
106
28
Munir Faudy, Arbitrase Nasional, Citra Aditya Bakti. Bandung, 2000 Halaman 42
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
dilaksanakan dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran sesuai dengan Pasal 6 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian sengketa. 3. Mediasi
Pengaturan mengenai mediasi pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa diatur dalam ketentuan
Pasal 6 ayat 3, Pasal 6 ayat 4 dan Pasal 3 ayat 5. Ketentuan mengenai mediasi yang diatur dalam Pasal 6 ayat 3 adalah suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan
dari gagalnya negosiasi yang dilakukan oleh para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat 2. Menurut rumusan dari Pasal 6 ayat 3 tersebut juga dikatakan bahwa atas
kesepakatan tertulis para pihak sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat maupun melalui seorang mediator Mediation
is private, informal dispute resolution process a neutral third person, the mediator, helps disputing partien to reach an agreement”.
29
Maksudnya yaitu mediasi adalah bersifat pribadi, suatu proses penyelesaian sengketa secara tidak
resmi dengan menggunakan pihak ketiga yang netral, seorang mediator membantu penyelesaian sengketa para pihak untuk mencapai kesepakatan.
4. Konsiliasi “Menurut Munir Faudy konsiliasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa
diantara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak
29
Henry Cambel Op.cit. Halaman 124
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
memihak, hanya saja dengan peranan yang diperankan oleh seorang mediator dengan konsiliator yang berbeda, sungguhpun dalam praktek antara istilah mediasi
dan konsiliasi sering dipertukarkan”.
30
Seperti halnya konsultasi, negosiasi maupun mediasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian sengketa tidak memberikan sesuatu rumusan yang eksplisit atas pengertian atau defenisi dari konsiliasi ini.
Maksudnya konsiliasi adalah penyesuaian dan suatu penyelesaian suatu sengketa
secara persahabatan, tidak dengan cara bermusuhan dalam peradilan sebelum pemeriksaan sidang dengan memperhatikan untuk menghindari terhadap
pemeriksaan persidangan dan kesalah pahaman diselesaikan sebelum arbitrase. Konsiliasi dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian sengketa sebagai bentuk Alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan adalah tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian diluar
pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakannya proses litigasi peradilan, melainkan juga dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berlangsung, baik di
dalam maupun diluar pengadilan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
30
Henry Cambel Op,cit Halaman 43
Bangun P Nababan : Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara, 2009
5. Pendapat Ahli Dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian sengketa juga mengenal pendapat ahli sebagai bagian dari Alternatif penyelesaian sengketa. Dan ternyata dalam bentuk kelembagaan, tidak hanya
bertugas untuk menyelesaikan perbedaan atau perselisihan pendapat maupun sengketa yang terjadi diantara para pihak dalam perjanjian pokok melainkan juga
dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya, tidak terbatas pada para pihak
dalam penjanjian. “Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu,
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa”.
31
Hal ini ditegaskan kembali dalam rumusan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa yang menyatakan bahwa terhadap pendapat yang mengikat tersebut dalam Pasal 52 tidak dapat dilakukan
perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun.
2. Konsepsi