48
BAB III PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007 diagnosa keperawatan jiwa yang paling sering muncul dari sejumlah 1.168 penduduk, dengan
jumlah penduduk dewasa adalah 817 jiwa. Angka gangguan mental emosional diperkirakan sebanyak 148 jiwa dari 200 jiwa. Angka tersebut meningkat hampir 45
dari angka gangguan jiwa tingkat nasional yaitu 0,46. Masalah keperawatan pada klien gangguan jiwa yaitu, harga diri rendah, isolasi sosial, waham, resiko bunuh diri,
perilaku kekerasanrisiko perilaku kekerasan dan defisit perawatan diri. Dari masalah keperawatan tersebut yang paling sering ditemukan adalah masalah defisit perawatan
diri, sebanyak 18 orang 100 klien mengalami defisit perawatan diri. Menurut penelitian Rochmawati 2008, yang dilakukan dengan metode serial
kasus terhadap responden yang berjumlah 18 orang klien gangguan jiwa 9 skizofrenia, 5 retardasi mental dan 4 demensia dengan defisit perawatan diri . Hasil yang ditemukan
adalah persentase terbesar jenis kelamin klien adalah laki-laki, yaitu 11 orang klien 61,1 yang terdiri dari 8 orang klien 44,4 skizofrenia dan 3 orang klien 16,7
retardasi mental. Usia klien yang mengalami defisit perawatan diri terbanyak adalah 21- 40 tahun, yaitu 10 orang klien 55,6, yang terdiri dari 8 orang klien 44,4
skizofrenia dan 2 orang klien 11,1 retardasi mental. Sebagian besar klien tidak menikah, yaitu 11 orang klien 61,1, yaitu 6 orang klien 33,3 skizofrenia dan 5
orang klien 27,8 retardasi mental. Sebagian besar klien berpendidikan dasar SD, yaitu sebanyak 6 orang klien 33,3, yang terdiri dari 2 orang klien 11,1
skizofrenia, 1 orang klien 5,6 retardasi mental dan 3 orang klien 16,7 demensia. Klien tidak bekerja sebanyak 11 orang klien 61,1, yaitu 3 orang klien 16,7
skizofrenia, 4 orang klien 22,2 retardasi mental dan 4 orang klien 22,2 demensia. Lama menderita sakit 10 tahun, sebanyak 11 orang klien 61,1, yang terdiri dari 7
orang klien 38,9 skizofrenia, 1 orang klien retardasi mental dan 3 orang klien 16,7 demensia, dan sebanyak 15 orang klien 83,3 dirawat selama 3 bulan, yaitu
8 orang klien 44,4 skizofrenia, 3 orang klien 16,7retardasi mental dan 4 orang klien 22,2 demensia.
Kedua artikel diatas menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul bukan dengan menggunakan NANDA 2012. Penulisan diagnosa keperawatan yang tepat
seharusnya menggunakan NANDA 2012. Namun artikel tersebut diambil hanya
Universitas Sumatera Utara
sebagai bahan kutipan saja yang berguna untuk memberikan penjelesan dalam pembahasan kasus yang didapat berdasarkan hasil riset penelitian.dengan metode
penelitian tertentu dan dibuktikan dengan hasil. Dari kedua artikel di atas disimpulkan bahwa pada pasien dengan gangguan jiwa
termaksuk gangguan afektif bipolar dapat dibuktikan bahwa diagnosa yang paling sering muncul yakni defisit perawatan diri dalam hal mandi, berpakaian,, dan makan .
Hal ini sesuai dengan Fortinash dan Holoday-Worret 2000, yang menyatakan bahwa diagnosa keperawatan yang paling sering muncul pada kasus gangguan afek bipolar
yakni, defisit perawatan diri: mandi, defisit perawatan diri: makan, defisit perawatan diri: makan, .
Sedangkan pada kasus, muncul 5 jenis diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yakni : defisit perawatan diri : mandi, defisit perawatan diri : makan, defisit
perawatan diri : berpakaian, defisit perawatan diri : eliminasi dan kerusakan intergritas kulit. Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus gangguan
afektif bipolar defisit perawatan diri: mandi, defisit perawatan diri: makan, defisit perawatan dri: berpakain dan memang menjadi prioritas diagnosa keperawatan,
sedangkan untuk defisit perawatan diri: eliminasi dan kerusakan integritas kulit tidak muncul dalam teori dikarenakan tidak semua respon manusia terjawab dari teori teori
yang ada namun kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor resiko yang terjadi akibat dari diagnosa defisit perawatan diri: mandi. Hal ini dikarenakan
penegakan diagnosa keperawatan adalah rumusan dari respon yang ditunjukkan manusia terhadap stressor Herdman, 2012. Jadi, respon manusia terkadang tidak bisa
dipastikan ada pada semua klien dengan diagnosa medis tertentu dengan teori yang ada walaupun masih bisa diprediksi.
Namun, untuk perkembangan dunia keperawatan dimasa depan, disarankan untuk melakukan penelitian terkait penegakan diagnosa keperawatan, agar apa apa yang
menjadi respon manusia bisa dikaji dengan benar untuk kemudian didokumentasikan agar layanan asuhan keperawatan yang baik bisa semakin berkembang dimasa
mendatang.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN