38
2.6 Kerangka Berfikir
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa tranisisi, remaja sering berada dalam keadaan yang labil. Kelabilan
pada masa transisi membuat remaja mencari sensasi untuk mendapatkan perhatian. Ada sensasi yang bersifat positif dan adapula sensasi yang bersifat
negatif, bahkan menjurus kearah kriminalitas. Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu bentuk sensasi remaja yang bersifat negatif. Oleh karena itu,
diperlukan penalaran moral agar remaja dapat mempertimbangkan segala keputusan yang diambilnya.
Penalaran moral adalah cara berpikir yang mendasari keputusan mengenai benar dan salah atau baik dan buruk yang digunakan untuk memperkuat norma
yang dianut dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Seseorang yang akan melakukan suatu tindakan, akan melakukan proses berpikir. Secara tidak
langsung, penalaran moral dapat menentukan tindakan individu. Moral merupakan kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai
pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa
transisi Desmita, 2005. Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus terus
dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku
39 khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya Hurlock, 1994.
Perkembangan moral setiap individu, menurut Kohlberg, akan berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara berurutan atau ”invariant”,
kendati kecapatan perkembangan masing-masing individu bervariasi, bahkan tidak terttutup kemungkinan sebagian individu akan tertahan dalam waktu yang
cukup lama di salah satu tahap. Tahap-tahap tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang terstruktur, mencakup cara berpikir yang total atau
menyeluruh, dan tidak sekedar merefleksikan sikap terhadap situasi-situasi tertentu Haricahyono, 1995.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai tahap pelaksanaan
formal dalam
kemampuan kognitif.
Remaja mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan hipotesis dan proporsi. Jadi ia dapat
memandang masalahnya dari beberapa sudut pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan Hurlock, 1994.
Selain penalaran moral, religiusitas juga merupakan bagian yang penting dalam jiwa remaja. Religiusitas memiliki peran yang sama dengan penalaran
moral dalam menentukan tindakan individu. Religiusitas merupakan sistem keyakinan yang digunakan oleh individu, yang secara moral dan spiritual
membimbing perilaku mereka.
40 Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa penalaran moral dan religiusitas
dapat dijadikan pengendalian diri bagi seorang individu. Bila penalaran moral seseorang baik dan tingkat religiusitasnya tinggi, maka pengendalian dirinya juga
akan baik. Begitu juga sebaliknya. Pengaruh penalaran moral dan tingkat religiusitas terhadap self control
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja tergambar dalam kerangka berfikir berikut ini :
2.7 Hipotesis Penelitian