27 Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya
diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk
beragama secara menyeluruh pula QS 2: 208; baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian
secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang
kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
suatu sistem keyakinan yang menghubungkan dan mengikat manusia dengan sesuatu diluar dirinya yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi yang memiliki
cinta kasih dan jaminan perlindungan yang bisa diperoleh dengan penyerahan diri dan pengabdian secara total.
2.3.2 Aspek-Aspek Religiusitas Dimensi-Dimensi Religiusitas
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak terjadi pada seseorang melakukan perilaku
ritual beribadah saja, namun juga ketika melakukan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi di dalam
hati individu Djamaludin Ancok, 1995. Menurut Glock dan Stark 1996 mengemukakan bahwa ada lima dimensi
keberagamaan yaitu :
28 1. Dimensi keyakinan, dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana
orang yang religious berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. setiap agama mempertahankan
seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi, tidak
hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.
2. Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap
agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan.
3. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama menganut pengharapan-pengharapan tertentu meski tidak tepat
jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kanyataan
terakhir bahwa ia akan mencapai siuatu keadaan kontak dengan perantara supernatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan
masyarakat yang melihat adanya komunikasi walaupun kecil dengan suatu esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan, dengan kenyataan terakhir atau dengan
transcendental. 4. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan dasar-dasar keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya.
29 Walaupun demikian kenyataan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan
agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. 5. Dimensi konsekuensi. Konsekuensi komitemen agama berlainan dari keempat
dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu kepada identifiakasi akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi
agama merupakan
bagian dari
komitmen keagamaan.
Sedangakan dalam Islam, aspek-aspek tersebut sejajar dengan aspek aqidah, syariat dan akhlak. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Endang
Saifuddin Anshari 1980, mengungkapkan bahwa pada dasarnya Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Aspek keyakinan atau aqidah Islam, menunjukkan kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya terutama yang
bersifat fundamental dan dogmatic. Dalam keberislaman, isi aspek keimanan menyangkut keprcayaan tentang Allah, Para Malaikat, NabiRasul, Kitab
Allah, Surga dan Neraka sera Qadha dan Qadhar. 2. Aspek peribadatan praktek agama atau syariah, menunjukkan pada seberapa
patuh tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam
keberislaman, aspek peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat,
30 haji, membaca al-Qur’an, ibadah Qurban, I’tikaf di masjid pada bulan puasa
dan sebagainya. 3. Aspek pengalaman atau akhlak, menunjukkan pada seberapa tingkatan
muslikm berperilaku dimotivsi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaiman individu berelasi dengan dunianya, terurama dengan muslim. Dalam
keberislaman, aspek ini meliputi suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan
keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak
berjudi, tidak meminum-minuman keras, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku sekusual, berjuang untuk hidupn sukses menurut islam, dan
sebagainya Djamaludin Ancok, 1994.
2.4 Narkoba 2.4.1 Pengertian Narkoba