Latar Belakang SE, M.Sc II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu negara tidak hanya diperlukan rakyat,dan juga pemerintahan, tetapi juga diperlukan suatu ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang mendukung adanya percepatan pertumbuhan ke arah yang lebih baik, hal itu dapat diwujudkan dalam kegiatan pembangunan segala bidang. Untuk melakukan pembangunan diperlukan landasan yang kuat antara lain pengambilan kebijakan yang tepat, akurat, dan terarah supaya hasil yang dicapai benar – benar sesuai dengan yang direncakan. Upaya pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan meratakan hasil – hasil pembangunan. Keberhasilan upaya ini ditentukan oleh adanya perencanaan, yang didukung oleh informasi dan hasil kajian berbagai data dan indikator sosial ekonomi BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 1. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto PDB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. www.bps.go.id.2011 Tabel 1.1. Pendapatan Domestik Bruto PDB ADH Konstan di Indonesia Periode Tahun 2005 – 2008 milyar Rp. Periode PDB Periode PDB Periode PDB Periode PDB 2005,1 421.018 2006,1 442.201 2007,1 469.162 2008,1 497.309 2 424.010 2 445.351 2 472.347 2 501.253 3 427.003 3 448.501 3 475.533 3 505.198 4 430.039 4 451.592 4 466.344 4 509.855 5 433.075 5 454.683 5 457.195 5 514.512 6 436.110 6 457.775 6 448.025 6 519.170 7 440.237 7 463.533 7 467.406 7 525.646 8 444.364 8 469.291 8 486.787 8 532.122 9 448.493 9 475.049 9 506.168 9 538.599 10 445.346 10 472.025 10 501.901 10 532.182 11 442.199 11 469.001 11 497.634 11 525.765 2005,12 439.051 2006,12 465.977 2007,12 493.365 2008,12 519.349 sumber : Data BPS 2010. Diolah Dijelaskan dalam data berikut ini adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia dalam kurun waktu 2005 sampai 2008. Dimana data ini menggambarkan bagaimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang selalu mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu besar perubahannya. Tabel 1.2. PDRB Provinsi Lampung Periode 2005 – 2007 juta Rp. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan perikanan 15.139.552 18.166.620,11 22.732.965,82 Pertambangan dan Penggalian 2.041.820 2.152.283,71 2.190.111,88 Industri Pengolahan 5.259.706 6.146.604,43 8.313.987,95 Listrik dan Air Bersih 292.424 360.462,66 401.210,45 Bangunan 1.972.439 2.650.103,32 3.079.057,18 Perdagangan, Restoran dan Hotel 6.150.316 7.573.094,71 8.714.733,36 Angkutan dan Komunikasi 2.759.254 3.813.853,99 5.094.877,47 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.744.480 2.968.016,43 3.665.181,66 Jasa-jasa 4.546.797 5.287.949,55 6.729.840,47 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 Data Diolah Dapat dilihat dari PDRB Provinsi Lampung bahwa sektor yang dominan dalam penyumbang potensi ekonomi tertinggi dikuasai oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor industri pengolahan dan sektor jasa – jasa. Dimana sektor pertanian terdapat subsektor : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel terdiri dari subsektor : perdagangan besar dan eceran, restoran dan rumah makan, hotel dan akomodasi lainnya. Untuk sektor industri pengolahan terbagi menjadi subsektor : industri sedangbesar, industri kecil dan industri rumah tangga. Dan terakhir untuk sektor jasa – jasa terdiri dari subsektor : pemerintahan dan HANKAM, jasa hiburan dan rekreasi, seubsektor jasa perorangan dan rumah tangga, dan jasa sosial kemasyarakatan. Sebelum tahun 1999 wilayah provinsi Lampung terbagi menjadi dalam 7 tujuh daerah tingkat II, yakni Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Tanggamus, Lampung Tengah, Kota Metro. Kabupaten Lampung Utara mengalami Pemekaran menjadi Lampung utara dan Way Kanan. Dengan berlakunya UU No.16 tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka ke- 10 sepuluh tingkat II tersebut menjadi daerah otonom KabupatenKota. BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 7 Pada tingkat perekonomiannya, maka Bandar Lampung menempati posisi tertinggi diantara sepuluh daerah otonom se – Provinsi Lampung. Posisi berikutnya ditempati oleh Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Nilai PDRB masing – masing daerah otonom tersebut adalah Rp. 3.615,03 Milyar, Rp. 3.586,56 Milyar, dan Rp. 3.491,85 Milyar. Tingkat perekonomian terendah adalah Kota Metro, dengan nilai PDRB sebesar Rp. 338,46 Milyar. BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 9 Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita di Provinsi Lampung Tahun 2000. No. KabKota PDRB PDRB per Kapita 1 Lampung Barat 966.956 2.641,96 2 Tanggamus 2.247.475 2.809,06 3 Lampung Selatan 3.491.855 3.081,46 4 Lampung Timur 2.768.737 3.184,54 5 Lampung Tengah 3.586.565 3.428,24 6 Lampung Utara 2.048.641 3.858,51 7 Way Kanan 909.623 2.543,66 8 Tulang Bawang 2.947.619 4.260,66 9 Bandar Lampung 3.615.027 4.864,73 10 Metro 338.455 2.857,41 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 Data Diolah Sebagaimana dimaklumi bahwa besaran PDRB merupakan nilai tambah yang diciptakan oleh unit kegiatan ekonomi, berdasarkan kesamaan karakteristik dari barang dan jasa yang dihasilkan, masing – masing unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 sembilan sektor ekonomi. BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 10 Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB Atas Dasar harga ADH berlaku masing – masing sektor terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur sekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi dan potensi wilayah. Struktur ekonomi wilayah juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan dan penciptaan struktur ekonomi yang ideal di masa mendatang. Tahun 2000 sebagian besar daerah otonom di provinsi Lampung kecuali Bandar Lampung didominasi oleh diatas 50 persen oleh sektor pertanian. Struktur ekonomi kota Bandar Lampung didominasi oleh sektor perdaganganhotelrestoran 22,24 Persen, jasa – jasa 20,14 persen, industri pengolahan 17,25 persen dan sektor angkutankomunikasi 14,84 persen. Untuk kota Metro, Struktur perekonomiannya didominasi sektor jasa –jasa27,40 persen, Pertanian 22.55 persen, dan perdaganganhotelrestoran 21,18 persen. BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 11. Tingkat perekonomian suatu wilayah akan mengalami perubahan sejalan dengan pemanfataan sumber daya alam dan faktor produksi oleh unit usaha atau unit kegiatan ekonomi. Tingkat perekonomian tersebut tercermin dari besaran nilai PDRB atau nilai tambah bruto yang diciptakan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang berada di wilayah yang bersangkutan selama periode tertentu. Berdasarkan kesamaan karakteristik dari barang dan jasa atau komoditas yang dihasilkan, masing – masing komoditas atau unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi 9 sembilan lapangan usaha atau sektor ekonomi. Dari besaran PDRB ini dapat juga diketahui pendapatan perkapita penduduk, yakni dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk. BPS Provinsi Lampung. Hal 14 Tabel 1.4. PDRB Sektoral Atas Dasar harga ADH Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 juta Rp. Lapangan Usaha Industrial Origin Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 634.329 1.273.048 1.834.116 1.388.461,00 1.807.959,00 Pertambangan dan Penggalian 10.931 41.176 48.124 358.860,00 61.962,00 Industri Pengolahan 26.918 135.731 411.568 168.036,00 583.732,00 Listrik dan Air Bersih 2.514 3.908 7.424 4.684,00 13.011,00 Bangunan 36.175 139.226 176.249 133.528,00 153.151,00 Perdagangan, Restoran dan Hotel 181.846 287.297 507.208 419.990,00 465.674,00 Angkutan dan Komunikasi 19.381 45.666 193.986 86.136,00 98.509,00 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 16.340 89.374 80.343 85.715,00 113.553,00 Jasa-jasa 38.516 232.045 232.834 123.225,00 289.981,00 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 data diolah Peranan daerah otonom terhadap perekonomian Provinsi Lampung akan terlihat dari kontribusi PDRB Provinsi Lampung. Selama kurun waktu 2003 – 2008, Bandar Lampung tetap menempati urutan pertama dalam penciptaan nilai tambah. Kontribusinya terus naik 16,91 persen tahun 2003 menjadi 18,98 persen tahun 2008. Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Lampung Tengah yaitu 15,75 persen tahun 2003 dan 15,67 persen tahun 2008. Perubahan cukup besar pada Kabupaten Lampung Selatan, hal ini karena terjadi pemekaran wilayah tersebut menjadi Lampung Selatan dan Pesawaran. Tahun 2003 Lampung Selatan menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 14,75 persen, sedangkan pada tahun 2008 setelah terjadi pemekaran berubah ke urutan kelima yaitu 10,24 persen dbawah Tulang Bawang dan Lampung Timur, yang masing – masing sebesar 14,31 persen dan 11,55 persen. BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 14. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Perekonomian Lampung tahun 2008 masih didominasi oleh 4 empat sektor utamanya, yakni : sektor pertanian, sektor perdaganganhotelrestoran, sektor industri dan pengolahan, sektor jasa – jasa. Kontribusi masing – masing sektor terhadap pembentukan PDRB Provinsi Lampung tercatat sebesar 38,63 persen, 13,64 persen, 13,06 persen dan 11,24 persen. Tabel 1.5. PDRB Sektoral Atas Dasar harga ADH Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 juta Rp. Lapangan Usaha Industrial Origin Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 991.709 582.448 1.394.682,00 162.682,00 76.331,00 Pertambangan dan Penggalian 14.143 17.297 3.398 65.056 Industri Pengolahan 260.730 93.953 628.012 623.509 18.110 Listrik dan Air Bersih 5.335 869 77 37.553 3.424 Bangunan 75.729 40.728 54.344 361.044 17.962 Perdagangan, Restoran dan Hotel 321.540 93.241 554.360 803.950 71.672 Angkutan dan Komunikasi 94.809 21.515 129.684 536.588 35.520 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 92.010 15.688 78.571 296.643 22.699 Jasa-jasa 192.635 53.883 103.792 728.002 92.734 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 data diolah Sektor pertanian terbagi menjadi 5 lima subsektor yaitu : 1 Subsektor Tanaman Pangan, 2 Subsektor Tanaman Perkebunan, 3 Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, 4 Subsektor kehutanan dan Perburuan, dan 5 Subsektor Perikanan. Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari : 1 Subsektor penggalian tanah urug, 2 Subsektor penggalian tanah liat, 3 Subsektor penggalian batu kapur, dan 4 Subsektor penggalian batu kali dan tanah kapur. Sektor industri dan pengolahan terdiri dari 3tiga subsektor yaitu : 1 Subsektor industri besarsedang, 2 Subsektor industri kecil, dan 3 Subsektor industri rumah tangga. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih terdiri dari 2dua : 1 Subsektor listrik, dan 2 Subsektor Air Minum.

1.6. Peranan Sektor Pertanian di Daerah Otonom Tahun 2003 – 2006