• Pergeseran Proposional
merupakan perbedaan
antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan
Nasional sektoral
dan pertumbahan
daerah dengan
menggunakan pertumbuhan Nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepatlebih lambat dari rata-rata Nasional jika
mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepatlambat dari Nasional. Dengan demikian, perbedaan laju
pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.
• Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya asing industri daerah lokal dengan perekonomian
yang dijadikan acuan.
B. Penelitian Terdahulu
Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas
hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan
pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian
terdahulu. 1.
Tresno Sumbodo 2005 dalam jurnal “ Peranan Sektor Pertanian Dalam
Struktur Perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” yang menjelaskan bahwa hasil Location Quotient dari Kota Yogyakarta
khususnya Kabupaten Bantul memiliki empat sektor yang menjadi basis yaitu sektor pertanian, Industri dan Pengolahan, Bangunan, dan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sektor tersebut sangat berperan dalam perekonomian di Kabupaten Bantul
dan layak mendapat prioritas sebagai sektor unggulan. Nilai LQ berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, menunjukkan bahwa
sektor pertanian hanya menjadi sektor basis di kulonprogo. Hal ini berarti sektor pertanian layak mendapat prioritas dalam pembangunan di
kulonprogo karena di satu sisi mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dibandingkan sektor lain dan pada sisi lain kebutuhan
tenaga kerja dapat dipenuhi dari daerah tersebut. Untuk Bantul dan Sleman, berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian
tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dari sektor lain dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian harus
dipenuhi dari luar daerah. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perkembangan perekonomian Provinsi DIY. Sektor in memiliki
kontibusi terbesar kedua setelah sektor jasa. Kontribusi cukup besar dari produksi tanaman pangan yang mencapai 10,87 persen terhadap PDRB
tahun 2002. Sektor pertanian di Bantul dan Kulonprogo merupakan sektor basis dengan nilai LQ pertanian masing – masing diatas 1,21 Bantul dan
1,71 kulonprogo. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan dalam daerahnya dan bahkan mampu
mengekspor keluar daerah. Di daerah Sleman LQ berkisar di 0,7 sampai
0,9 selama periode 1993 – 2002, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Sleman masih belum bisa memenuhi kebutuhan daerahnya dan bahkan
harus mengimpor dari luar daerah. 2.
Wali I. Mondal 2009, menganalisis mengenai “ An Analysis of The
Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift-Share Approach “. Melalui pendekatan shift share penelitian ini mencari mix industri yang
dapat dikembangkan dan berpotensi dalam memajukan pembangunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
PDB menurut lapangan usaha periode 2001-2005 yang mencakup 11 sektor ekonomi di Malaysia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
malaysia mempunyai sektor basis di wilayah Klantan, Terengannu, Pahong dan Johar Utara dimana ke empat wilayah tersebut mempunyai
mix industri yang unik dibandingkan wilayah lainya di Malaysia, hal tersebut didukung dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Pada
Semenanjung Malaysia kaya akan sektor pertanian dan sektor perikanan, selain itu konstribusi sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam
perekonomian Malaysia. 3.
Rininta Putri Purwantina 2009 dalam skripsinya yang berjudul
“analisis perekonomian kota depok periode 2003 – 2007 analisis Shift Share
dan LQ menjelaskan Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi
wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian
daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient LQ.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas
dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi PDRB terbesar adalah sektor industri
pengolahan sebesar Rp 2.188.502,81 juta pada tahun 2007. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian karena
ketidaktersediaan data dan sektor pertanian sebesar Rp 161.095,98 juta pada tahun 2007. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tercepat
adalah sektor memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian karena ketidaktersediaan data dan sektor
pertanian sebesar 5,24 persen. Daya saing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada
umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kecuali sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor unggulan Kota Depok adalah sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan atau konstruksi;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan
komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor
industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan
Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern
yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder. Untuk lebih dapat memajukan perekonomian Kota Depok,
hendaknya Pemerintah Kota Depok memberikan perhatian yang lebih pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kota Depok melalui pemberian izin yang selektif, pemberian bantuan
permodalan bagi UMKM dan perbaikan infrastruktur pasar tradisional dengan dukungan dan implementasi regulasi yang lebih nyata di lapangan
sebagai upaya untuk lebih memajukan perekonomian Kota Depok. Perlu Penetapan peraturan daerah Pemerintah Kota Depok yang dapat
disosialisasikan, dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan kepentingan para pelaku ekonomi di dalamnya.
4.
Dini Sapta Wulan Fatmasari 2007 Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis konomi adalah sektor
industri pengolahan dengan LQ rata-rata sebesar 1,06 , kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan LQ rata-rata sebesar 1,43 , serta
sektor Angkutan dan Komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1,59 . Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan
differential Dj menunjukkan terdapat 4 sektor dengan rata-rata Dj positif,
yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata Dj sebesar 6277,27; sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai rata-rata
sebesar 47076,89; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 54818,93; sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata sebesar
1835,37, hal tersebut mengindikasikan bahwa ke-4 sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi
Banten sehingga ke-4 sektor tersebut memiliki daya saing tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
Kota Lampung, sedangkan komponen pertumbuhan proportional Pj menunjukkan bahwa terdapat 4 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif
yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank dan lembaga keuangan
lainnya, hal ini berarti Kota Lampung berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Banten.
Pengembangan sektor industri sebagai sektor basis disarankan kepada terciptanya industri yang memanfaatkan bahan baku lokal, efisien
dan berdaya saing, dan diarahkan pada berkembangnya industri hulu-hilir, serta peningkatan produk yang berkualitas dan ekonomis. Pengembangan
ketiga sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi
tanpa mengabaikan pengembangan sektor yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan seperti sektor bank dan lembaga keuangan lainnya
serta sektor jasa-jasa diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Lampung.
5.
Fahrurrazy 2009, menganalisis mengenai “ Analisis Penentuan Sektor
Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB “.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh
Utara sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
runtun waktu time series dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun
1993-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient LQ dan analisis
Shift Share .
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan sektor
pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan,
sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.
6.
Ropingi dan Agustuno 2004, dalam jurnal “ Aplikasi Analisis Shift
Share Eteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali ”.
Jurnal ini berisi Efek alokasi adalah komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor
perekonomian yang ada dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan atau
kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor perekonomian dengan keunggulan masing-masing Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat
bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa
dilihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda
sesuai dengan elebihan masing-masing sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan
keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 12925941.97 ribu disusul sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1916219.28 ribu, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 1679104.66 ribu dan sektor pertanian sebesar Rp 1404329.40 ribu. Ternyata sektor petanian di
Kabupaten Boyolali berdarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai
penyumbang pendpatan daerah Kabupaten Boyolali. Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini disebabkan karena
adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritasunggulan untuk menopang pembangunan wilayah
bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih tingginya kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10 persen.
7.
Abdul Mukti dan Abdullah Dja’far 2009
dengan judul “ Studi Potensi Ekonomi Wilayah Kota Waringin Timur Peride 2003-2006 “
. Dalam penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Sampit
sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan menggunakan alat analisis shif share untuk mendeskripsikan laju pertumbuhan ekonomi
pada Kabupaten Kotawaringin Timur serta metode Location Quotient LQ untuk menemukan sektor yang paling besar konstribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa selama periode penelitian mengalami kenaikan dengan
nasional share semua sektor positif sehingga adanya konstribusi yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Tengah dan proposional shift menunjukan terdapat 5 sektor yang yang
mempunyai konstribusi positif terhadap provinsi namun tidak unggul sedangkan 4 sektor lainya mempunyai perkembangan pendapatan lebih
kecil dibandingkan pendapatan regional provinsi, untuk nilai differnsial sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas
dan air bersih lebih unggul dari pada rata-rata provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sektor
yang mempunyai konstribusi paling besar atau yang menjadi leading sector
adalah sektor pertanian; perdagangan; hotel dan restoran serta industri pengolahan
. Komoditas unggulan Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu sektor pertanian. yang dimiliki oleh Kecamatan Parenggean
C. Kerangka Pemikiran Teoritis.