2. Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t
atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik. 3.
Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak ter-ungkap.
4. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat
bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
5. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
6. Tidak ada keterkaitan antar daerah.
3. Tipologi.
Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient
LQ 1 , komponen differential shift D
j
0 , dan komponen proportional shift
P
j
0 untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan
internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen D
j
dan P
j
dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis.
Menurut Saerofi 2005:66, Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan
pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat dibandingkan Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di tingkat Nasional pertumbuhannya cepat P
j
rata-rata 0. b.
Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat dibandingkan dengan
Nasional D
j
rata-rata 0 karena ditingkat Nasional pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. c.
Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan di provinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding Nasional
D
j
rata-rata 0 karena ditingkat Nasional pertumbuhannya cepat P
j
rata- rata 0.
d. Tipologi IV: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1
dan di provinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi D
j
rata-rata 0 padahal ditingkat Nasional pertumbuhannya juga lambat P
j
rata-rata 0. e.
Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Nasional D
j
rata-rata 0 padahal di Nasional sendiri pertumbuhannya jg cepat P
j
rata-rata 0. f.
Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0.
g. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata
1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih lambat di banding Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. h.
Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih lambat di banding Nasional
D
j
rata-rata 0 dan juga Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam
Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ” istimewa “ untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis LQ 1. Selain
itu, di ProvinsiKabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi D
j
0, meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. P
j
rata-rata positif. Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB
ProvinsiKabupatenKota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah
LQ, D
j
dan P
j
, maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya
” baik sekali ” untuk dikembangkan, Tipologi III ” baik ”, Tipologi IV ” lebih dari cukup
”, Tipologi V ” cukup”, Tipologi VI ”hampir dari cukup”, Tipologi VII ” kurang ”, Tipologi VIII ” kurang sekali ”.
Tabel 3.1 . Makna Tipologi Sektor Ekonomi
12 LQ Rata-Rata D
j
Rata-Rata P
j
Rata-Rata Tingkat
Kepotensialan I
LQ 1 D
j
P
j
Istimewa II
LQ 1 D
j
P
j
Baik Sekali III
LQ 1 D
j
P
j
Baik IV
LQ 1 D
j
P
j
Lebih dari cukup V
LQ 1 D
j
P
j
Cukup VI
LQ 1 D
j
P
j
Hampir dari Cukup VII
LQ 1 D
j
P
j
Kurang VIII
LQ 1 D
j
P
j
Kuramg Sekali Sumber: Dini 2007:71
Gambar 3.2. Bagan Kerangka Peranan Potensi Ekonomi di Provinsi Lampung.
Di
j
0, sektor tumbuh lebih
cepat dari provinsi.
D
j
0, sektor
tumbuh lebih
lambat dari provinsi
P
j
0, sektor di provinsi
tumbuh cepat P
j
0, sektor di provinsi
tumbuh lambat LQ1
Sektor Basis
LQ 1
Sektor Non
Basis
Pertumbuhan Ekonomi Analisis Location
Quotient LQ Analisis Shift Share
Potensi Ekonomi Tipologi
1. LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = istimewa 2.
LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = baik sekali 3.
LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = baik 4.
LQ 1, D
j
, P
j
0 = lebih dari cukup
5. LQ 1, D
j
0, P
j
0 = cukup 6.
LQ 1, D
j
0, P
j
0 = hampir dari cukup
7. LQ 1, D
j
0, P
j
0 = kurang 8.
LQ 1, D
j
0, P
j
0 = kurang sekali
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian