Adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah akan meningkatkan proses produksi di sektor industri. Proses produksi di suatu daerah yang
menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan bakunya, yang hasil output akhirnya diekspor akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.
Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis
tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran.
a. Location Quotient LQ
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi Location Quotient, LQ.
Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan leading sectors.rachmat Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2
golongan, yaitu : 1.
Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.
2. Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di
daerah itu sendiri. Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya
adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa-jasa untuk
pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya
arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan
menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang
bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.
b. Analisis Shift Share SS
Analisis Shift Share SS merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingnkan
dengan perekonomian Nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkanya dengan daerah yang lebih besar regionNasional. Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3
bidang yang berhubungan satu sama lain yitu: • Pertambahan
Ekonomi daerah
diukur dengan
cara menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan
dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
• Pergeseran Proposional
merupakan perbedaan
antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan
Nasional sektoral
dan pertumbahan
daerah dengan
menggunakan pertumbuhan Nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepatlebih lambat dari rata-rata Nasional jika
mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepatlambat dari Nasional. Dengan demikian, perbedaan laju
pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.
• Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya asing industri daerah lokal dengan perekonomian
yang dijadikan acuan.
B. Penelitian Terdahulu
Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas
hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan
pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian
terdahulu. 1.
Tresno Sumbodo 2005 dalam jurnal “ Peranan Sektor Pertanian Dalam
Struktur Perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” yang menjelaskan bahwa hasil Location Quotient dari Kota Yogyakarta
khususnya Kabupaten Bantul memiliki empat sektor yang menjadi basis yaitu sektor pertanian, Industri dan Pengolahan, Bangunan, dan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sektor tersebut sangat berperan dalam perekonomian di Kabupaten Bantul
dan layak mendapat prioritas sebagai sektor unggulan. Nilai LQ berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, menunjukkan bahwa
sektor pertanian hanya menjadi sektor basis di kulonprogo. Hal ini berarti sektor pertanian layak mendapat prioritas dalam pembangunan di
kulonprogo karena di satu sisi mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dibandingkan sektor lain dan pada sisi lain kebutuhan
tenaga kerja dapat dipenuhi dari daerah tersebut. Untuk Bantul dan Sleman, berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian
tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dari sektor lain dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian harus
dipenuhi dari luar daerah. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perkembangan perekonomian Provinsi DIY. Sektor in memiliki
kontibusi terbesar kedua setelah sektor jasa. Kontribusi cukup besar dari produksi tanaman pangan yang mencapai 10,87 persen terhadap PDRB
tahun 2002. Sektor pertanian di Bantul dan Kulonprogo merupakan sektor basis dengan nilai LQ pertanian masing – masing diatas 1,21 Bantul dan
1,71 kulonprogo. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan dalam daerahnya dan bahkan mampu
mengekspor keluar daerah. Di daerah Sleman LQ berkisar di 0,7 sampai
0,9 selama periode 1993 – 2002, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Sleman masih belum bisa memenuhi kebutuhan daerahnya dan bahkan
harus mengimpor dari luar daerah. 2.
Wali I. Mondal 2009, menganalisis mengenai “ An Analysis of The
Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift-Share Approach “. Melalui pendekatan shift share penelitian ini mencari mix industri yang
dapat dikembangkan dan berpotensi dalam memajukan pembangunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
PDB menurut lapangan usaha periode 2001-2005 yang mencakup 11 sektor ekonomi di Malaysia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
malaysia mempunyai sektor basis di wilayah Klantan, Terengannu, Pahong dan Johar Utara dimana ke empat wilayah tersebut mempunyai
mix industri yang unik dibandingkan wilayah lainya di Malaysia, hal tersebut didukung dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Pada
Semenanjung Malaysia kaya akan sektor pertanian dan sektor perikanan, selain itu konstribusi sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam
perekonomian Malaysia. 3.
Rininta Putri Purwantina 2009 dalam skripsinya yang berjudul
“analisis perekonomian kota depok periode 2003 – 2007 analisis Shift Share
dan LQ menjelaskan Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi
wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian
daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient LQ.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas
dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi PDRB terbesar adalah sektor industri
pengolahan sebesar Rp 2.188.502,81 juta pada tahun 2007. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian karena
ketidaktersediaan data dan sektor pertanian sebesar Rp 161.095,98 juta pada tahun 2007. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tercepat
adalah sektor memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian karena ketidaktersediaan data dan sektor
pertanian sebesar 5,24 persen. Daya saing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada
umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kecuali sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor unggulan Kota Depok adalah sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan atau konstruksi;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan
komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor
industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan
Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern
yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder. Untuk lebih dapat memajukan perekonomian Kota Depok,
hendaknya Pemerintah Kota Depok memberikan perhatian yang lebih pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kota Depok melalui pemberian izin yang selektif, pemberian bantuan
permodalan bagi UMKM dan perbaikan infrastruktur pasar tradisional dengan dukungan dan implementasi regulasi yang lebih nyata di lapangan
sebagai upaya untuk lebih memajukan perekonomian Kota Depok. Perlu Penetapan peraturan daerah Pemerintah Kota Depok yang dapat
disosialisasikan, dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan kepentingan para pelaku ekonomi di dalamnya.
4.
Dini Sapta Wulan Fatmasari 2007 Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis konomi adalah sektor
industri pengolahan dengan LQ rata-rata sebesar 1,06 , kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan LQ rata-rata sebesar 1,43 , serta
sektor Angkutan dan Komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1,59 . Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan
differential Dj menunjukkan terdapat 4 sektor dengan rata-rata Dj positif,
yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata Dj sebesar 6277,27; sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai rata-rata
sebesar 47076,89; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 54818,93; sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata sebesar
1835,37, hal tersebut mengindikasikan bahwa ke-4 sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi
Banten sehingga ke-4 sektor tersebut memiliki daya saing tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
Kota Lampung, sedangkan komponen pertumbuhan proportional Pj menunjukkan bahwa terdapat 4 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif
yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank dan lembaga keuangan
lainnya, hal ini berarti Kota Lampung berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Banten.
Pengembangan sektor industri sebagai sektor basis disarankan kepada terciptanya industri yang memanfaatkan bahan baku lokal, efisien
dan berdaya saing, dan diarahkan pada berkembangnya industri hulu-hilir, serta peningkatan produk yang berkualitas dan ekonomis. Pengembangan
ketiga sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi
tanpa mengabaikan pengembangan sektor yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan seperti sektor bank dan lembaga keuangan lainnya
serta sektor jasa-jasa diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Lampung.
5.
Fahrurrazy 2009, menganalisis mengenai “ Analisis Penentuan Sektor
Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB “.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh
Utara sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
runtun waktu time series dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun
1993-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient LQ dan analisis
Shift Share .
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan sektor
pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan,
sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.
6.
Ropingi dan Agustuno 2004, dalam jurnal “ Aplikasi Analisis Shift
Share Eteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali ”.
Jurnal ini berisi Efek alokasi adalah komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor
perekonomian yang ada dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan atau
kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor perekonomian dengan keunggulan masing-masing Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat
bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa
dilihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda
sesuai dengan elebihan masing-masing sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan
keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 12925941.97 ribu disusul sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1916219.28 ribu, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 1679104.66 ribu dan sektor pertanian sebesar Rp 1404329.40 ribu. Ternyata sektor petanian di
Kabupaten Boyolali berdarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai
penyumbang pendpatan daerah Kabupaten Boyolali. Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini disebabkan karena
adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritasunggulan untuk menopang pembangunan wilayah
bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih tingginya kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10 persen.
7.
Abdul Mukti dan Abdullah Dja’far 2009
dengan judul “ Studi Potensi Ekonomi Wilayah Kota Waringin Timur Peride 2003-2006 “
. Dalam penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Sampit
sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan menggunakan alat analisis shif share untuk mendeskripsikan laju pertumbuhan ekonomi
pada Kabupaten Kotawaringin Timur serta metode Location Quotient LQ untuk menemukan sektor yang paling besar konstribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa selama periode penelitian mengalami kenaikan dengan
nasional share semua sektor positif sehingga adanya konstribusi yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Tengah dan proposional shift menunjukan terdapat 5 sektor yang yang
mempunyai konstribusi positif terhadap provinsi namun tidak unggul sedangkan 4 sektor lainya mempunyai perkembangan pendapatan lebih
kecil dibandingkan pendapatan regional provinsi, untuk nilai differnsial sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas
dan air bersih lebih unggul dari pada rata-rata provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sektor
yang mempunyai konstribusi paling besar atau yang menjadi leading sector
adalah sektor pertanian; perdagangan; hotel dan restoran serta industri pengolahan
. Komoditas unggulan Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu sektor pertanian. yang dimiliki oleh Kecamatan Parenggean
C. Kerangka Pemikiran Teoritis.
Dalam suatu Struktur ekonomi Produk Domestik Regional Bruto adalah yang paling penting karena untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
wilayah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk
mengetahui perubahan struktur ekonomi. Dimana dalam perhitungan tersebut diperlukan suatu data yang memdukung adanya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah atau negara. Data yang diperlukan dalam menganalisis Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB suatu daerah adalah dengan mengetahui
mana daerah yang mempunyai kemampuan dalam menciptkan lapangan usaha ataupun sumbangan yang diberikan dalam sektor – sektor perekonomian
dalam suatu daerah tertentu. Sumbangan tersebut memiliki sembilan sektor yang dapat mempengaruhi perubahan ekonomi suatu daearah tersebut yaitu :
sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan dan
konstruksi; sektor perdagangan,hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; sektor jasa-jasa.
Dan didalam sektor pertanian terdapat beberapa sektor lagi yang menjadi pondasi dari sektor tersebut,yaitu : Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor
Perkebunan, Subsektor Kehutanan dan Perburuan, Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan.
Dengan adanya data tersebut sehingga dapat kita buat suatu kerangka berpikir yang membantu kita untuk mempermudah apa saja yang menjadi
bahasan dalam suatu penelitian kita.
Gambar 2.1. Kerangka berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Lampung tahun 2004 -2009.
PDRB Provinsi Lampung
Hasil dan Analisa Analisis Data
1. Shift Share
2. Location Quotient
3. Tipologi
Sektor Pertanian : 1.
Subsektor Tanaman Pangan 2.
Subsektor Perkebunan 3.
Subsektor Peternakan dan Hasilnya
4. Subsektor Kehutanan dan
Perburuan 5.
Subsektor Perikanan
PDB Indonesia
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara bagaimana urutan penelitian dilakukan, yaitu dengan menentukan sifat penelitian dan bagaimana prodesur
penelitian dilakukan.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Lampung, Dengan Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi ini ditetapkan secara sengaja purposive,
yaitu pengambilan lokasi berdasarkan kriteria yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Pemilihan lokasi di Provinsi Lampung dengan pertimbangan bahwa Pertanian di Provinsi ini adalah salah satu penyumbang terbesar dalam kontribusi
Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Lampung itu sendiri.
B. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, yang diteliti yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB di Provinsi
Lampung. Dengan batasan hanya meneliti variabel terkait yaitu : 1 Subsektor Tanaman Bahan Makanan; 2 Subsektor Perkebunan; 3
Subsektor Peternakan dan hasil lainnya; 4 Subsektor Kehutanan; 5 Subsektor Perikanan.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Data Sekunder, yaitu data yang tidak diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan untuk melengkapi informasi yang akan disajikan pada penyusunan
skripsi. Data diperoleh dari literatur-literatur yang ada serta badan- badan terkait yang sesuai dengan tema penelitian, seperti :
a. Metode dokumentasi.
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang PDRB Provinsi Lampung. Data tersebut merupakan data
sekunder yakni data yang diperoleh ataupun telah diolah pihak lain yaitu instansilembaga. Kemudian oleh penulis diambil untuk
dijadikan objek atau bahan penulisan dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir.
b. Metode kepustakaanliteratur.
Metode kepustakaanliteratur digunakan untuk melancarkan kegiatan penulis dalam memperoleh data, yakni data sektor
pertanian dan Subsektor Pertanian didalamnya yang diperoleh dari dinas pertanian maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
serta buku-buku yang menjelaskan teori-teori tentang definisi dan konsep pertanian.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkanBungin, 2010:122. Data sekunder
penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik BPS wilayah analisis. Data- data tersebut adalah:
1. PDRB Sektoral atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Lampung
Selatan periode 2004-2009, data ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi serta analisis sektor basis dan
non basis ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Lampung.
E. Teknis Analisis data
Analisis yang digunakan mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui subsektor – subsektor pertanian apa yang menjadi
basis dan non-basis terhadap Pendapatan Domestik regional Bruto PDRB Provinsi Lampung.
Untuk menguji apakah ada pengaruh subsektor – subsektor perekonomian serta potensi penunjang pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB di Provinsi
Lampung dengan metode Shift Share dan Location Quotient.
1. Location Quotient LQ
A. Analisis LQ
Location Quotient atau disingkat LQ , merupakan suatu pendekatan
tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian
sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan. Arsyad, 2010:390.
Arsyad 2010:391, menjelaskan bahwa dalam tekhnik LQ ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1 Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi
kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah
sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. 2
Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal
sebagai sektor non unggulan. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah teori basis ekonomi economic
base yang intinya adalah:
“ Karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa- jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan,
maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut”.
Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan
ekonomi daerah. Rumusan LQ menurut Rachmat Hendayana 2003, dalam penentuan
sektor basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:
L
i
L LQ
= N
i
N
Dimana: LQ = Nilai Location Quotient LQ.
L
i
= Produksi sektor i di Daerah analisis pada tahun tertentu. L = Total PDRB Daerah analisis.
N
i
= Produksi sektor i Provinsi daerah analisis pada tahun tertentu. N = Total PDRB Provinsi daerah analisis.
Sektor basisspesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi disuatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah
tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor
yang sama pada daerah lainya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap
output-output lokal. Bendavid
Val memberikan
pengukuran terhadap
derajat spesialisasisektor basis dengan kriteria sebagai berikut. Ghalib, 2005:169:
1 LQ 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor
tersebut di daerah analisis lebih besar dari sektor yang sama pada Provinsi daerah analisis.
2 LQ 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor
tertentu di daerah analisis lebih kecil dari sektor yang sama pada tingkat Provinsi daerah analisis.
3 LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor
tertentu di daerah analisis sama dengan sektor yang sama pada tingkat Provinsi daerah analisis.
Derajat spesialisasisektor basis tidak dapat bernilai negatif, ini terlihat dari rumus LQ sendiri yang menunjukan pencarian rasio yaitu mencari
perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisi dari sektor tersebut.
B. Kunggulan Metode LQ
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain : 1.
Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung
2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada
data historis untuk mengetahui trend. C.
Kelemahan Metode LQ
Beberapa kelemahan Metode LQ adalah : 1.
Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap
sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri- industri Nasional.
Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
2. Shift Share
Untuk Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang disuatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian
regional maupun Nasional digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan
kinerja perekonomian antar wilayah, maka keunggulan kompetitif
competitive advantage suatu wilayah juga dapat diketahui melalui analisis Shift-Share
ini. Mukti, 2008:35 Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran
struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah
yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.
Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita YP, PDRB Y atau Tenaga kerja e dengan tahun
pengamatan pada rentang waktu tertentu, misalnya 1997–2002. Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan
oleh tiga komponen: 1.
Provincial share Sp, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu
daerah kabupatenkota dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh
pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih
tinggi Provinsi.
Hasil perhitungan
tersebut akan
menggambarkan peranan wilayah Provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian daerah
kabupaten. Jika
pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan Provinsi maka peranannya terhadap Provinsi tetap.
2. Proportional Industry-Mix Shift adalah pertumbuhan Nilai
Tambah Bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi.
3. Differential Shift Sd, adalah perbedaan antara pertumbuhan
ekonomi daerah kabupaten dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki
keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.
Menurut Glasson 1977, kedua komponen shift—yaitu Sp dan Sd— memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan
internal: Sp merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara Nasional Provinsi, sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-
faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan. Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan
dalam perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian daerah
sektor tersebut
masih dapat
diperbaiki, antara
lain dengan
membandingkannya terhadap struktur perekonomian Provinsi Harry W. Richardson, 1978: 202
Sektor-sektor yang memiliki differential shift Sd positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu,
sektor-sektor yang memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
Menurut Glasson 1990:95 dalam Dini 2007:45, metode analisis Shift Share
yang merupakan alat untuk menghitung, menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah ini diawali
dengan formulasi:
G = Y
jt
- Y
jo
= N
j
+P
j
+D
j
N
j
= Y
jo
Y
t
Y
o
– Y
jo
P + D
j
= Y
jt
– Y
t
Y
o
Y
jo
P
j
=
i
[Y
it
Y
io
– Y
t
Y
o
] Y
ijo
D
j
=
t
[ Y
ijt
– Y
it
Y
io
Y
ijo
] = P + D
j
– P
j
Dimana: G
j
= Pertumbuhan PDRB Total wilayah analisis N
j
= Komponen Share
P + D
j
= Komponen Net Shift P
j
= Proportional Shift wilayah analisis D
j
= Differential Shift wilayah analisis Y
j
= PDRB Total wialayah analisis Y = PDRB Total Provinsi wilayah analisis
o,t = Periode awal dan Periode akhir
i = Subskripsi sektor pada PDRB Catatan: Simbol E tenaga kerja dalam buku asli, diganti dengan
simbol Y PDRB karena data yang diteliti adalah PDRB. Jika P
j
0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi wilayah analisis tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika
P
j
0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat Provinsi tumbuh lebih lambat.
Bila D
j
0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi wilayah analisis dan bila D
j
0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi wilayah analisis.
Apabila nilai P
j
maupun D
j
bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang
baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bilai nilainya negatif
menunjukkan bahwa
sektor tersebut
dalam perekonomian
masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap
struktur perekonomian provinsi Harry W. Richardson, 1978: 202. Untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor
tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift
positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila
negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban. Pengaruh pertumbuhan ekonomi Nasional disebut pengaruh pangsa share.
Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi Nasional terhadap variable regional
sektorindustri daerah yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan Nasional yang mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian daerah. Diharapkan bahwa apabila suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap perekonomian
daerah. Secara umum nilai P
j
dan D
j
tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total
PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor
yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah
mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah
tersebut mengalami kebangkrutan. Menurut Arsyad 2010:390, kelemahan dari analisis Shift Share
antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark
berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di
tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari
suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah.
A. Keunggulan Analisis Shift-Share
Keunggulan analisis shift share antara lain : 1.
Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.
2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian
dengan cepat. 3.
Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.
B.
Kelemahan Analisis Shift-Share
Kelemahan analisis shift-share, yaitu : 1.
Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post.
2. Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t
atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik. 3.
Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak ter-ungkap.
4. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat
bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
5. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
6. Tidak ada keterkaitan antar daerah.
3. Tipologi.
Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient
LQ 1 , komponen differential shift D
j
0 , dan komponen proportional shift
P
j
0 untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan
internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen D
j
dan P
j
dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis.
Menurut Saerofi 2005:66, Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan
pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat dibandingkan Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di tingkat Nasional pertumbuhannya cepat P
j
rata-rata 0. b.
Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat dibandingkan dengan
Nasional D
j
rata-rata 0 karena ditingkat Nasional pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. c.
Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan di provinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding Nasional
D
j
rata-rata 0 karena ditingkat Nasional pertumbuhannya cepat P
j
rata- rata 0.
d. Tipologi IV: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1
dan di provinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi D
j
rata-rata 0 padahal ditingkat Nasional pertumbuhannya juga lambat P
j
rata-rata 0. e.
Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Nasional D
j
rata-rata 0 padahal di Nasional sendiri pertumbuhannya jg cepat P
j
rata-rata 0. f.
Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih cepat di banding
pertumbuhan di tingkat Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0.
g. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata
1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih lambat di banding Nasional D
j
rata-rata 0 meskipun di Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. h.
Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di provinsi analisis lebih lambat di banding Nasional
D
j
rata-rata 0 dan juga Nasional sendiri pertumbuhannya lambat P
j
rata-rata 0. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam
Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ” istimewa “ untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis LQ 1. Selain
itu, di ProvinsiKabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi D
j
0, meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. P
j
rata-rata positif. Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB
ProvinsiKabupatenKota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah
LQ, D
j
dan P
j
, maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya
” baik sekali ” untuk dikembangkan, Tipologi III ” baik ”, Tipologi IV ” lebih dari cukup
”, Tipologi V ” cukup”, Tipologi VI ”hampir dari cukup”, Tipologi VII ” kurang ”, Tipologi VIII ” kurang sekali ”.
Tabel 3.1 . Makna Tipologi Sektor Ekonomi
12 LQ Rata-Rata D
j
Rata-Rata P
j
Rata-Rata Tingkat
Kepotensialan I
LQ 1 D
j
P
j
Istimewa II
LQ 1 D
j
P
j
Baik Sekali III
LQ 1 D
j
P
j
Baik IV
LQ 1 D
j
P
j
Lebih dari cukup V
LQ 1 D
j
P
j
Cukup VI
LQ 1 D
j
P
j
Hampir dari Cukup VII
LQ 1 D
j
P
j
Kurang VIII
LQ 1 D
j
P
j
Kuramg Sekali Sumber: Dini 2007:71
Gambar 3.2. Bagan Kerangka Peranan Potensi Ekonomi di Provinsi Lampung.
Di
j
0, sektor tumbuh lebih
cepat dari provinsi.
D
j
0, sektor
tumbuh lebih
lambat dari provinsi
P
j
0, sektor di provinsi
tumbuh cepat P
j
0, sektor di provinsi
tumbuh lambat LQ1
Sektor Basis
LQ 1
Sektor Non
Basis
Pertumbuhan Ekonomi Analisis Location
Quotient LQ Analisis Shift Share
Potensi Ekonomi Tipologi
1. LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = istimewa 2.
LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = baik sekali 3.
LQ 1 , D
j
0, P
j
0 = baik 4.
LQ 1, D
j
, P
j
0 = lebih dari cukup
5. LQ 1, D
j
0, P
j
0 = cukup 6.
LQ 1, D
j
0, P
j
0 = hampir dari cukup
7. LQ 1, D
j
0, P
j
0 = kurang 8.
LQ 1, D
j
0, P
j
0 = kurang sekali
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek
penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono 2005:2. Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak.
Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.
2. Sektor ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang
mencakup 9 sembilan sektor. 3.
Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar
harga konstan ADHK tahun 2000 dan dinyatakan dalam persentase. PDRB ADHK merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam
suatu waktu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut
domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu tahun dasar = 2000.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Provinsi Lampung
a. Keadaan Geografis
Daerah Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km2 termasuk pulau – pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung
tenggara pulau Sumatera, dan dibatasi oleh : 1.
Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di Sebelah Utara 2.
Selat Sunda, di Sebelah Selatan 3.
Laut Jawa, di Sebelah Timur 4.
Samudra Indonesia, di Sebelah Barat Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan
gabungan dari kota kembar Tanjung karang dan Teluk betung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan
utamanya bernama Panjang dan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan Teluk betung, Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung, dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di
samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra
Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utamanya adalah Radin Inten II, yaitu nama baru dari Branti, 28 Km dari Ibukota melalui
jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung
terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103
o
40 - 105
o
50 Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6
o
45 - 3
o
45 Lintang Selatan
Gambar 4.1. Peta Provinsi Lampung
Sumber : Lampung Dalam Angka 2010 Secara topografi Daerah Lampung dapat dibagi dalam 5 lima unit
topografi : - Daerah topografis berbukit sampai bergunung
- Daerah topografis berombak sampai bergelombang - Daerah dataran alluvial
- Daerah dataran rawa pasang surut - Daerah River Basin
1. Daerah topografis berbukit sampai bergunung :
Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar 25, dan ketinggian rata – rata 300 M di atas permukaan laut. Daerah ini
meliputi Bukit Barisan dengan puncak tonjolan – tonjolannya berada pada Gunung Tanggamus, Gunung Pasawaran, dan Gunung Rajabasa.Yang
terakhir ini berlokasi di Kalianda dengan ketinggian, rata-rata 1.500 M. Puncak-puncak lainnya adalah Bukit Pugung, Bukit Pesagi, Sekincau yang
terdapat di bagian utara. Daerah tersebut umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer atau sekunder.
2. Daerah topografis berombak sampai bergelombang :
Ciri-ciri khusus daerah ini adalah terdapatnya bukit-bukit sempit, kemiringannya antara 8 sampai 15 dan ketinggian antara 300 M sampai
500 M dari permukaan laut. Daerah ini membatasi daerah pegunungan dengan dataran alluvial, vegetasi yang terdapat di daerah ini adalah tanaman-
tanaman perkebunan seperti : kopi, cengkeh, lada dan tanaman pertanian peladangan seperti : padi, jagung, dan sayur-sayuran. Daerah tersebut
meliputi daerah-daerah; Kedaton di wilayah Kota Bandar Lampung, Gedong Tataan di Kabupaten Lampung Selatan, Sukoharjo dan Pulau Panggung di
Kabupaten Tanggamus serta Kalirejo dan Bangunrejo di Wilayah Kabupaten Lampung Tengah.
3. Daerah dataran Alluvial :
Daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai sebelah Timur, yang merupakan bagian hilir downstream dari sungai-
sungai yang besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji. Ketinggian di daerah ini berkisar antara 25 m sampai 75 m, dengan
kemiringan 0 sampai 3. Pada bagian pantai sebelah Barat dataran Alluvial menyempit dan memanjang menurut arah Bukit Barisan.
4. Daerah dataran Rawa Pasang Surut :
Di sepanjang pantai timur adalah merupakan daerah rawa pasang surut dengan ketinggian 12 m sampai 1 m, pengendapan air menurut naiknya
pasang air laut. 5.
Daerah River Basin : Daerah Lampung terdapat 5 lima River Basin yang utama :
- River Basin Tulang Bawang - River Basin Seputih
- River Basin Sekampung 4.1. Luas Daerah Kabupaten – Kabupaten di Lampung, 2008 km
2
b. Kependudukan